Print this page

Sipakatau, Membangkitkan Memori Kolektif Budaya Sulsel

Pertemuan Pemantapan Panitia Gerakan Budaya Sipakatau yang menggelar berbagai kegiatan secara berkolaborasi selama 112 hari. Pertemuan di Studio Coffee Makassar (22/3). (Foto : Dok Panitia). Pertemuan Pemantapan Panitia Gerakan Budaya Sipakatau yang menggelar berbagai kegiatan secara berkolaborasi selama 112 hari. Pertemuan di Studio Coffee Makassar (22/3). (Foto : Dok Panitia).
 

Penulis : Fred K   /  Editor : Ahmad I

Makassar (Phinisinews.com) – Sipakatau yang merupakan wadah gotong royong gerakan kebudayaan dari Makassar akan menggugah dan membangkitkan memori kolektif melalui gelaran sejumlah peristiwa budaya Sulawesi Selatan selama 112 hari (1 Agustus – 10 November 2022).

Memori kolektif akan digugah melalui sejumlah peristiwa budaya dengan kegiatan utama dalam membangun monumen ingatan tersebut adalah reka ulang peristiwa “pemakaman kembali Robert Wolter Mongisidi” (Pahlawan Nasional), setelah ditembak mati,  ”Palili” (arak arakan) bendera-bendera pusaka kerajaan adat se Sulawesi Selatan berkeliling ke 23 kabupaten/kota di Sulsel serta berbagai peristiwa budaya yang dilakukan diberbagai tempat.

Hal itu dikemukakan Ketua Panitia Gerakan Kebudayaan Sipakatau, Dr Halilintar Lathief, saat melakukan rapat pemantapan, di Makassar, Selasa, yang dihadiri puluhan aktivis, akademisi dan pegiat budaya lintas generasi dan komunitas.

“Sipakatau” adalah bahasa Bugis-Makassar yang berarti saling memuliakan manusia. Sipakatau memilih citra pahlawan sebagai jalan menggugah memori kolektif, karena para pahlawan telah memberi tauladan bagaimana pesse – rasa kemanusiaan adil beradab yang menyalakan semangat rela berkorban, merupakan bukti nyata sanggup melepaskan bangsanya dari derita berabad masa penjajahan.

Sebagai penghormatan dan rasa simpati yang mendalam kepada para pahlawan, maka kita yang masih hidup dan menikmati hasil kemerdekaan, sudah seharusnya dengan tulus ihlas membangun monumen perjuangannya. Monumen bukanlah wujud fisik para pejuang, tetapi “tugu ingatan” tentang jiwa kepahlawanan yang dapat dikenang dan diperingati dari waktu ke waktu oleh generasi penerus pewaris bangsa merdeka melalui berbagai gelaran peristiwa budaya.

Peristiwa-peristiwa tersebut melibatkan partisipasi aktif semua komponen bangsa lintas generasi. Peristiwa ini akan membangun kesadaran bersama akan nilai-nilai keberanian membela kebenaran seperti laku para pahlawan, serta diyakini sanggup menyentuh rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.

Gerakan kolaborasi ini, akan berlangsung selama 112 hari secara terus menerus, dimulai tanggal 1 Agustus 2022 hingga 10 November 2022. Secara keseluruhan aktivitasnya akan di pusatkan di Benteng Somba Opu dan Kota Makassar, serta media sosial.

Selain itu beberapa kota di Sulsel, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara akan turut berpartisipasi melalui kartu pos dan online.

Menurut Halilintar, peristiwa-peristiwa kebudayaan “Sipakatau” dilakukan secara online-offline, secara transparan dan gotong royong. Sipakatau akan menciptakan ruang perjumpaan yang menciptakan interaksi budaya antara generasi dan berbagai strata sosial yang saling memperkaya, memperkuat, dan mampu melahirkan budaya baru yang inklusif.

Peristiwa ini dapat menjadi model mekanisme integrasi nasional Indonesia secara empiris berdasarkan pada suara-suara otentik warga, ujarnya.

Sebagai penguat peristiwa tersebut akan digelar berbagai upacara tradisi dan inovasi secara berkala, peristiwa budaya akan digelar secara terbuka oleh Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Budaya.

Beberapa kegiatan pagelaran teater kejadian “Setia Hingga Akhir”, pagelaran seni heroisme, arakan bendera pusaka keliling sulsel, hari tari Sulawesi I, Dialog Lintas Iman & Doa Kebangsaan (setiap Senin), Mimbar Kampus (setiap Selasa), Teras Budaya (setiap Kamis), Serambi Nusantara (setiap Sabtu), setiap tanggal 28 pagelaran Bhinneka Tunggalan Ika, pidato kebudayaan, ziarah, kongres kebudayaan Sulsel III, Pertemuan adat, Festival Tomanurung Nusantara, workshop seni dan bela negara, lomba berbagai cabang seni (poster, puisi, fotografi, video, esai) dan lainnya.

Radio-radio swasta dan RRI Makassar akan berpartisipasi dalam “Festival Udara” yang akan disiarkan serentak pada jam tertentu setiap hari.

Kalangan konten kreatif akan menjadikan medsos sebagai ruang publik untuk kebebasan berekspresi konten-konten yang membangun karakter berbangsa. Diharapkan juga partisipasi ekspresi budaya dan kebangsaan dari hotel-hotel, restoran, dan usaha transportasi, ucapnya.

Saat berlangsung berbagai peristiwa-peristiwa(event)  tersebut, terjadi pula kejadian swafoto dan peliputan video pendek tentang event tersebut oleh para siswa dan mahasiswa di sepanjang jalan yang dilintasi, terutama saat kirab bendera bendera pusaka kerajaan adat.

Hasil karya fotografi atau video tersebut, mereka posting di berbagai medsos yang dikirim ke situs panitia untuk diikutkan sebagai peserta lomba fotografi dan lomba video “bagimu negeri jiwa raga kami”.

Para siswa yang berada di luar jalur lintasan pun melakukan kejadian lain pada waktu bersamaan dengan menulis pesan dalam sebuah kartu pos/medsos untuk sahabatnya di luar kota/desa mereka dengan bantuan para guru (sejarah, seni budaya, Pendidikan Moral Pancasila), dan Babinsa, ujar Halilintar.

Salah seorang tokoh, pengiat dan pengamat budaya, Usman Basry Karaeng Naro mengatakan, event-event pada kegiatan “Sipakatau” ini diharapkan dengan cepat mempromosikan budaya Sulsel serta semakin memasyarakat untuk internal dan eksternal Sulsel, apalagi jika didukung penayangan melalui digitalisasi.

Dia membandingkan dengan budaya Bali, yakni seorang anak sejak lahir sudah dididik budaya dan kearifan lokal dan tiap desa ada sanggar tari, sehingga budaya dan “local wisdom” tetap lestari dan memasyarakat.

“Saya berharap melalui  Sipakatau gotong royong gerakan kebudayaan dari Makassar ini, budaya Sulsel semakin memasyarakat di semua kalangan serta lestari,” ujar Karaeng Naro.

Panitia Gerakan Budaya Sipakatau yakni Ketua Umum, Dr Halilintar Lathief, Ketua 1 Dr Syamsul Rijal Adnan, Ketua 2, Irfan Djauri, Ketua 3, Dr Ir A. Ali Malombasi Dg Nyengka, Ketua 4 Dr Hidayat Mualim, MA, Sekretaris Umum, Sapril Akhmadi, MA, Bendahara Umum, Dr Ir Yongris Lao dan Dr AM Nur Bau Masseppe.

Ketua Devisi 1 (Sekolah Kebangsaan), Christine Hutubessy, Ketua Devisi 2 Sekolah Budaya, Dr Faisal RMA, MPd, Ketua Devisi 3 Festival, Dr Armin Amri, MPd, Ketua Devisi 4 Publikasi dan Dokumentasi, Fredrich Kuen Daeng Narang, MSi, Ketua Devisi 5 Tradisi dan Inovasi, Usman Basry Krg Naro, MBA, Ketua Devisi 6 Sket dan Kejadian, Anggrawangsah, MA, Ketua Devisi 7 Khusus dan Umum, Hasdy Ngitung, MPd. (FK/AI).

Read 884 times
Rate this item
(0 votes)
Published in Nasional
Phinisi News

Latest from Phinisi News

Login to post comments