Sunday, 22 May 2022 10:53
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad Imron

Makassar (Phinisinews.com) – Ketua Umum Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT), Annar Salahuddin Sampetoding selalu mengingatkan anggota DEIT bahwa pengusaha  harus bisa berkolaborasi menghadapi dunia usaha dan tantangannya yang terus berubah dengan cepat.

Untuk itu, pengusaha harus selalu berpikir inovatif untuk sesuatu  yang baru dan jangan menunggu takdir, melainkan harus cerdas dan berani menjemput takdir, ujar Annar Salahuddin Sampetoding yang biasa disapa Annar di Makassar, Minggu.

Berdasarkan pengalaman, pengusaha harus peka terhadap perkembangan yang ada dan menjawab tantangan dengan berkolaborasi agar tetap eksis dan tidak hanya menjadi penonton di daerah/negeri sendiri,

Sebab, lanjutnya, pengusaha bukan hanya mencari peluang usaha, namun juga harus mampu menciptakan peluang tersebut. Bagi mereka yang belum mampu melakukan itu, maka harus diupayakan agar bisa melakukan hal tersebut, karena kalau yang kategori usaha biasa saja, semua orang pasti mampu mengerjakan.

Prinsipnya, pengusaha harus berpikir “one step ahead” (satu langkah ke depan) dan “mindset” (pola pikir) harus dijadikan “habit” (kebiasaan), ujarnya.

Untuk itu, dia mengharapkan DEIT Sulawesi Selatan menjadi  barometer dan “role model” (panutan) untuk DEIT Provinsi lainnya di Indonesia Timur agar pengusaha di Indonesia Timur dapat menangkap peluang dengan cara berkolaborasi untuk ikut mensejahterakan masyarakat di wilayahnya,

“Jadi yang dibutuhkan adalah action (tindakan) dari ide dan terobosan terbaik, sekalipun itu ‘out of the box’ (di luar kelaziman) serta hindari hanya sekedar wacana sebab yang dibutuhkan adalah tindakan nyata dari gerbong besar DEIT bergerak maju untuk mensejahterakan anggota dan masyarakat wilayah Timur Indonesia,” ujar Annar memotivasi. (FK/AI).

Friday, 20 May 2022 10:27
 

Penulis : Sol D Ling  /  Editor : Fred K

Bandung (Phinisinews.com) – Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) yang digelar setiap tahun usai Idul Fitri, konsepnya tidak hanya menghasilkan “deal deal bisnis” tetapi yang penting adalah suasana yang terasa adanya "perekatan hati".antara saudagar satu dengan yang lain.

Hal itu terjadi karena Pertemuan yang sudah berlangsung 22 kali atau 22 tahun secara berturut turut  itu diikuti oleh berbagai level generasi, mulai dari generasi sebelum “baby boomer generation” sampai pada generasi Z, ujar Direktur Utama BRINS (BRI Insurance), Fankar Umran di Bandung, Kamis, usai mengikuti PSBM XXII di Makassar, 14-15 Mei 2022.

Fankar yang juga profesional di bidang perbankan dan finansial management ini menegaskan, kedekatan hati adalah modal utama untuk hubungan jangka panjang yang saling mamahami kelebihan dan kekurangan.

Menurut dia, pertemuan saudagar, antar pengusaha dan semacamnya secara nasional sebenarnya adalah hal biasa. Tetapi Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar ini adalah sesuatu yang sangat jauh berbeda, sebab di sini ada Perekatan hati, inspirasi, motivasi untuk maju bersama lintas generasi.

Dia mencontohkan inspirasi dan motivasi yang disampaikan oleh Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, HM Jusuf Kalla akan selalu bergaung di sanubari para Saudagar yang hadir, membaca berita, atau melihat rekaman videonya.

Saat itu, JK membawa hadirin ke masa lalu, merasakan atmosfir bisnis zaman 4.0, dan memberi gambaran prospek bisnis masa depan.

Sebab Jusuf Kalla bercerita  kepada "anak anak" nya secara runtut  dan teratur. mengupas tuntas sepak terjang Saudagar Bugis-Makassar tempo doeloe lengkap dengan nama, alamat perusahaan,bidang usaha dan pendirinya serta kejayaan yang diraih.

Melihat kejayaan saudagar masa lalu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, merupakan pengalaman yang sangat baik bagi lintas generasi agar usaha yang ditekuni bisa bertahan dalam banyak lapisan generasi, sebab sejak dini mereka sudah terbiasa dilibatkan dari generasi ke generasi. (SDL/FK).

Thursday, 19 May 2022 08:40
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad I

Makassar (Phinisinews.com) - Pameran Temporer "Jejak Pangeran Diponegoro" di Museum Kota Makassar, dalam dua hari ini ramai pengunjung untuk mengetahui jejak sejarah Pahlawan Nasional Diponegoro dari Selarong hingga Sulawesi.

Pengunjung terbanyak dari kalangan siswa, mahasiswa, keluarga pejuang, peminat budaya dan masyarakat umum, dan pameran berlangsung 18-22 Mei 2022, demikian pemantauan Pers di Museum Kota Makassar, Kamis.

Pameran dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama menampilkan biografi Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa. Bagian Kedua mengangkat sumber-sumber tradisional sejarah Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa (Babad Diponegoro dan beberapa babad lainnya).

Bagian ketiga menyajikan Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan berikut respon kontemporer terhadap gelar tersebut, dan bagian keempat menyuguhkan beberapa buku terkait sejarah Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa di mana sebagian buku dapat dibaca di tempat.

Pameran dilaksanakan atas kolaborasi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa  Yogyakarta, Museum Diponegoro,  Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan Koleksi buku-buku Ketua Umum Patra Padi / Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro) Yogyakarta, Raden Rahadi Saptata Abra, S.Si, MBA, bertempat di Museum Kota Makassar.

Berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan Pahlawan Pangeran Diponegoro yang wafat dan di makamkan di Makassar dibawa dari Yogyakarta ke Makassar untuk dipamerkan.

Benda sejarah itu antara lain, wayang, batik, buku, lukisan serta berbagai benda lain milik dua museum di Yogyakarta.

Benda benda sejarah itu disertai oleh arkeolog dan kurator pameran dari Yogyakarta.

Dalam pameran tersebut juga dirilis hubungan Yogyakarta dalam hal ini Kerajaan Mataram dengan Kerajaan di Sulawesi Selatan hingga Pangeran Diponegoro wafat di Makassar.

Diuraikan, berawal dari seorang bangsawan Bugis-Makassar, I Manggaleng Karaeng Daeng Naba (Daeng Naba), putra dari I Manninori J Karetojeng, romantika sejarah Mataram dengan Bugis-Makassar terjalin pada masa Sri Susuhunan Amangkurat I, Raja ke-4 Mataram (1646-1677).   

Sebagai informasi, Daeng Naba adalah salah satu sosok yang berperan penting membantu Mataram dalam meredam perlawanan Trunajaya (1670-1679). Atas jasanya, Daeng Naba dinikahkan dengan Putri Tumenggung Sontoyuda II, diberikan tanah perdikan di Mlati, Sleman, Yogyakarta serta dipercaya untuk memimpin pasukan kavaleri berjumlah 2.500 orang yang sebagian besar terdiri dari laskar Bugis-Makassar.

Kelak dikemudian hari, dari pernikahan campuran ini, lahir seorang Pahlawan Nasional bernama Mas Ngabehi Wahidin Soedirohoesodo, seorang tokoh pergerakan nasional di Hindia Belanda.

Memori kolektif sejarah antara Mataram dengan Bugis-Makassar, sampai dengan saat ini terus berjalan membentuk ikatan batin dan persaudaraan yang kuat antara Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. 

Sebagai bagian dari upaya memperkokoh dan merawat memori kolektif sejarah antara Yogyakarta dengan Sulsel, untuk menyemarakkan Hari Kebudayaan Kota Makassar yang ke-4 dan Hari Museum Internasional, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) DIY bersinergi dengan Pemerintah Daerah Kota Makassar melalui Dinas Kebudayaan Kota Makassar serta Museum Kota Makassar, menyelenggarakan pameran “Jejak Pangeran Diponegoro, Sulawesi (dari Selarong hingga Sulawesi)” di Museum Kota Makassar.

Tujuan pameran untuk mendekatkan masyarakat Makassar kepada figur Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro yang makamnya berada di Kota Makassar.

Saat pembukaan pameran, Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro / IKAPADI Sulsel, RM Syaiful Diponegoro menyematkan Pin IKAPADI Sulsel kepada Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, SS, MA, atas terselenggaranya Pameran Diponegoro di Kota Makassar. (FK/AI).

Tuesday, 17 May 2022 12:21
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad I

Makassar (Phinisinews.com) - Dua kegiatan Trah (keturunan bangsawan) Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro digelar sekaligus di Makassar, Sulawesi Selatan, selama sepekan yakni halal bi halal dan pameran temporer "Jejak Pangeran Diponegoro."

Halal bi halal dilaksanakan di Pantai Biru Tanjung Bunga Makassar, Selasa (17/5), dihadiri  Ketua Umum Patra Padi Yogyakarta  (Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro)  Raden Rahadi Saptata Abra, S.Si, MBA serta Ketua Ikatan Keluarga Pangeran Diponegoro (Ikapadi) Sulawesi Selatan, RM Syaiful Diponegoro.

Saat itu, R. Rahadi Saptata Abra menyerahkan cinderamata wayang kayu Diponegoro kepada paguyuban Trah Pangeran Diponegoro di Sulsel (Ikapadi) dan Ketua Ikapadi Sulsel, RM Syaiful Diponegoro menyerahkan lencana penghargaan Ikapadi kepada antropolog yang juga budayawan, Dr Halilintar Latief karena berbagai andil (peran) yang dilakukan untuk Trah Pangeran Diponegoro di Sulsel.

Khusus pameran, 18-22 Mei 2022, dilaksanakan atas kolaborasi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa  Yogyakarta, Museum Diponegoro,  Museum Sonobudoyo dan Koleksi buku-buku Ketua Umum Patra Padi Yogyakarta dan pameran bertempat di Museum Kota Makassar.

Berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan Pahlawan Pangeran Diponegoro yang wafat dan di makamkan di Makassar dibawa dari Yogyakarta ke Museum Kota Makassar untuk dipamerkan.

Benda sejarah itu antara lain, wayang, batik, buku, lukisan serta berbagai benda lain milik dua museum di Yogyakarta.

Benda benda sejarah itu disertai oleh arkeolog dan kurator pameran dari Yogyakarta.

Sebagai Ketua Paguyuban Trah Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro, Rahadi menyambut baik dua kegiatan tersebut yakni halal bi halal yang memberinya kesempatan bersilaturahmi dengan seluruh keturunan Diponegoro yang ada di Sulsel dan pameran untuk makin mendekatkan figur Diponegoro dengan seluruh masyarakat Sulsel.

Sebelumnya, pada awal Mei 2022, saat berkunjung ke Makassar, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga berkunjung ke Makam Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro di Kota Makassar. (FK/AI).

Tuesday, 29 March 2022 14:12
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad I

Maros, Sulsel (Phinisinews.com) – Karaeng (Raja Adat) Turikale VIII Maros, Brigjen Pol (Purn) Dr H.A.A. Mapparessa, MSi, MM mengatakan, budaya harus dilestarikan, tidak dibelokkan.

Untuk itu, pelestarian budaya merupakan upaya perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan warisan budaya. Upaya untuk mempertahankan budaya serta adat istiadat yang dimiliki selama ini, menjaga kesinambungannya sesuai yang dilakukan leluhur agar budaya tetap sebagaimana adanya, serta tidak dibelokkan.

Hal itu dikemukakan Karaeng Turikale Mapparessa saat silaturahmi Raja-Raja Adat di Sulawesi Selatan menyambut bulan suci Ramadhan dengan tuan rumah Karaeng Marusu XXI, Drs A. Abdul Waris Tadjuddin Karaeng Sioja dan permaisurinya, di Balla Lompoa (Istana Raja) Kassi Kebo Marusu, Kabupaten Maros, Sulsel,  32,5 km dari Makassar, Selasa.

Untuk itu, lanjutnya, kalangan milenial harus dilibatkan dalam upaya pelestarian budaya, baik sebagai pelaku budaya maupun sebagai pelestari budaya melalui berbagai kemampuan teknologi komunikasi yang senantiasa digunakan sekarang ini.

Perdana Menteri Kerajaan Adat Gowa, Andi Bau Malik Barammamase, SH Karaengta Tukkajannangang mengatakan, silaturahmi antara para raja adat beserta bangsawannya secara internal maupun eksternal sangat penting dilakukan untuk tetap menjaga kerukunan persaudaraan internal kerajaan adat maupun eksternal antar kerajaan adat se nusantara.

“Hindarkan perasaan dan penilaian bahwa kerajaan adat satu lebih tinggi dari kerajaan adat lainnya agar kerukunan dan kekompakan antara kerajaan adat tetap terpelihara dan secara bersama melestarikan kekayaan budaya kita,” ujarnya.  

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya karena kebudayaan merupakan pilar kehidupan bangsa. Sedangkan langkah strategis memajukan kebudayaan yakni perlindungan , pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan.

Antropolog/Budayawan, Dr A. Halilintar Lathief yang juga Ketua Panitia Gerakan Kebudayaan Sipakatau melaporkan bahwa di Sulsel selama 112 hari (1 Agustus – 10 November 2022) akan digelar kegiatan budaya secara swadaya dan gotong royong, sehingga diharapkan semua kerajaan adat di provinsi ini terlibat dalam upaya sadar pelestarian budaya dari kita untuk kita dan untuk bangsa.

 

“Sipakatau” adalah bahasa Bugis-Makassar yang berarti saling memuliakan manusia. Dan dalam konteks ini, Sipakatau merupakan wadah gotong royong gerakan kebudayaan dari Makassar yang akan menggugah dan membangkitkan memori kolektif melalui gelaran sejumlah peristiwa budaya Sulsel. Dan Gelaran tersebut melibatkan partisipasi aktif semua komponen bangsa lintas generasi secara swadaya dan gotong royong.

Sebagai penguat peristiwa tersebut akan digelar berbagai upacara tradisi dan inovasi secara berkala, peristiwa budaya akan digelar secara terbuka oleh Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Budaya.

Beberapa kegiatan pagelaran teater kejadian, pagelaran seni heroisme, arakan bendera pusaka keliling sulsel, hari tari Sulawesi I, Dialog Lintas Iman & Doa Kebangsaan (setiap Senin), Mimbar Kampus (setiap Selasa), Teras Budaya (setiap Kamis), Serambi Nusantara (setiap Sabtu), setiap tanggal 28 pagelaran Bhinneka Tunggalan Ika, orasi kebudayaan, ziarah, kongres kebudayaan Sulsel III, Pertemuan adat, Festival Tomanurung Nusantara, workshop seni dan bela negara, lomba berbagai cabang seni (poster, puisi, fotografi, video, esai) dan lainnya.

Radio-radio swasta dan RRI Makassar akan berpartisipasi dalam “Festival Udara” yang akan disiarkan serentak pada jam tertentu setiap hari.

Kalangan konten kreatif akan menjadikan medsos sebagai ruang publik untuk kebebasan berekspresi konten-konten yang membangun karakter berbangsa.

Saat berlangsung berbagai peristiwa-peristiwa (event)  tersebut, terjadi pula kejadian swafoto dan peliputan video pendek tentang event tersebut oleh para siswa dan mahasiswa di sepanjang jalan yang dilintasi, terutama saat kirab bendera bendera pusaka kerajaan adat.

Hasil karya fotografi atau video tersebut, mereka posting di berbagai medsos yang dikirim ke situs panitia untuk diikutkan sebagai peserta lomba fotografi dan lomba video “bagimu negeri jiwa raga kami”.

Para siswa yang berada di luar jalur lintasan kirap pun melakukan kejadian lain pada waktu bersamaan dengan menulis pesan dalam sebuah kartu pos/medsos untuk sahabatnya di luar kota/desa mereka dengan bantuan para guru (sejarah, seni budaya, Pendidikan Moral Pancasila), dan Babinsa, ujar Halilintar.

Hadir dalam acara silaturahmi kerajaan Adat itu, antara lain, Permasuri Sombayya Raja Gowa, Alm Andi Maddusila Patta Nyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II, Karaeng Turikale dan Permaisuri, Karaeng Marusu dan Permaisuri, Karaeng (Raja) Sanro Bone Takalar, Dr Ir A. Ali Malombasi Dg Nyengka dan Permaisuri, serta beberapa Bangsawan lainnya, dari Kerajaan Adat Suppa, Bau Abdullah Bau Masssepe, Kerajaan Adat Kindang Bulukumba, Fred Kuen Daeng Narang, MSi dan lainnya, (FK/AI).

Tuesday, 22 March 2022 12:28
 

Penulis : Fred K   /  Editor : Ahmad I

Makassar (Phinisinews.com) – Sipakatau yang merupakan wadah gotong royong gerakan kebudayaan dari Makassar akan menggugah dan membangkitkan memori kolektif melalui gelaran sejumlah peristiwa budaya Sulawesi Selatan selama 112 hari (1 Agustus – 10 November 2022).

Memori kolektif akan digugah melalui sejumlah peristiwa budaya dengan kegiatan utama dalam membangun monumen ingatan tersebut adalah reka ulang peristiwa “pemakaman kembali Robert Wolter Mongisidi” (Pahlawan Nasional), setelah ditembak mati,  ”Palili” (arak arakan) bendera-bendera pusaka kerajaan adat se Sulawesi Selatan berkeliling ke 23 kabupaten/kota di Sulsel serta berbagai peristiwa budaya yang dilakukan diberbagai tempat.

Hal itu dikemukakan Ketua Panitia Gerakan Kebudayaan Sipakatau, Dr Halilintar Lathief, saat melakukan rapat pemantapan, di Makassar, Selasa, yang dihadiri puluhan aktivis, akademisi dan pegiat budaya lintas generasi dan komunitas.

“Sipakatau” adalah bahasa Bugis-Makassar yang berarti saling memuliakan manusia. Sipakatau memilih citra pahlawan sebagai jalan menggugah memori kolektif, karena para pahlawan telah memberi tauladan bagaimana pesse – rasa kemanusiaan adil beradab yang menyalakan semangat rela berkorban, merupakan bukti nyata sanggup melepaskan bangsanya dari derita berabad masa penjajahan.

Sebagai penghormatan dan rasa simpati yang mendalam kepada para pahlawan, maka kita yang masih hidup dan menikmati hasil kemerdekaan, sudah seharusnya dengan tulus ihlas membangun monumen perjuangannya. Monumen bukanlah wujud fisik para pejuang, tetapi “tugu ingatan” tentang jiwa kepahlawanan yang dapat dikenang dan diperingati dari waktu ke waktu oleh generasi penerus pewaris bangsa merdeka melalui berbagai gelaran peristiwa budaya.

Peristiwa-peristiwa tersebut melibatkan partisipasi aktif semua komponen bangsa lintas generasi. Peristiwa ini akan membangun kesadaran bersama akan nilai-nilai keberanian membela kebenaran seperti laku para pahlawan, serta diyakini sanggup menyentuh rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.

Gerakan kolaborasi ini, akan berlangsung selama 112 hari secara terus menerus, dimulai tanggal 1 Agustus 2022 hingga 10 November 2022. Secara keseluruhan aktivitasnya akan di pusatkan di Benteng Somba Opu dan Kota Makassar, serta media sosial.

Selain itu beberapa kota di Sulsel, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara akan turut berpartisipasi melalui kartu pos dan online.

Menurut Halilintar, peristiwa-peristiwa kebudayaan “Sipakatau” dilakukan secara online-offline, secara transparan dan gotong royong. Sipakatau akan menciptakan ruang perjumpaan yang menciptakan interaksi budaya antara generasi dan berbagai strata sosial yang saling memperkaya, memperkuat, dan mampu melahirkan budaya baru yang inklusif.

Peristiwa ini dapat menjadi model mekanisme integrasi nasional Indonesia secara empiris berdasarkan pada suara-suara otentik warga, ujarnya.

Sebagai penguat peristiwa tersebut akan digelar berbagai upacara tradisi dan inovasi secara berkala, peristiwa budaya akan digelar secara terbuka oleh Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Budaya.

Beberapa kegiatan pagelaran teater kejadian “Setia Hingga Akhir”, pagelaran seni heroisme, arakan bendera pusaka keliling sulsel, hari tari Sulawesi I, Dialog Lintas Iman & Doa Kebangsaan (setiap Senin), Mimbar Kampus (setiap Selasa), Teras Budaya (setiap Kamis), Serambi Nusantara (setiap Sabtu), setiap tanggal 28 pagelaran Bhinneka Tunggalan Ika, pidato kebudayaan, ziarah, kongres kebudayaan Sulsel III, Pertemuan adat, Festival Tomanurung Nusantara, workshop seni dan bela negara, lomba berbagai cabang seni (poster, puisi, fotografi, video, esai) dan lainnya.

Radio-radio swasta dan RRI Makassar akan berpartisipasi dalam “Festival Udara” yang akan disiarkan serentak pada jam tertentu setiap hari.

Kalangan konten kreatif akan menjadikan medsos sebagai ruang publik untuk kebebasan berekspresi konten-konten yang membangun karakter berbangsa. Diharapkan juga partisipasi ekspresi budaya dan kebangsaan dari hotel-hotel, restoran, dan usaha transportasi, ucapnya.

Saat berlangsung berbagai peristiwa-peristiwa(event)  tersebut, terjadi pula kejadian swafoto dan peliputan video pendek tentang event tersebut oleh para siswa dan mahasiswa di sepanjang jalan yang dilintasi, terutama saat kirab bendera bendera pusaka kerajaan adat.

Hasil karya fotografi atau video tersebut, mereka posting di berbagai medsos yang dikirim ke situs panitia untuk diikutkan sebagai peserta lomba fotografi dan lomba video “bagimu negeri jiwa raga kami”.

Para siswa yang berada di luar jalur lintasan pun melakukan kejadian lain pada waktu bersamaan dengan menulis pesan dalam sebuah kartu pos/medsos untuk sahabatnya di luar kota/desa mereka dengan bantuan para guru (sejarah, seni budaya, Pendidikan Moral Pancasila), dan Babinsa, ujar Halilintar.

Salah seorang tokoh, pengiat dan pengamat budaya, Usman Basry Karaeng Naro mengatakan, event-event pada kegiatan “Sipakatau” ini diharapkan dengan cepat mempromosikan budaya Sulsel serta semakin memasyarakat untuk internal dan eksternal Sulsel, apalagi jika didukung penayangan melalui digitalisasi.

Dia membandingkan dengan budaya Bali, yakni seorang anak sejak lahir sudah dididik budaya dan kearifan lokal dan tiap desa ada sanggar tari, sehingga budaya dan “local wisdom” tetap lestari dan memasyarakat.

“Saya berharap melalui  Sipakatau gotong royong gerakan kebudayaan dari Makassar ini, budaya Sulsel semakin memasyarakat di semua kalangan serta lestari,” ujar Karaeng Naro.

Panitia Gerakan Budaya Sipakatau yakni Ketua Umum, Dr Halilintar Lathief, Ketua 1 Dr Syamsul Rijal Adnan, Ketua 2, Irfan Djauri, Ketua 3, Dr Ir A. Ali Malombasi Dg Nyengka, Ketua 4 Dr Hidayat Mualim, MA, Sekretaris Umum, Sapril Akhmadi, MA, Bendahara Umum, Dr Ir Yongris Lao dan Dr AM Nur Bau Masseppe.

Ketua Devisi 1 (Sekolah Kebangsaan), Christine Hutubessy, Ketua Devisi 2 Sekolah Budaya, Dr Faisal RMA, MPd, Ketua Devisi 3 Festival, Dr Armin Amri, MPd, Ketua Devisi 4 Publikasi dan Dokumentasi, Fredrich Kuen Daeng Narang, MSi, Ketua Devisi 5 Tradisi dan Inovasi, Usman Basry Krg Naro, MBA, Ketua Devisi 6 Sket dan Kejadian, Anggrawangsah, MA, Ketua Devisi 7 Khusus dan Umum, Hasdy Ngitung, MPd. (FK/AI).

Wednesday, 09 March 2022 13:56
 

Penulis : Ahmad I   /  Editor : Mitha K

Makassar (Phinisinews.com) – Direktur Eksekutif Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC), Fredrich Kuen, MSi mengatakan, idealnya Kerjasama kemitraan untuk publikasi Pemerintah Kota, Kabupaten, Provinsi maupun institusi dengan Media Pers cetak, online dan elektronik,  tidak membungkam idealisme kritis berita kontrol sosial.

Semua ada caranya agar kemitraan berjalan baik, idealisme pers tetap terpelihara serta kontrol sosial tetap dapat dilakukan secara profesional.

Hal itu dikemukakan Fredrich yang juga Penguji Kompetensi Wartawan Dewan Pers serta Asesor Pers BNSP Ketika menjadi pemateri pada seminar Hubungan Media, dengan tema “Memperkuat jaringan media untuk mensukseskan publikasi program Pemerintah Kota Makassar di salah satu hotel bintang lima di Makassar, Rabu, yang diikuti sekitar 100 orang wartawan, pimpinan media cetak, online dan elektronik, Humas, Kominfo dan lainnya.

Seminar menampilkan tiga pemateri, yakni Direktur Lembaga Pelatihan Pers P2MTC, Fredrich Kuen, Ketua KPID Sulsel, Asrul Hasan SE, MM dan Pengamat yang juga Komisaris GMTD, Makbul Halim, S.Sos.

Fredrich Menguraikan, Pers yang menjalin Kerjasama kemitraan publikasi dengan pihak tertentu, harus membuat klausul kesepakatan tertulis yang jelas agar tetap dapat melakukan kontrol sosial yang bersifat konstruktif yang dilakukan secara berimbang (cover both side) pada satu berita yang sama.

Jadi pers yang terikat atau mengikatkan diri pada kerjasama  kemitraan peningkatan publikasi untuk mendukung program tertentu, harus menghindari pembuatan berita kontrol menyerang pada publikasi pertama dan menyiarkan berita perimbangan (balance news) secara terpisah pada publis berita kedua.

“Intinya berita control sosial harus dilakukan secara konstruktif, obyektif, sesuai fakta dan berimbang pada satu berita yang sama,” ujar Fredrich yang juga mantan General Manager Perum LKBN ANTARA.

Dia menguraikan tiga pola Kerjasama publikasi yakni Kerjasama imbal siar (ada transaksi keuangan terhadap kerja jurnalistik yang disepakati), Bantuan Imbal Siar (transaksi tidak dalam bentuk ikatan tertulis dalam jumlah tertentu atau peralatan tertentu) serta hibah Imbal Siar (tidak mengikat pihak pers, namun sifatnya pembinaan).

Tiga jenis Kerjasama tersebut tetap disertai imbal siar (upaya peningkatan publikasi) agar kesepakatan itu tetap setara dan bukan program “belas kasih” pihak tertentu kepada pers.

Secara internal pers (media), lanjutnya, program mengikatkan diri dalam suatu kesepakatan Kerjasama imbal siar berbayar dengan imbalan publikasi positif harus dilakukan secara kompromistis rasional pada area “fire wall” (tembok api pemisah redaksional dan bisnis media) agar idealisme pers tetap berjalan, namun di lain sisi ada jaminan kesejahteraan wartawan di media tersebut tetap baik.

Sebab wartawan harus sejahtera dengan kerja profesionalnya, sehingga idealisme idealnya dilakukan secara rasional terukur.

“Idealisme para jurnalis wajib terus terpelihara, namun bila ada peluang bisnis dari kerja pemberitaan yang dilakukan, maka jangan lewatkan selama itu rasional dan tidak mematikan idealisme pers yang selama ini kita agungkan,” ujarnya.

Fredrich juga mengingatkan bahwa dalam kerjasama kemitraan publikasi, para humas harus ikut membantu menjembatani pers dengan narasumber pada institusinya agar kerja profesional lebih mudah dilakukan, ikut memproduksi berita dalam bentuk “press Claar” (berita layak siar) untuk hal hal kreatif dari kinerja institusi agar sasaran Kerjasama yakni peningkatan publikasi program tertentu dapat dilakukan secara maksimal. (AI/MK).

Sunday, 20 February 2022 12:08
 

Penulis : Ahmad Imron  /  Editor : Dg Narang

Makassar (Phinisinews.com) – Direktur Eksekutif Lembaga Pelatihan Jurnalistik P2MTC (Phinisi Pers Multimedia Training Center), Fredrich Kuen, MSi mengatakan, Delik Pers dapat saja terjadi pada berita “kontrol sosial” yang benar sesuai fakta lapangan, namun obyek berita merasa keberatan terhadap berita kontrol tersebut.

Jadi, sekalipun wartawan menulis berita benar dan sesuai fakta, belum tentu bebas dari sentuhan permasalahan hukum akibat pemberitaan (delik pers). Apalagi bila berita itu memang bermasalah dari segi teknis dan kode etik.

Hal itu dikemukakan Fredrich yang juga penguji kompetensi wartawan saat memberikan pembekalan melepas praktek puluhan wartawan muda untuk melakukan pencarian dan penulisan berita pola inverted pyramid (piramida terbalik), pembuatan foto berita berbasis fotografi dan pembuatan video berita berbasis videografi pada pelatihan “Cara Cepat Menjadi Wartawan Profesional” di Makassar, Minggu.

Pelatihan berdurasi 16 jam, 19-20 Februari 2022, terdiri dari 30 persen teori serta 70 persen praktek lapangan dan 10 orang diantara peserta pelatihan tersebut berasal dari berbagai provinsi di Indonesia di luar Sulawesi Selatan.

Menurut Fredrich yang juga penulis Buku Jurnalisme dan Humanisme yang diterbitkan oleh Gramedia, terjadinya delik pers pada berita control sosial yang benar dan sesuai fakta, itu karena persepsi publik tidak seragam terhadap suatu obyek pemberitaan. Apalagi bila oknum yang menjadi obyek berita control sosial adalah public figure atau yang memiliki kekuasaan besar. Walau Wartawan sudah membuat berita seobyektif mungkin dan sesuai fakta lapangan, namun dapat saja dinilai secara subyektif oleh oknum atau figur yang disorot dalam berita control tersebut.

Untuk itu, wartawan harus menulis berita secara beretika, sesuai kaidah jurnalistik, kode etik jurnalistik, undang undang tentang pers (UU No.40/1999) untuk meminimalisir potensi terjadinya delik pers. Artinya harus melakukan kerja kompeten dan kerja profesional

Dalam hal ini, lanjutnya, menjadi wartawan tidak cukup hanya terampil menulis berita, melainkan harus memiliki wawasan yang luas, kompeten dan profesional agar dapat mengatasi kemungkinan delik pers yang timbul dan juga harus diperhatikan bahwa tidak semua delik pers harus diselesaikan di meja pengadilan, melainkan dapat juga diselesaikan tanpa harus menempuh jalur hukum (negosiabel).

Dalam hal ini fleksibilitas kerja wartawan maupun lembaga ombudsman dalam organisasi internal keredaksian media sebagai negosiator penyelesaian delik pers sangat berperan dan dibutuhkan untuk penyelesaian delik pers tanpa melalui jalur hukum.

Yang perlu diingat oleh teman teman jurnalis. Kompeten tidak selamanya diukur dari sertifikat kompetensi, melainkan karya jurnalistik yang dibuat serta profesionalitas kerja jurnalistik secara paripurna. Namun akan tetap lebih baik bila kompetensi wartawan disertifikatkan.

Untuk itu, tidak perlu ada rasa takut terhadap kemungkinan terjadi delik pers pada berita kontrol, selama kerja jurnalistik sudah dijalankan sesuai kaidah, kode etik, dan profesional. Artinya kerja kompeten sudah dijalankan, sehingga tidak perlu ada kecemasan dalam.melakukan kerja idealis serta kontrol sosial.

Berita harus memenuhi antara lain, unsur kebenaran, sesuai fakta lapangan, dibuat secara obyektif, cover both side (berimbang), check and recheck dan double check and recheck, praduga tidak bersalah  (narasi maupun foto dan video) serta memenuhi mekanisme kerja kode etik jurnalistik (KEJ), beretika dan tidak SARA.

Untuk itu, penjaga gawang (gate keeper) terakhir dalam penyelesaian delik pers bila internal media tidak bisa menyelesaikan adalah Rekomendasi Dewan Pers. Keliru telaah dan mengeluarkan rekomendasi yang tidak tepat, maka akan terjadi kriminalisasi terhadap wartawan.

Semua karya jurnalistik harus diselesaikan secara jurnalistik sesuai UU No.40/1999 tentang Pers agar tidak pernah lagi terjadi kriminalisasi terhadap pers. Karena penyelesaian delik pers secara pers adalah melaksanakan hak koreksi, hak jawab dan minta maaf.

Era sekarang, ujar Fredrich yang juga Mantan GM Perum LKBN ANTARA, Pers sangat dibutuhkan masyarakat untuk memperoleh informasi benar, masyarakat tetap menuntut kerja profesional dan kontrol sosial wartawan yang dilakukan secara terukur tanpa hoax. Artinya wartawan harus kerja smart (pintar), harus kompeten dan professional.

Untuk itu, pakai semua jalur untuk terus belajar, menimba ilmu jurnalistik sebagai alat intelektual memberi perlindungan diri terhadap mekanisme kerja kewartawanan untuk meminimalisir potensi terjadinya delik pers. Bisa melalui pelatihan di organisasi pers atau pada lembaga pelatihan independen yang dilakukan secara profesional.

P2MTC menurut dia, melayani pelatihan jurnalistik dan kehumasan bukan hanya di Sulawesi Selatan, melainkan di seluruh tanah air, baik untuk wartawan lintas organisasi, humas maupun kelompok wartawan non organisasi. Silahkan mengontak P2MTC, maka Lembaga pelatihan jurnalistik ini akan mengirim instruktur profesionalnya untuk melakukan pelatihan dimanapun itu di Indoneia sesuai kesepakatan. (AI/DN).

Galleries

 
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Kawasan Wisata Terpadu Gowa...
  Penulis : Andi Mahrus Andis.   Makassar (Phinisinews.com) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sulawesi...
  Penulis : Redaktur Medan (Phinisinews.com) - Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pers Indonesia, Hence...

Get connected with Us