Saturday, 01 January 2022 10:51
 

Oleh : Fredrich Kuen

Makassar (Phinisinews) – Budaya Siri’ (kehormatan) adalah budaya yang dinamis dalam kebudayaan etnis Bugis dan Makassar sehingga dapat bertahan hidup dan mengalami penyegaran secara berkelanjutan dalam pergumulan budaya nusantara.

Untuk itu, saatnya kini untuk mengungkap nilai-nilai Siri’ yang positif yang disertai upaya pemurnian arti Siri’ sebagai nilai luhur dari leluhur masyarakat Bugis dan Makassar untuk dilestarikan. Ini diperlukan agar masyarakat Bugis dan Makassar tidak kehilangan institusi tradisional tempat harga diri mereka bertaut. Bila tidak, maka mereka akan kehilangan wadah sosialisasi bagi pewarisan budayanya.

Hal itu diungkapkan Budayawan Dr Halilintar Latief dalam Buku “Sirik Dalam Pergumulan Budaya Nusantara” Edisi 2 dicetak tahun 2021, setelah edisi 1 tahun 2014, yang diterbitkan oleh Padat Daya Yogyakarta-Makassar-Indonesia, yang merupakan kumpulan tulisan (makalah ilmiah) dari 15 ilmuwan/budayawan dengan editor Halilintar Latief yang juga menyumbangkan tulisan di dalam Buku tersebut.

Buku itu berisi tulisan ilmiah Siri’ sebagai nilai dan identitas yakni “Pandangan hidup manusia Bugis dan Makassar “ (Prof Dr Hamid Abdullah), “Siri’ sebagai pedoman bertingkah laku” (Prof Dr M. Natsir Said), “Siri’ dalam masyarakat Makassar”  (Prof Dr Mattulada), “Konsep Bugis: Siri’, Pesse dan Ware (Prof Em Mr Dr Andi Zainal Abidin Farid), “Siri’ dalam masyarakat Toraja (Prof Dr Cornelis Salombe), “Bentuk Siri’ di Mandar” (Prof Dr Baharuddin Lopa) dan  “Siri’ dalam kelompok” (Prof Dr M. Arifin Salattang).

Berikutnya, bagian tentang upaya implementasi Siri’ terdiri dari tulisan “Siri’ dalam pendidikan non formal (Prof Dr Sahabuddin), “Siri’ dan Pesse dalam pelaksanaan Pemerintahan dan Administrasi Pembangunan” (Drs Mappaturung Parawansa), “Siri’ dan keagamaan dalam masyarakat Sulawesi Selatan” (Prof Dr H. Ramli Yacob), dan “Siri’ sebagai norma Partisipasi dunia usaha” (Prof Dr H. Halide).

Bagian lain dari buku itu yakni tulisan tentang Potret Jejak Siri’ yaitu “Antara Badik dan ruji-ruji penjara” (Dr Hasan Basri), “Gerakan Batara Gowa suatu upaya menegakkan Siri’ (Prof Dr Mukhlis Paeni), “Artikulasi budaya Siri’ dalam menyongsong era globalisasi” (Prof Em Mr Dr H.A. Zainal Abidin Farid), “Reaktualisasi Budaya Siri’ dalam proses modernisasi” (Prof Dr Baharuddin Lopa) dan “Peranan Budaya Sulawesi Selatan dalam memasuki milenium ketiga” (Prof Dr Abu Hamid).

Sedangkan rangkaian tulisan terakhir dari buku setebal 252 halaman itu adalah Epilog dengan judul “Siri’ dalam pergumulan Budaya Nusantara” (Dr Halilintar Latief).

Mengutip Halilintar dalam buku itu bahwa berbagai peristiwa selama beberapa dekade, tidak menjadikan Budaya Siri’ punah. Budaya Siri’ terus merubah diri menyesuaikan dengan jamannya, berarti budaya yang mampu bertahan adalah budaya yang dapat beradaptasi dengan ruang dan masanya.

Keterbukaan arus informasi dan komunikasi di era globalisasi  sekarang, dapat semakin memperkaya kebudayaan lokal dengan wacana, paradigma, nilai-nilai, norma-norma, perilaku dan teknologi.

Tantangan yang kini dihadapi adalah mengupayakan bagaimana eksistensi dan hak berbudaya setiap komuniti dalam suatu proses dialektika menuju Indonesia baru itu dapat dipertahankan dan juga  dikembangkan dalam konteks masyarakat yang berubah dan berkembang dalam masyarakat yang majemuk dan hidup berdampingan dengan kebudayaan kebudayaan negara tetangga dan mancanegara.

Untuk itu, agar kebudayaan Bugis dan Makassar dapat menemukan karekternya yang produktif dan dapat menata sistem sosial secara lebih berkelanjutan, maka inisiatif revitalisasi budaya dengan transformasi yang kreatif terhadap Siri” harus dilakukan secara swadaya masyarakat melalui pemahaman sifat dan ciri Siri’ secara subyektif yang bebas dari konstruksi yang dominatif dan hegemonif oleh penyelenggara negara.

Menurut dia, semua masalah yang menyentuh manusia Bugis dan Makassar diukur pada apakah sesuatu itu dapat dilakukan atau tidak, dan dipertalikan secara erat kepada Siri’ sebagai harga dirinya atau martabatnya sebagai manusia.

Apabila sesuatu itu menyangkut harga dirinya atau keluarganya, maka dia rela memberikan segala-galanya sampai kepada miliknya yang terakhir, sehingga menyebabkan orang Bugis dan Makassar sering terjerumus dalam kesetiaan yang membuta-tuli dan cenderung sangat ekstrim.

Siri’ adalah sesuatu yang abstrak yang hanya akibat kongkritnya saja yang dapat diamati dan diobservasi. Dan dia adalah warisan budaya leluhur (toriolo) berabad-abad lampau.

Walaupun dari hari ke hari telah mengalami perubahan, lanjutnya, namun Siri’ memiliki arti esensial untuk dipahami. Dan bagi orang Bugis dan Makassar tetap merupakan sesuatu yang lekat dengan martabatnya sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.

Hamid Abdullah dalam bukunya “Manusia Bugis Makassar, suatu tinjauan historis terhadap pola tingkah laku dan pandangan hidup manusia Bugis Makassar” menulis berbagai ungkapan dalam Bahasa Bugis yang terwujud dalam “paseng” (pesan) yang dapat dijadikan petunjuk tentang Siri’ pada orang Bugis Makassar.

Antara lain, “mate ri siri’na” artinya mati dalam Siri’ atau mati demi menegakkan martabat atau harga diri. Mati yang demikian dinilai sebagai mati yang terpuji. Sedangkan “mate siri’ “ artinya orang yang sudah hilang harga dirinya dan tidak lebih dari bangkai hidup. Orang Bugis yang merasa mate siri’ akan melakukan jallok (amuk), hingga ia mati sendiri. Jallok yang demikian disebut  “napatettongi siri’na” yang artinya menegakkan kembali martabat dirinya.

“Dek siri’na” artiny tidak memiliki siri’. Dalam ungkapan ini memberi identitas sosial tidak memiliki kehormatan. Padahal hidup mempunyai arti bila ada martabat dan harga diri di dalamnya.

Perumusan Antropolog Amerika Serikat Dr Sherlly Errington memiliki persamaan dengan pengertian Siri’ dari Prof Dr Andi Zainal Abidin Farid yang memandang siri’ sebagai suatu sistem nilai sosial, budaya, dan kepribadian, sedangkan sejarahwan Amerika Serikat lainnya, Dr L.A. Andaya menyimpulkan bahwa ada dua macam Siri’ yaitu rasa aib disebabkan oleh serangan orang lain dan rasa malu yang disebabkan nasib buruk yang menimpa seseorang. (Editor : Mitha Mayestika).

Monday, 27 December 2021 08:17
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad I

Makassar (Phinisinews.com) – Ketua Umum Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT) Sulawesi Selatan, Latunreng mengatakan, menghadapi berbagai perubahan situasi ekonomi ke depan yang belum tertebak, maka gunakan pendekatan baru atau pendekatan yang berbeda sama sekali dari sebelumnya.

“Tetap bergerak dan bekerjasama serta melakukan berbagai strategi pendekatan dalam menghadapi berbagai kemungkinan perubahan ekonomi, terutama akibat imbas dari Pandemi Covid-19,” ujar Latunreng mengutip pesan yang dia lontarkan saat Rapat Pimpinan DEIT Sulsel, di Makassar, pekan lalu.

Dia mengakui, saat ini perkembangan ekonomi cenderung bergerak membaik dengan semangat kebersamaan dan banyak kegiatan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan strategis.

Menurut dia, saatnya sekarang pemikiran kreatif, inovatif dan praktis, harus menjadi pendekatan solutif guna menghadapi dampak pandemi, sehingga rencana dan program kerja yang sudah tersusun dapat dilaksanakan sesuai skala prioritas.

Sedangkan di sisi jasa keuangan, perlu mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat dengan menyalurkan kredit kepada sektor produktif dan unggulan serta memberikan perlindungan bagi para pelaku ekonomi kecil-menengah dengan optimalisasi penyaluran dana KUR yang tepat sasaran.

Saat akhir tahun ini (2021) menuju awal 2022, kecenderungan perbaikan ekonomi sudah mulai terasa, ujarnya dan melanjutkan, ekonomi tumbuh positif walaupun berfluktuasi, harga stabil, sistem keuangan terjaga, termasuk aktivitas perekonoian luar negeri juga cenderung membaik.

Untuk itu, akselarasi pemulihan ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun produksi, dimungkinkan, karena kecendertungan pandemi covid terus turun, sehingga dukungan stimulus, belanja keuangan dan kebijaksanaan Pemerintah daerah dari tingkat provinsi, kota dan kabupaten, kinerja terus terjaga yang dapat mendorong akseleri kinerja sektor ekonomi berorientasi domestik, ucapnya.

Rapim DEIT Sulsel saat itu bertema, “Mendorong ekonomi Sulsel semakin baik demi kemakmuran rakyat, dengan sub tema, Menggali potensi daerah untuk peningkatan  pertumbuhan ekonomi. (FK/Q/AI).

Monday, 27 December 2021 05:32
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad I

Jakarta (Phinisinews.com) – Ketua Umum Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT), Annar Salahuddin Sampetoding mengingatkan kepada jajaran pengurus DEIT Sulawesi Selatan agar menjaga kekompakan dan aturan main organisasi.

“Jangan semua potensi daerah dikuasai oleh pengusaha luar Sulsel atau luar Indonesia Timur. Untuk itu, mari bersama menjaga hasil devisa atau pendapatan asli daerah untuk semaksimal mungkin dimanfaatkan bagi pembangunan daerah kita,” ujar Annar di Jakarta, usai pekan lalu, menghadiri Rapat Pimpinan DEIT Sulsel di Makassar.

Untuk itu, lanjutnya, koordinasi dan komunikasi antara pengurus pusat dan daerah harus tetap dijaga. Agar mata rantai usaha (business chains) bisa terus terawat dan membangun bersama Sulsel serta Kawasan Timur Indonesia secara menyeluruh.

DEIT harus menjadi organisasi luar biasa dan memiliki pembeda dengan organisasi pengusaha lainnya, seperti filosofi dewan penasehat DEIT, almarhum Ciputra, bagus untuk menjadi filosofi kita juga, yakni selalu berpikir satu langkah ke depan dan bukan mencari peluang tetapi menciptakan peluang, kalau orang bilang tidak mungkin, maka kita harus bisa jadikan mungkin, karena kalau biasa saja, orang lain juga semua bisa melakukannya.

Menurut Annar, DEIT adalah organisasi mandiri. Anggotanya merupakan pelaku bisnis yang mempunyai latar belakang berbeda, namun punya satu tujuan yang sama yaitu memajukan serta mensejahterakan masyarakat Indonesia Timur dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan serta memelihara budayanya yang mempunyai ciri khas.

Menurut dia, DEIT adalah organisasi  usaha yang bertujuan memajukan pengusahanya lebih berdaya dan mandiri, serta memiliki harga diri dan kekayaannya sendiri.

Untuk itu, DEIT harus bernilai tambah atau mempunyai manfaat lebih untuk anggotanya, oleh sebab itu, diharapkan seluruh pengurusnya benar-benar menjaga  dan mengawal visi misi yang telah disepakati.

Selain itu, sebagai organisasi mandiri, DEIT juga diharapkan membangun sinergitas dengan pemerintah daerah tingkat provinsi, kota dan kabupaten serta juga seluruh pengusahanya bersama membangun ekonomi dan budayanya, mengingat DEIT hanya ada di level provinsi.

Annar berharap Rapat Pimpinan DEIT Sulsel, bisa melahirkan keputusan-keputusan  strategis buat kemajuan bersama ekonomi Sulsel yang maju dan mandiri, bisa berdiri di kaki sendiri, terutama untuk ekonomi dan budayanya. (FK/Q/AI).

Tuesday, 21 December 2021 15:52
 

Penulis : Ahmad I   /  Editor : Mitha MK

Makassar (Phinisinews.com) – Direktur Eksekutif Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC), Fredrich Kuen, MSi menyatakan, produk “Agenda Setting” media Pers atau perorangan jurnalis, penulisannya harus tetap berdasarkan kebenaran.

Kebenaran itu harus seuai kaidah jurnalistik, sesuai fakta lapangan, akurat, terstruktur, memenuhi unsur 5W+H, melakukan “check and recheck”, berimbang dan lainnya serta sesuai Kode Etik Jurnalistik dan aturan hukum mengacu pada Undang Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers.

Hal itu dikemukakan Fredrich Kuen yang juga penguji Kompetensi Wartawan saat menjadi instruktur “Pelatihan Jurnalistik dan kelas Desain skala Nasional” Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang diikuti puluhan mahasiswa anggota HMI dari beberapa daerah di Indonesia, 20-24 Desember 2021, di Makassar, Selasa.

Menurut dia, agenda setting media atau jurnalis, idealnya harus adalah ide murni, dan bukan agenda setting pihak lain yang secara sadar atau tidak, dilaksanakan oleh media atau jurnalis. Sebab, hasil produk akhir akan berbeda antara agenda setting idealis dan agenda setting orderan (pesanan).

Agenda setting cakupannya bisa luas, baik pengelolaan isu, wacana, framing, kontrol sosial hingga kontrol media.

Dia menguraikan, Agenda Setting adalah upaya menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya di media massa secara umum.

Sedangkan framing adalah bagaimana media menempatkan sebuah berita dan memberikannya makna tertentu.

Jadi intinya, menurut Fredrich yang juga mantan General Manager (GM) Perum LKBN Antara, agenda setting fokus pada apa isu yang diberitakan dan framing  fokus bagaimana isu itu diberitakan.

Terkait hal itu, lanjutnya, isu itu sendiri adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. Jadi bentuknya antara ada dan tiada, tetapi saat dikelola untuk pembuktian, dapat menjadi fakta intelektual (fakta statement – pendapat) terhadap isu tersebut, apakah isu itu mengandung fakta kebenaran atau kebohongan.

Sedangkan wacana berisikan pembahasan tentang topik atau hal tertentu yang ingin disampaikan. Bisa abstrak dan bisa mungkin nyata.

Dalam prakteknya, wacana membutuhkan testcest (uji lapang), seperti wacana tentang suatu rencana kebijaksaan pemerintah. Bila sambutan atau reaksi publik positif maka hal itu secepatnya direalisasikan, sedankan sebaliknya bila negatif maka bisa saja rencana itu dibatalkan atau dilakukan edukasi hingga pemahaman positif, barulah kemudian wacana itu diwujudkan menjadi kenyataan.

Agenda setting juga dapat menyentuh kontrol sosial dan kontrol media sesuai perintah undang undang tentang pers yang menguraikan salah satu dari lima fungsi pers adalah kontrol sosial.

Kontrol sosial dilakukan oleh pers untuk mengungkap hal hal yang merugikan kepentingan umum. Sedangkan kontrol media adalah menjadi gate keeper (penjaga gawang) dalam menuntaskan suatu pemberitaan berlanjut dari fakta yang diperdebatkan yang tiba-tiba terhenti oleh berbagai sebab, ujarnya.

Jadi, idealnya, agenda setting yang merupakan keseharian kerja jurnalistik yang terencana dan tertata dilakukan berdasarkan idealisme dan kebenaran sebagai pekerja pers kompeten dan profesional, ujarnya. (AI/MMK).

Sunday, 19 December 2021 16:34
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Ahmad I

Barru, Sulsel (Phinisinews.com) – Pergerakan percepatan vaksinasi massal di daerah daerah se Provinsi Sulawesi Selatan, kini menyisir pasar pasar yang dilakukan oleh Tim Mobile Vaksinator, sekaligus memantau pengetatan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan.

Di Kabupaten Barru, sekitar 59 kilometer dari Makassar (ibukota Provinsi Sulsel), akhir pekan ini, Tim Mobile Vaksinator menyisir Pasar Mattirowalie di Kecamatan Barru, lalu pasar Pakkae di Kecamatan Tanete Rilau, dan pasar pasar lainnya di Barru.

Penyisiran dilakukan Tim Polres dan Dinas Kesehatan setemat, dipimpin Kapolres Barru, AKBP Liliek Tribhawono Iryanto SIK, MM, dengan sasaran vaksinasi covid-19 yakni para pedagang, pengunjung pasar dan Masyarakat sekitar.

Kapolres masuk ke dalam Pasar untuk mengecek para pedagang yang belum melaksanakan vaksinasi dan memberikan pemahaman pentingnya melakukan vaksinasi serta menerapkan protokol kesehatan.

Bagi pengunjung dan penghuni pasar yang belum vaksin, langsung di vaksin di tempat tersebut oleh tim vaksinator. Sedangkan untuk protokol kesehatan diharapkan seluruh masyarakat tetap memakai masker untuk semua aktivitas, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta terus membiasakan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir saat mengawali dan mengakhiri kegiatan.

Sebab hanya dengan dua cara itu yakni vaksinasi serta protokol kesehatan maka pandemi covid-19 penyebarannya dapat dihentikan, sekaligus memutus mata rantai penularan atau pandemi itu berhenti total, minimal setelah target vaksinasi 70 persen dari jumlah sasaran terpenuhi sebab saat itu sudah terbentuk herd immunity (kekebalan kelompok).

“Kami dari Polres Barru akan terus bergerak untuk memberikan imbauan agar masyarakat sadar akan pentingnya vaksinasi  dan protokol kesehatan ini untuk kesehatan kita bersama, bagi yang belum divaksin, dapat langsung melakukannya di gerai-gerai yang telah kami sediakan,” ujar Kapolres.

Herman Arafah, seorang pedagang di Pasar Pekkae setelah diimbau, akhirnya menyadari  pentingnya vaksinasi Covid-19 dan langsung pergi ke gerai yang telah disediakan oleh Polres Barru untuk memperoleh vaksinasi.

 

“Saya awalnya takut untuk divaksin, apalagi banyaknya informasi Hoax yang beredar selama ini, tetapi setelah diberikan penjelasan oleh Kapolres, saya akhirnya memahami akan pentingnya vaksin Covid-19 ini,” ucapnya.

Sedangkan di Kabupaten Jeneponto, sekitar 85 kilometer dari Makassar,  Wakapolda Sulsel, Brigjen Pol Chuzaini Patoppoi di dampingi Bupati Jeneponto,  H. Ikhsan Iskandar, MSi, dan Kapolres Jeneponto, meninjau pelaksanaan Gelora vaksinasi Pelajar di SMK 8 Jeneponto, di Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu,  Jeneponto.

Wakapolda Sulsel mengajak seluruh elemen masyarakat bersama-sama proaktif menggelar vaksinasi secara optimal khususnya terhadap para pelajar SMP dan SMA ataupun dengan mengadakan vaksinasi di rumah-rumah warga, sekaligus tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Mari kita lakukan vaksinasi ini dengan konsisten agar Jeneponto ini dapat mencapai target hingga 70 persen dan secara keseluruhan tercapai Herd Immunity di Sulsel," ujarnya.

Sedangkan di Kabupaten Takalar, sekitar 48 kilometer dari Makassar, Kapolres Takalar, AKBP Beny Murjayanto juga kembali meninjau lokasi kegiatan vaksinasi massal di beberapa titik dalam wilayah Kabupaten tersebut yakni Gerai Vaksin Pasar Sentral Takalar, Gerai Vaksin Kelurahan Bontokassi dan Gerai Vaksin Desa Massamaturu, Kecamatan Polut.

Menurut Kapolres, peninjauan ke gerai vaksinasi untuk memastikan vaksinasi berjalan aman dan lancar, sekaligus memberikan motivasi kepada tim vaksinator dan mengedukasi warga tentang pentingnya mendapatkan vaksinasi demi kebaikan kita bersama serta penerapan protokol kesehatan secara ketat.

Gencarnya digelar vaksinasi diharapkan target 70 persen di akhir tahun ini, dapat tercapai dan herd immunity di Sulsel tercapai. (FK/Q/AI).

Thursday, 16 December 2021 18:10
 

Oleh : Fredrich Kuen

Makassar (Phinisinews.com) – Masyarakat dan Pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan saat ini serentak melakukan tiga cara  untuk menghentikan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) di Sulsel.

Tiga cara itu adalah Vaksinasi “on the road” untuk masyarakat perkotaan seperti di Kota Makassar, vaksinasi massal untuk menjangkau hingga kelurahan di semua kabupaten dan edukasi protokol kesehatan agar dilaksanakan secara sadar dan disiplin yang tinggi oleh seluruh masyarakat.

Untuk wilayah perkotaan seperti Kota Makassar saat ini melaksanakan vaksinasi “on the road”  untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19, terutama menjelang perayaan tahun baru 2022 di kota ini.

Cara itu dilakukan karena posisi Kota Makassar akan menjadi pusat kunjungan masyarakat saat momentum perayaan tahun baru, kata Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto.

Untuk itu, sekarang ini dilakukan pengamanan dengan cara melakukan pemeriksaan di sejumlah ruas jalan terkait vaksinasi serta tetap terus melakukan protokol kesehatan secara ketat.

"Makassar kan sering dikunjungi orang-orang dari semua penjuru. Olehnya itu untuk memastikan imunitas tubuhnya aman, akan dilakukan pemeriksaan vaksinasi yang akan terhubung dengan sistem untuk lebih mengetahui informasi dari pengunjung tersebut," ujarnya.

Selain itu, bagi warga yang vaksinasinya belum lengkap maupun yang sama sekali belum melakukan vaksinasi. Maka akan ditindaki oleh petugas dengan cara didata dan divaksin di tempat, sebab tersedia dukungan “mobile vaksinator”, Posko Presisi dan Posko Satgas di banyak titik di daerah ini.

"Vaksinasi yang belum lengkap maupun yang belum vaksin akan terdata jelas di sistem. Karenanya titik lokasi untuk vaksinasi on the road ini akan menyasar ke sejumlah ruas jalan di Makassar," ucapnya.

Sedangkan untuk warga masyarakat yang selama ini tidak tersentuh atau kurang tersentuh karena faktor jarak, maka vaksinasi massal yang dilaksanakan akan menjangkau hingga kelurahan, sekalipun letaknya jauh atau sulit dijangkau

Vaksinasi massal yang didukung oleh semua kekuatan tenaga medis serta unsur pengamanannya menyasar 70 persen dari target keseluruhan agar herd immunity (kekebelan kelompok) dapat terwujud di semua daerah di Sulsel.

Pantauan di beberapa daerah seperti di Kabupaten Bantaeng, 135 kilometer dari Makassar (ibukota Provinsi Sulsel) kesadaran pentingnya percepatan vaksinasi tersebut terutama untuk mencapai kekebalan kelompok agar pandemi covid-19 dapat dihentikan sangat dipahami.

Selain itu, ada Instruksi Bupati Bantaeng No. 061/113/B.ORG/X/2021 tentang Penerapan sanksi administratif bagi sasaran wajib vaksin di Kabupaten Bantaeng yang tidak mengikuti vaksinasi covid-19 dan Surat Edaran Kapolres Bantaeng No. SE/13/XII/2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi.

Setelah itu, terlihat di berbagai pos layanan vaksinasi, tampak masyarakat berbondong-bonding memadati lokasi vaksinasi untuk melakukan vaksin pertama maupun kedua sesuai ketentuan.

Tercatat untuk satu hari, sebanyak 6.000 dosis disediakan untuk pelaksanaan vaksinasi massal di Kabupaten Bantaeng yang dikunjungi Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Drs Nana Sudjana, AS, MM (16/12).

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng saat ini fokus vaksinasi di pedesaan dan kelurahan, ujar Kadis Kesehatan setempat, dr Andi Ihsan dan menambahkan, proses vaksinasi dalam beberapa pekan ke depan akan difokuskan di kantor desa dan kelurahan untuk mendekatkan pelayanan vaksinasi kepada masyarakat yang ada di desa.

“Ini kita lakukan agar pelayanan vaksinasi bisa lebih dekat. Tujuannya agar masyarakat makin mudah untuk vaksinasi,” ucapnya.

Pemantauan vaksinasi juga dilakukan Pelaksana Tugas Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, yang memantau percepatan pelaksanaan vaksinasi di Posko PPKM Berskala Mikro, di Desa Tamalate, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, 31 kilometer dari Makassar.

Di Kabupaten Takalar, vaksinasi di kelurahan dilakukan hingga di depan rumah warga seperti di Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, sekitar 47 kilometer dari Makassar, ujar Lurah setempat, Irham, S.Sos .

Layanan vaksinasi serupa juga terjadi di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) yakni serbuan vaksinasi covid-19 kepada warga masyarakat di Kelurahan Lakessi, Kabupaten Sidrap, sekitar 175 kilometer dari Makassar melibatkan pendampingan Koramil 03 Jajaran Kodim1420/Maritenggae, Babin Kantikmas Polsek Maritenggae jajaran Polres Sidrap bekerjasama Dinas Kesehatan setempat, Puskesmas Pangkajene, di kelurahan Lakessi, Kecamatan Maritenggae, Kabupaten Sidrap, Sulsel.

Selain target vaksinasi dikejar melalui vaksinasi on the road bagi masyarakat  perkotaan dan vaksinasi massal hingga kelurahan, Protokol Kesehatan juga dilaksanakan secara ketat dengan kesadaran penuh oleh seluruh masyarakat yakni terus menggunakan masker di semua aktivitas, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta selalu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir pada awal dan akhir kegiatan.

Pemantauan lapangan melihat, masyarakat umum, peserta vaksinasi maupun petugas vaksinator dan aparat pengamanan, seluruhnya patuh dan melaksanakan secara ketat protokol kesehatan.

Sedangkan pada beberapa tempat aktivitas umum, seperti pasar dan kawasan wisata serta pantai, masyarakat secara sadar tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat, sebab mereka telah diedukasi oleh pihak Dinas Kesehatan dan satgas bahwa vaksinasi dan protokol kesehatan yang ketat merupakan cara efektif mencegah atau menghentikan total penyebaran virus pandemi covid-19.

Protokol kesehatan yang dilaksanakan secara ketat adalah upaya mencegah penyebaran covid-19, sekaligus memutus mata rantai penyebarannya, kata Direktur RS Labuang Baji, Haris Nawawi.

Hingga 13 Desember 2021, capaian vaksinasi Covid-19 di Sulsel untuk dosis pertama sebanyak 3.826.533 (54,21 persen), dan dosis dua sebanyak 2.433.988 (34,48 persen).

Melalui tiga cara di atas, disertai penerapan yang ketat dan disiplin tinggi, diharapkan akhir Desember 2021 capaian vaksinasi di Sulsel 70 persen dari total sasaran, sehingga secara otomatis terbentuk herd immunity bagi warga masyarakat, sekaligus akan membangkitkan perekonomian yang selama ini lesu akibat pandemi covid-19. (Editor : Mitha MK).

Thursday, 16 December 2021 15:33
 

Penulis : Fred K   /  Editor : Ahmad I

Bantaeng, Sulsel (Phinisinews.com) – Sebanyak 6.000 dosis disediakan untuk pelaksanaan vaksinasi massal di Kabupaten Bantaeng yang dikunjungi Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Drs Nana Sudjana, AS, MM, Kamis.

Disela kunjungan meresmikan pelayanan terpadu Polres Bantaeng, Kapolda Sulsel, juga meninjau pelaksanaan vaksinasi massal yang digelar di Gedung Kartini Kabupaten Bantaeng, sekitar 138 kilometer dari Makassar (ibukota Provinsi Sulsel).

Secara bersamaan, vaksinasi massal  juga dilaksanakan di seluruh Indonesia dan dihadiri Kapolri melalui Video Conference. Turut hadir bersama Kapolda Sulsel, Pejabat Utama Polda Sulsel dan Kapolres Bantaeng AKBP Rachmat Sumekar SIK MSi, sesuai press release yang diterima dari Humas Polda Sulsel.

Kapolda mengatakan, kegiatan vaksinasi serentak ini kembali digelar Polri untuk mendukung percepatan vaksinasi di Indonesia. Ia juga menekankan bahwa sinergitas antar TNI-Polri dan pemerintah agar bisa memberikan yang terbaik kepada masyarakat untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan memberikan vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap masyarkat.

"Saya harapkan kita tidak boleh kendor, teruslah semangat dalam melaksanakan tugas, terutama dalam mengejar target vaksinasi di Sulsel," ujar Kapolda Nana Sudjana.

Pemantauan lapangan melihat, masyarakat umum, peserta vaksinasi maupun petugas vaksinator dan aparat pengamanan, seluruhnya patuh dan melaksanakan secara ketat protokol kesehatan yakni semua memakai masker, menjaga jarak serta mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir pada awal dan akhir kegiatan vaksinasi.

Sedangkan pada beberapa tempat aktivitas umum, seperti pasar dan kawasan pantai di Bantaeng, masyarakat secara sadar tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat, sebab mereka telah diedukasi oleh pihak Dinas Kesehatan dan satgas bahwa vaksinasi dan protokol kesehatan yang ketat merupakan cara efektif mencegah atau menghentikan total penyebaran virus pandemi covid-19.

Vaksinasi 70 persen dari sasaran maka akan tercipta kekebalan kelompok (herd immunity) sehingga warga masyarakat tidak mudah atau sulit terjangkit virus covid-19. Sedanhkan protokol kesehatan yang dilaksanakan secara ketat adalah upaya mencegah penyebaran covid-19, sekaligus memutus mata rantai penyebarannya. (FK/Q/AI).

Wednesday, 15 December 2021 13:20
 

Penulis : Fred K  /  Editor : Mitha MK

Galesong Utara, Sulsel (Phinisinews.com) - Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, memantau percepatan pelaksanaan vaksinasi di Posko PPKM Berskala Mikro, di Desa Tamalate, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulsel.

Setibanya di lokasi, Andi Sudirman yang didampingi Bupat Takalar, Syamsari Kitta, langsung menyapa masyarakat setempat yang sedang mengantri untuk melakukan vaksinasi di Desa Tamalate, Takalar, sekitar 21 kilometer dari Makassar (ibukota Provinsi Sulsel).

“Berani untuk vaksin?,” tanya Andi Sudirman kepada warga, yang disambut kata iya oleh para warga yang tengah mengantri untuk vaksinasi.

Dia juga memantau aktivitas vaksinator yang tengah melakukan vaksinasi dan memberi semangat dan motivasi kepada para tim vaksinator dari Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, yang di bawah naungan Pemprov Sulsel.

“Kehadiran kita untuk memberikan semangat kepada teman-teman vaksinator dari Tenaga Kesehatan Provinsi, Pemerintah Kabupaten Takalar maupun jajaran TNI-Polri yang ikut membantu pelaksanaan kebut vaksinasi ini,” ucapnya.

Ia mengaku senang melihat antusiasnya masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi. “Alhamdulillah, antusias masyarakat sangat besar untuk melakukan vaksinasi. Dengan harapan dapat membentuk herd immunity (kekebalan kelompok),” ujarnya.

Dia berharap ada sinergitas untuk mempercepat vaksinasi covid-19 menuju 70 persen hingga akhir tahun 2021 ini.

“Kami mengajak masyarakat Sulsel yang kami cintai. Ayo kita vaksin,” pintanya.

Selain kebut vaksinasi, Dia juga mengingatkan masyarakat agar tidak kendur menjalankan protokol kesehatan, tetap harus lakukan dengan disiplin tinggi yakni terus menggunakan masker untuk semua kegiatan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta membatasi mobilitas dan selalu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir saat mengawali dan mengakhiri kegiatan di mana pun itu.

Artinya, vaksinasi dan protokol kesehatan merupakan cara terbaik mencegah, menghindari dan memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 agar pandemi ini segera berakhir.

Direktur RS Labuang Baji, Haris Nawawi menyampaikan, target hari ini bisa melakukan vaksinasi 5.000 sasaran. Hari sebelumnya kami bisa dapat sasaran empat ribu warga.

Hingga 13 Desember 2021, capaian vaksinasi Covid-19 di Sulsel untuk dosis pertama sebanyak 3.826.533 (54,21 persen), dan dosis dua sebanyak 2.433.988 (34,48 persen). (FK/Q/MMK).

Galleries

 
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Sebanyak 120 kantong darah...
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Kawasan Wisata Terpadu Gowa...
  Penulis : Andi Mahrus Andis.   Makassar (Phinisinews.com) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sulawesi...

Get connected with Us