Print this page

Peluang Besar Ilmu Komunikasi di Era Kampus Merdeka

 

Penulis : Fyan Andinasari Kuen, S.IP, M.I.Kom

              Ka.Prodi Komunikasi FISIP Universitas Indonesia Timur (UIT)

Editor : Mitha MK

Ilmu komunikasi adalah ilmu yang selalu mampu untuk masuk ke semua bidang ilmu apapun, baik Politik, Ekonomi, khususnya marketing (pemasaran), kesehatan, Kehumasan dan publik relation untuk semua institusi dan organisasi serta bidang lainnya.

Melalui fakta ilmiah tersebut, maka Ilmu Komunikasi memiliki peluang besar memanfaatkan kebijaksanaan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang “Kampus Merdeka”.

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, tanggal 24 Januari 2020, di Jakarta, kembali meluncurkan Kebijakan Merdeka Belajar. Kali ini diberi nama “Kampus Merdeka” yang merupakan kelanjutan dari konsep Merdeka Belajar.

Menurut Menteri, Pelaksanaan Kampus Merdeka paling memungkinkan untuk segera dilangsungkan, hanya mengubah peraturan Menteri, tidak sampai mengubah Peraturan Pemerintah atau Undang-undang.

Terdapat empat (4) penyesuaian kebijaksanaan di lingkup perguruan tinggi untuk pelaksanaan Kampus Merdeka yaitu 1. Membuat Program Studi (Prodi) Baru dengan cara berkolaborasi dengan perusahaan kelas dunia, organisasi nirlaba dan NGO internasional, BUMN atau dengan salah satu dari 100 universitas Top dunia. 2. Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi, 3. Perguruan Tinggi Negeri dengan sistem pengelolaan Satker, BLU dan PTN BH serta 4. Hak Belajar tiga (3) semester bagi mahasiswa S1 di luar Prodi dalam bentuk Opsi (pilihan).

Untuk Ilmu Komunikasi, dengan adanya Kampus Merdeka terutama pada point 4 Belajar 3 semester di luar prodi membuka gerbang baru bagi mahasiswa ilmu komunikasi lebih banyak lagi menguasai ilmu lainnya dan membuka peluang menjadi pribadi pribadi berdaya saing dengan kemampuan multitasking.

Sekarang ini saja, luaran (alumni) jurusan komunikasi yang bekerja sebagai jurnalis profesional, secara mandiri telah mengembangkan keilmuan dan ketrampilannya untuk menjadi multitasking dengan mempelajari ilmu lain untuk digabungkan sebab profesi wartawan harus mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi.

Contoh persaingan kerja di dunia pertelevisian yang sudah mengarah pada kapitalisasi ekonomi akan menerima dan mempekerjakan wartawan yang multitasking seperti profesi Video Journalist (VJ) harus mampu membuat berita, mengambil gambar, mengedit gambar, mengisi voice (suara) pada narasi berita dan menyiarkannya / melaporkannya sendiri dari lapangan yang sebelumnya pekerjaan itu harus dilakukan oleh 3-4 orang dan kini hanya satu orang.

Begitupun terhadap wartawan media online harus bisa meliput dan menulis berita, mengedit, mengambil gambar foto untuk kelengkapan berita dengan angle (sudut pengambilan gambar) yang tepat serta melengkapi dengan gambar Video singkap dan menyiarkannya sendiri atas izin admin atau editor penanggungjawab yang biasanya pekerjaan itu dilakukan 3-4 orang, namun saat ini hanya satu orang.

Selain itu, luaran Ilmu Komunikasi juga banyak yang bekerja sebagai Humas, PR, Pemasaran untuk organisasi politik, institusi pemerintah dan swasta yang selama ini penambahan keilmuawan untuk mendukung kinerja profesionalnya di bidang ilmu lain harus dilakukan secara mandiri agar tetap kompetitif di dunia kerja.

Sebab, dalam organisasi modern dan kompleks saat ini, multitasking telah menjadi fenomena yang semakin terjadi dan dianggap sebagai salah satu penentu utama dalam penilaian kinerja.

Dengan kemajuan teknologi, perubahan struktur organisasi dan menyusutnya waktu, multitasking dipandang sebagai persyaratan penting dalam lingkungan kerja modern, untuk melakukan lebih dari satu tugas pada satu waktu.

Sehingga multitasking tampil sebagai salah satu elemen kunci sekaligus memberikan kompetensi inti dan keterampilan yang diperlukan dalam kerja profesional.

Ke depan, multitasking secara mandiri tidak perlu lagi terjadi sebab kebijaksanaan Mendikbud sudah memungkinkan untuk memperoleh keahlian tambahan dalam mem-back up (mendukung) bidang kerja yang diinginkan melalui tiga semester pilihan belajar di luar prodi pada program Kampus Merdeka.

Kebijaksanaan Mendikbud tentang Kampus Merdeka ini merupakan inovasi yang bersifat progresif untuk menciptakan perubahan besar dalam waktu yang tidak lama dan dalam ilmu komunikasi ini selaras dengan perkembangan media baru dan perkembangan teknologi komunikasi kekinian yang membutuhkan perubahan cepat serta penguasaan banyak ilmu dalam bentuk kolaborasi sesuai Teori Difusi Inovasi dari Everett Rogers (1961) bahwa “Difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus dan berkaitan dengan penyebaran beberapa pesan berisi gagasan-gagasan baru (Inovasi) serta teori ini berkaitan dengan proses pembangunan masyarakat dan ada empat (4) elemen utama yang mempengaruhi berkembangnya  yaitu inovasi, saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial.

Rogers mendefinisikan karakter inovasi yang dapat mempengaruhi keputusan seorang individu untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi.

Berdasarkan hal itu, dengan terbukanya 3 semester belajar di luar prodi atau universitas maka akan menambah pengetahuan dan keahlian serta memberikan keleluasaan bagi mahasiswa untuk berinovasi melengkapi bidang keilmuannya dengan bidang kerja yang diinginkan setelah menyelesaikan S1.

Universitas umumnya dan prodi khususnya merupakan pencetak, pembentuk mahasiswa menjadi manusia berdayasaing bukan hanya standar nasional namun juga internasional.

Ilmu komunikasi adalah ilmu dasar namun sangat mempengaruhi hampir semua bidang kerja atau pun ke ilmuan yang menjadi dasar sekaligus penentu kecakapan seorang mahasiswa dalam bersosialisasi.

Kolaborasi keilmuan selama tiga semester akan berdampak multitasking bagi lulusan Ilmu Komunikasi untuk bidang kerja yang diinginkan melalui tiga pendekatan sesuai pengamatan Little John dalam buku Theories of Human Communications, yakni 1. Pendekatan Scientific (Ilmiah-Empiris), 2. Pendekatan Humanistic, 3. Pendekatan Khusus Ilmu pengetahuan sosial (Sosial Sciences).

Sehingga komunikasi tidak hanya pelengkap kemampuan seorang mahasiswa namun saat ini menjadi kebutuhan dalam menghadapi dunia kerja, komunikasi saat ini bukan hanya alat bersosialisasi tetapi sebagai kemampuan  atau skill di segala bidang, sehingga ilmu ini bisa melengkapi ataupun menjadi utama berperan sebab semua bidang ilmu membutuhkan komunikasi yang baik dalam aktualisasi keilmuannya di dunia kerja maupun research (penelitian).

Sebagai Dosen, kami menyambut positif Kebijaksanaan “Kampus Merdeka” Mendikbud Nadiem Anwar Makarim sebagai terobosan baru di dunia pendidikan nasional yang sekaligus mendekatkan luaran perguruan tinggi dengan dunia kerja secara profesional.(MMK)

Read 2352 times
Rate this item
(1 Vote)
Published in Dokter News
Phinisi News

Latest from Phinisi News

Login to post comments