Print this page

Trainer Jurnalistik Harus Beradaptasi Dengan Perkembangan

Trainer General journalism harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan trend yang terjadi agar dapat memberi materi latih terbaik dan terkini. (Foto : Ahmad Imron). Trainer General journalism harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan trend yang terjadi agar dapat memberi materi latih terbaik dan terkini. (Foto : Ahmad Imron).
 

Penulis : Ahmad Imron  /  Editor : Mitha MK

Makassar (Phinisinews.com) – Trainer (Instruktur pelatihan) General journalism (jurnalistik umum) harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi dan trend (kecenderungan) yang terjadi agar dapat memberi materi latih terbaik dan terkini.

Ingat, trainer jangan selalu menganggap diri paling mengetahui, padahal ilmunya bisa saja tidak update lagi. Untuk itu, trainer/instruktur pun harus terus belajar dan beradaptasi terhadap perkembangan kekinian, kata Ketua Yayasan Pers Multimedia Phinisi Kuensyam (Yayasan PMPK), Fredrich Kuen, M.Si saat melakukan penyegaran kekinian (refreshing updating) trainer (instruktur pelatihan) yang tergabung dalam lembaga pelatihan jurnalistik “Phinisi Pers Multimedia Training Center” (P2MTC) di Kampus P2MTC Ruko Mall GTC Tanjung Bunga Makassar, Selasa.

Penyegaran instruktur pelatihan itu meliputi trainer General Journalism, Foto berita berbasis fotografi, video berita berbasis videografi, Public Relation, Public Speaking, Leadership, Micro Teaching serta trainer Citizen Journalism.

Tujuannya agar bisa melakukan transfer knowledge (alih pengetahuan) serta transfer skill (alih keahlian/ketrampilan) kekinian di bidang jurnalistik dan komunikasi.

Menurut Fredrich, banyak perkembangan yang terjadi harus diadaptasikan dan terus diikuti perkembangannya saat melatih, agar peserta latih selain memperoleh ilmu murni sesuai teori yang ada, juga memperoleh variasi ketrampilan sesuai perkembangan kekinian.

Namun, ada juga perkembangan trend yang harus diluruskan dan instruktur wajar jadi gatekeeper (penjaga gawang) yang biasa dilakukan oleh radaktur media pers terhadap wartawannya, terutama perkembangan penerapan bahasa komunikasi, style (gaya) yang cenderung nyeleneh.

Padahal bahasa komunikasi jurnalistik adalah narasi yang mudah dicerna, fokus dan tidak membuat dahi berkerut saat membaca atau mendengar berita karena sulit dipahami atau gagal paham bagi pembaca maupun penonton terhadap narasi berita.

Dia mencontohkan, betul judul itu harus menarik, namun tidak berarti harus  membohongi publik karena isi berita tidak sesuai dengan judul. Itu dilakukan hanya karena ingin tampil beda dan banyak pembaca. Cara semacam ini bisa menjadi bumerang, sebab media akan kehilangan trust (kepercayaan) dari pembaca atau penontonnya. Dan sebagai trainer/instruktur ini harus jadi perhatian saat pelatihan, karena ini sangat mendasar.

Berkaitan dengan perkembangan teknologi, terutama produk video journalist, pelatih harus mengetahui perburuan viewer, subscriber, adsense, penggunaan aplikasi publish share (aggregator) dan lainnya.

Salah satu dari lima fungsi pers adalah sebagai lembaga ekonomi (fungsi bisnis), selain sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial (Pasal 3, UU No.40/1999 tentang Pers).

Fungsi bisnis ini untuk mensejahterakan pekerjanya, namun semua harus dalam tatanan koridor yang berlaku sesuai kode etik jurnalistik dan Undang Undang No.40/1999 tentang Pers, sehingga disitu tidak ada hoax maupun pelanggaran hak cipta dan disinilah perlunya trainer melakukan bimbingan dan memberitahu rambu rambu yang tidak boleh dilanggar.

Sedangkan untuk komunikasi umum, trainer harus memperkenalkan semua aplikasi dan perangkat teknologi yang dapat mendukung performance (penampilan) saat melakukan presentasi.

Dia mengakui, Selama tahun 2021 ini, pihaknya hanya mampu memberikan pelatihan satu kali dalam satu bulan untuk pelatihan 16 jam untuk semua materi pelatihan karena dampak serangan Pandemi Covid-19.

Namun, tahun 2022, targetnya adalah dua kali sebulan pelatihan 16 jam untuk semua materi pelatihan dan diupayakan pelaksanaannya banyak di daerah kabupaten, sebisa mungkin lakukan pelatihan gratis, namun bila tidak bisa dihindari maka pelatihan berbiaya murah, mengingat tiap melatihan disediakan dua kali makan siang dan empat kali makanan ringan (snack).

Yayasan PMPK, lanjut Fredrich membuka peluang donasi dari pihak perusahaan swasta dan BUMN yang ingin menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar dalam membantu wartawan membiayai pelatihan gratis, atau untuk kader desa pelatihan public speaking.

Khusus bagi pelatihan jurnalistik, ini merupakan bagian dari ketranpilan untuk menciptakan wartawan kompeten dan profesional, ujar Fredrich yang juga Ketua Forum Pimpinan Redaksi Provinsi Sulawesi Selatan.

Dia mengimbau  agar semua yayasan pers, lembaga pelatihan pers maupun organisasi pers untuk kembali aktif melakukan pelatihan bagi wartawan, mengingat pertumbuhan jumlah wartawan sangat pesat seiring peluang yang diberikan UU tentang Pers yang membolehkan semua pihak dapat mendirikan media berbadan hukum, sehingga  pertumbuhan jumlah wartawan juga sangat cepat, terutama wartawan media siber.

“Ini tanggungjawab sosial kita bersama untuk turut menciptakan wartawan kompeten dan profesional melalui pelatihan yang baik dan benar,” ucapnya. (AI/MMK).

Read 1285 times
Rate this item
(0 votes)
Published in Dokter News
Phinisi News

Latest from Phinisi News

Login to post comments