Tuesday, 16 May 2023 14:12
 

Penulis : Yusri Syam  /  Editor : Ahmad Imron

Bone, Sulsel (Phinisinews.com) - Wakil Bupati Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, H Ambo Dalle, MM, mendorong masyarakat, utamanya anak muda atau kalangan milenial terjun langsung ke sektor pertanian.

Program yang paling menjanjikan ke depan adalah pertanian, karena kebutuhan dunia ke depan adalah pertanian, tinggal bagaimana kita memotivasi kaum milenial untuk terjun di sektor pertanian.

Hal itu dikemukakan Ambo Dalle saat membuka Forum Pemangku Kepentingan Tingkat Kabupaten (District Multi Stake Holder Forum) yang dilaksanakan Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Service (YESS) Polbangtan Gowa bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Bone,  di Hotel Helios Watampone, Kabupaten Bone, sekitar 175 kilometer dari Makassar, Selasa.

Turut hadir Direktur Polbangtan Gowa Dr Detia Tri Yunandar, SP, MSi, Kepala Bappeda Bone, Dr H Ade Fariq Ashar, S.STP, MSi.

 “Kami berharap bahwa kegiatan ini mampu menciptakan solusi untuk peningkatan sektor sumber daya pertanian yang lebih handal tangguh dan mumpuni,” ujarnya.

Dia mengatakan, saya mewakili pemerintah daerah Bone berterima kasih yang setinggi tingginya atas dukungan dan bantuan dari Polbangtan Gowa atas terselenggaranya program Yess.

“Kami yakin agar program yess ini bisa bermanfaat kepada Pemda Bone dan bermanfaat kepada masyarakat tentunya,” ucap Ambo Dalle.

Kepala Bapedda Bone Ade Farid Ashar mengatakan, maksud dan tujuan acara ini digelar agar seluruh rencana kerja OPD terkait betul-betul singkron dengan upaya menekan pengangguran serta capaian membuka lapangan kerja yang baru.

“Peserta yang hadir dari Pemerintah Daerah Bone yakni, Camat, OPD terkait, perbankan, juga dari dunia usaha Kadin, HIPMI, Perumda Bone, fasilitator muda dan petani milenial dengan menggunakan DIPA Polbangtan Gowa”, ujarnya.

Ada dua young ambasador penerima dana hibah hadir di tengah kita yakni Sulfa dengan jahe coklatnya dan A. Aswan pengusaha tanaman hias yang telah berhasil membuka lapangan kerja di Bone.

“Banyak NGO yang masuk di Bone karena, kami di Bone mempunyai komitment yang kuat untuk mensukseskan program dari pihak ketiga, termaksud program YESS di dalamnya” ucap Ade Fariq Ashar.

Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) adalah program kerjasama antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan International Fund For Agricultural Development (IFAD).

YESS Programme dirancang untuk menghasilkan wirausahawan muda pedesaan serta menghasilkan tenaga kerja yang kompeten di bidang pertanian. (YS/AI).

Wednesday, 17 May 2023 14:12
 

Penulis : Yusri Syam   /  Editor : Ahmad Imron

Sinjai, Sulsel (Phinisinews.com) -  Puluhan penyuluh pertanian di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 125 kilometer dari Makassar, mengikuti Sertifikasi Kompetensi.

Hal itu dilakukan dalam rangka penyiapan kapasitas penyuluh pertanian agar kompeten dan diakui.

Puluhan Penyuluh itu melakukan Sertifikasi Kompetensi yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku Provinsi Sulsel di Aula Kantor Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Sinjai, Rabu.

Kepala Dinas TPHP Sinjai, H. Kamaruddin yang membuka kegiatan ini bersyukur atas terselenggaranya sertifikasi profesi penyuluh pertanian karena kegiatan ini dinilai  sangat penting sebab bukan hanya untuk menunjukkan kompetensi yang dimiliki penyuluh dalam mendukung pembangunan pertanian. 

Namun diharapkan dapat menghasilkan penyuluh pertanian yang kompeten, berdaya saing dan mampu mengubah pola pikir para petani sehingga akan berkembang menjadi petani yang mandiri.

“Kegiatan yang kita laksanakan hari ini sesuai dengan arahan dan petunjuk dari Pak Bupati yang menginginkan agar tenaga penyuluh kita betul-betul kompetens dan  mumpuni. Alhamdulillah apa yang menjadi harapan beliau ditanggapi dengan baik oleh BBPP Batangkaluku selaku pelaksana,” ucapnya.

Dia berharap kepada peserta yang mengikuti kegiatan ini agar memanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah ilmu dan keterampilan dari para Asesor.

“Kami harap peluang ini bisa dimanfaatkan dengan baik, mendalami ilmu yang diberikan dan dengan sertifikat kompetensi ini akan menjadi nilai afirmasi ketika ada penerimaan PPPK,” ujarnya.

Panitia Pelaksana, A. Baso Kresna dalam laporannya menyampaikan bahwa tujuan sertifikasi ini adalah untuk memastikan dan menguji kompetensi para penyuluh pendamping sehingga mampu menjalankan tugasnya secara profesional.

Penyiapan tenaga kerja yang handal sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan pasar kerja global yang semakin kompleks. 

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari 17 - 19 Mei 2023 ini diikuti 45 penyuluh pertanian yang ada di Kabupaten Sinjai.

“Peserta nantinya akan mendapatkan Sertifikat Kompetensi level supervisor yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi dan akan berlaku selama tiga tahun,” jelasnya.

Dia menambahkan, sertifikat kompetensi ini juga menjadi salah satu syarat dan bisa dimanfaatkan sebagai nilai tambah dalam penerimaan Pegawai Pemerintah Perjanjian Kontrak (PPPK).

Kegiatan ini dihadiri Perwakilan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Sri Tunjung dan beberapa Asesor selaku tim penguji. (YS/AI).

Friday, 05 May 2023 16:50
 

Penulis : Yusri Syam  /  Editor : Ahmad Imron

Gowa, Sulsel (Phinisinews.com) - Wakil Bupati Gowa, H Abd Rauf Malaganni mengharapkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, terus menjaga kondusifitas kehidupan beragama di daerah ini.

Untuk hal, dialog umat dan pembinaan moderasi beragama diharapkan memberikan pemahaman kepada tokoh agama agar dapat menciptakan suasana kerukunan umat beragama di Kabupaten Gowa yang kita cintai ini. 

Hal itu dikemukakan Rauf Malaganni ketika membuka Dialog Umat Beragama dan Pembinaan Moderasi Beragama yang dilaksanakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Gowa di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa, Sulsel, Jumat.

Dia menyampaikan apresiasinyaq kepada FKUB Kabupaten Gowa atas terselenggaranya dialog ini.

Menurut dia, ini tentu akan menjadi wadah penyampaian aspirasi dari perwakilan umat beragama di Kabupaten Gowa. 

“Sebagaimana kita ketahui bahwa Kabupaten Gowa ini memiliki berbagai keyakinan yang hidup saling berdampingan, rukun dan saling menghargai satu dengan yang lainnya. Olehnya itu Pemerintah Kabupaten Gowa mengapresiasi kegiatan ini,” ujarnya. 

FKUB ini harus dapat dijadikan sebagai wadah dalam memberikan rasa toleransi dalam perbedaan keyakinan dalam umat beragama di Kabupaten Gowa. 

Dia juga berharap FKUB Kabupaten Gowa terus berkoordinasi dan berkolaborasi sehingga mampu menciptakan kehidupan umat beragama yang aman, damai dan kondusif. 

“Saya berharap Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Gowa, tokoh agama, tokoh masyarakat untuk saling berkoordinasi serta saling berkolaborasi dalam menjaga kerukunan umat beragama di Kabupaten Gowa,” ujarnya. 

Sementara itu, Ketua FKUB Kabupaten Gowa, KH. Ahmad Muhajir mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk menghimpun saran dan aspirasi perwakilan umat beragama, guna menciptakan kedamaian dan suasana kondusif di daerah Gowa. 

Diar menyebutkan bahwa kegiatan Dialog Umat dan Pembinaan Beragama ini mengangkat beberapa poin materi yaitu peran umat beragama dalam memelihara Kamtibmas, mengantisipasi teroris dan radikalisme, peran masyarakat menghadapi pemilihan umum ke depan, pembinaan kerukunan umat beragama serta mensosialisasikan persyaratan-persyaratan mendirikan rumah ibadah. 

“Tugas dari Kerukunan Umat Beragama ialah melaksanakan dialog antar ormas, menerima dan menampung aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi kepada pemerintah, mensosialisasikan aturan-aturan pemerintah terkait kerukunan umat beragama serta memberikan hasil rekapan hasil tertulis kepada umat beragama yang akan mendirikan rumah ibadah,” ucapnya. (YS/AI).

Wednesday, 10 May 2023 12:18
 
Oleh :  Mahrus Andis (Catatan Kritis Seorang Budayawan Sulsel)

Makassar (Phinisinews.com) - Judul tulisan di atas (Parelluki Matikeq) berasal dari bahasa Bugis (salah satu etnis di Provinsi Sulawesi Selatan) yang artinya “kita perlu waspada”.

Ungkapan ini hadir sebagai "lonceng peringatan” bagi masyarakat yang cenderung bermain di tataran politik praktis tanpa memahami apa yang sesungguhnya mereka perjuangkan itu.

Akhir-akhir ini banyak tulisan dan video politik yang beredar di media sosial. Ada konten yang kerjanya menjelek-jelekkan orang lain sambil memuji-muji yang lainnya.

Padahal belum tentu orang yang dipuji-puji itu lebih baik, atau lebih bersih, daripada orang yang dijelekkan.

Tulisan dan Video semacam ini banyak mewarnai persiapan pesta demokrasi menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres 2024).

Saya sebut konten seperti ini "Radikal", yaitu narasi  provokatif yang mengajak rakyat  “saling membenci".

Para pembuat konten provokatif itu tidak sadar akan dampak buruk perbuatannya terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Karena itu, mari renungkan lagi. Masihkah kita membutuhkan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia (NKRI) atau ingin kembali ke masa-masa awal revolusi, yakni  membuat lubang persembunyian di dalam tanah ?, Orang Bugis bilang "Parelluki Matikeq". Dan kata Cak Lontong "mikiiir !". (Editor : Fred Kuen Daeng Narang).

Saturday, 06 May 2023 15:06
 

Penulis : Yusril Syam  /  Editor : Ahmad Imron

Makassar (Phinisinews.com) - Pokja III TP (Tim Penggerak) PKK Kota Makassar menggelar Pelatihan Membatik Kain Lontara. Giat ini digelar selama sehari sejak pagi hingga sore hari di Baruga Anging Mammiri, Makassar, akhir pekan ini.

Pemerintah Kota Makassar sejak periode awal Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto diketahui telah menginisiasi pengembangan dan penggunaan motif batik lontara yang diharapkan jadi khas Makassar. 

Mendukung hal itu, Tahun ini Pokja III TP PKK Kota Makassar kembali memberikan pelatihan membatik. Mulai dari cara melukis, mencampur warna, hingga merebus kain. 

Sebanyak 40 peserta mengikuti pelatihan, terdiri dari pengurus Pokja III TP PKK Kota Makassar dan IRT dari tiap kecamatan. 

Ketua TP PKK Kota Makassar Indira Yusuf Ismail hadir dan membuka secara resmi pelatihan tersebut. Dalam sambutannya Indira menuturkan pelatihan ini sebagai pembekalan keterampilan membatik. 

Sehingga dirinya berharap, lewat pelatihan ini dapat melahirkan berbagai keunikan batik khas Makassar. Terutama huruf lontara yang khas dan dianggap menjadi salah satu aksara yang mendunia. 

“Lontara kita harapkan bisa jadi ikon, karena Kota Makassar kita punya lontara. Kita berharap dari sini triggernya nanti batik lontara mendunia, karena kata lontara itu sangat mendunia,” ujarnya. 

Indira menyemangati para peserta latihan yang hadir. Dia menekankan pentingnya kreativitas untuk mengangkat ikon unik Makassar kedalam batik. 

“Semua yang mengikuti program ini harus sungguh-sungguh. Di sini harus kita ciptakan kreatif kita mulai dari pemilihan warnanya hingga desainnya,” ucapnya.

Sekretaris TP PKK Kota Makassar Iin Yusuf Majid merincikan, program ini merupakan pelatihan lanjutan dari sosialisasi membatik 2022 lalu. Tahun ini peserta pelatihan diarahkan untuk mengimplementasikan ilmu yang didapatkannya ke dalam bentuk karya. 

“Tahun ini langsung mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan materi tahun lalu. Selanjutnya mereka yang hadir hari ini nantinya menjadi narasumber di kegiatan membatik Pokja III di kecamatan masing-masing,” jelasnya. 

Selain itu, pelatihan membatik juga sebagai upaya mendorong kemandirian ekonomi warga lewat kreativitas para IRT dengan memproduksi kain batik celup maupun batik tulisan tangan. 

“Kita berharap 15 kecamatan yang ikut pelatihan ini bisa maksimal mengajarkan apa yang mereka peroleh ke kecamatan masing-masing, sehingga mampu menciptakan dampak pendapatan ekonomi keluarga,” jelasnya. 

Iin berharap lewat giat ini lorong PKK dapat menumbuhkan komunitas yang menyenangi kain batik serta dapat memproduksi kain batik lontara maupun batik khas Makassar secara mandiri. 

“Outputnya, batik lontara dari setiap kecamatan kita harap ada, tercipta ikon kecamatan khas masing-masing,” harapnya. 

Adapun pelatihan membatik ini menghadirkan instruktur dari  TP PKK Provinsi yakni Sekretaris PKK Sulsel, Zulfitriany Dwiyanti Mustaka.  Kegiatan turut dirangkaikan dengan penyerahan alat membatik kepada seluruh peserta dari 15 kecamatan. (YS/AI).

Saturday, 06 May 2023 12:16
 

Penulis : Gibran  /  Editor : Ahmad Imron

Makassar (Phinisinews.com) - Kementerian Sosial melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Makassar, dan juga Sentra Wirajaya Makassar mengikuti bazar online melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA).

Beragam produk lokal khas Sulawesi Selatan dipromosikan secara online yang dipandu oleh pendamping SKA masing-masing Satuan Kerja (Satker), baik Herni sebagai pendamping SKA dari BBPPKS Makassar, dan juga Hasni pendamping SKA dari Sentra Wirajaya Makassar.

Bazaar online tersebut dilakukan di Sentra Kreasi Atensi (SKA) Sentra Wirajaya Makassar, Sabtu.

Beberapa produk lokal yang ditampilkan saat bazar, diantaranya baju batik corak khas Bugis Makassar, baju pesta, jilbab sibori, tas pesta, kain ecoprint, totebag ecoprint, kaos ecoprint, lampu hias, songkok pamiring dari pelepah daun lontara, aneka kripik (buah naga, daun jeruk, daun kelor), kue baruasa, dan kue putu kacang.

Produk lokal yang ditampilkan di bazar online merupakan hasil kreasi dan karya dari warga kelompok rentan, baik karya dari penyandang disabilitas yang menjadi Penerima Manfaat (PM) dan eks PM Sentra Wirajaya, serta karya Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang merupakan alumni pelatihan pemberdayaan masyarakat di BBPPKS Makassar.

Kepala BBPPKS Makassar yang juga diamanahkan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sentra Wirajaya di Makassar, Anna Puspasari sangat mengapresiasi kegiatan bazar online tersebut.

Bahkan Anna menganggap, bahwa kegiatan bazar online PENA ini menjadi wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mempromosikan karya-karya warga kelompok rentan.

“Selain sebagai wadah promo, diharapkan kegiatan bazar online menjadi momentum untuk menegaskan bahwa Kemensos selalu hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya bagi warga kelompok rentan”, harapnya.

Saat bazar online berlangsung, beberapa warga yang menjadi pengunjung café di SKA Sentra Wirajaya ikut larut dan serius menyaksikan moment bazar online yang digelar.

 Yayat salah seorang pengunjung café melihat jika kegiatan bazar online ini bisa menjadi contoh bagi tempat nongkrong lainnya yang ada di Makassar.

“Dipahami bersama, bahwa kehadiran café dan warkop memang berorientasi profit, tetapi kepedulian bagi hasil karya warga rentan yang membutuhkan pangsa pasar juga mesti diperhatikan dan dibantu”, ujarnya. (Gib/AI).

Friday, 07 April 2023 18:26
 

Penulis : Muh Ali  /  Editor : Ahmad Imron

Maros, Sulsel (Phinisinews.com) – Jumat pertama di Masjid Darussalam Mangngallekana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 36 kilometer dari Makassar, berlangsung khusuk dan penuh rasa syukur jamaah.

Sebab, dalam rangka bulan Suci Ramadhan 1444 H, pengurus masjid berusaha membenahi masjid agar terlihat cantik dan menarik agar jamaah selalu datang ke masjid dengan memasang berbagai lampu hias dan umbul-umbul secara apik.

Sebenarnya masjid ini telah resmi digunakan sejak  5 Juni 2018 bertepatan 20 Ramadhan 1439 H yang diresmikan pemakaiannya oleh Camat Monconloe Andi Paranrengi.

Pemakaian Jumat pertama baru dimulai 7 April 2023 mengingat penduduk NIR sudah semakin banyak.

Menurut Ketua Pengurus Masjid, Dr Muhammad Ali, M.Pd, di Maros, Sulsel, sekitar 36 kilometer dari Makassar, Jumat, nama Mangngallekana diambil dari nama masjid yang pertama yang ada di Kerajaan Gowa.

Dia menambahkan, hubungan Makassar dengan dunia Islam diawali dengan hadirnya Khatib Tunggal  (Dato Ribandang) yang berasal dari Minangkabau yang tiba di Tallo (sekarang Makassar)  pada  September 1605.

Dato Ribandang  mengislamkan Raja Gowa ke-14 Imangngarangi Daeng Manrabbia  dengan gelar Sultan Alauddin yang memerintah tahun 1593-1639 dan Mangkubumi, Kerajaan Gowa, I Mallingkaan  Daeng Mannyonri Karaeng Katangka yang juga sebagai Raja Tallo.

Kedua raja ini memeluk agama Islam pada  9 November  1607, bertepatan dilakukan shalat  Jumat pertama di Masjid Tallo yang bersamaan pula diadakan shalat Jumat di Masjid Mangngallekana di Somba Opu.

Pada saat itu dinyatakan secara resmi bahwa penduduk Kerajaan Gowa-Tallo telah memeluk agama Islam. Tanggal inilah yang dijadikan sebagai hari jadi (HUT) Kota Makassar yang setiap tahunnya diperingati.

“Kita berusaha memelihara dan melestarikan kearifan local dan Kata Mangngallekana memilki lapisan-lapisan makna yang sangat dalam. Kata mangngallekana terdiri atas tiga morfem yaitu dua morfem bebas dan satu morfem terikat yakni : mang + alle+ kana, yang jika diterjemahkan mengandung beberapa makna yakni  mematuhi nasihat, menjalankan perintah, mendengarkan nasihat, patuh pada nasihat  guru, patuh pada nasihat orang tua, dan menjalankan perintah-Nya serta  menjauhi segala larangan-Nya,” ujarnya.

Kata Mangngallekana jika ditinjau dari makna filosofisnya sebenarnya adalah milik kita semau bahkan seluruh Nusantara karena kalau ditinjau dari cerita masa lampau hampir semua nenek moyang kita keberadaanya dari To Manurung (bugis), Tu Manurung (Makassar). Makassar berasal dari kata akkasarak  artinya menjelma, berwujud. Menampakkan diri, bukan kasar. Kasar itu bahasa Indonesia, ucap Muhammad Ali. 

Dalam Jumat pertama tersebut sebagai Chatib dan Imam Shalat Jumat  adalah KUA Kec. Moncongloe  Drs H Mursalim, MH. dihadiri Camat Moncongloe, Herwan, S.Sos, MSi, dan kapolsek Moncongloe IPDA Mansyur berserta jajarannya, Ketua Lembaga Adat Gallarrang Moncongloe, Gallarang Bira, Imam Desa Moncongloe, Bhabinkamtibmas Aiptu Muh Said dan warga NIR.

Setelah selesai shalat Jumat dilanjutkan Nuzullul quran, lalu sholat Ashar, Sholat Magrib  dan buka puasa bersama. (MA, AI).

Thursday, 30 March 2023 16:01
 

Oleh :  Mahrus Andis (Budayawan)

Makassar (Phinisinews.com) – Hari Film Nasional, tiap 30 Maret, sesuai Kepres No.25 tahun 1999, menjadi momentum dan wahana reintrospeksi diri bagi institusi film bersama segenap insan layar lebar (film maker) untuk meningkatkan kualitasnya di khasanah perfilman nasional.

Tidak ketinggalan pula para aktor dan aktris, pekerja dan pemikir film di Makassar. Mereka tidak pernah berhenti mengintip peluang untuk tetap menyuarakan hak-hak mereka dalam perspektif legalitasnya selaku orang-orang film yang dilindungi undang-undang.

Beberapa waktu lalu, seusai shalat Jumat, saya berbincang lepas dengan dua tokoh perfilman Sulawesi Selatan. Mungkin hari itu, teaterawan Hasan Kuba dan Iwan Azis (dua tokoh yang saya maksud) hanya kebetulan bertemu di Kafe Baca-Adyaksa, tempat para sastrawan dan wartawan berbincang sambil menikmati aroma kopi.

Terlepas kebetulan atau kebenaran, saya merasa bahagia bertemu keduanya.  Iwan Azis Bintang dan Hasan Kuba adalah Pengurus Parfi (Persatuan Artis Film), pegiat film senior di Sulsel yang juga aktif sebagai jurnalis dan teater. Keduanya sudah berusia di atas 70 tahun, namun secara fisik, mereka masih tampak tegar seperti “bodyguard” Dewan Kesenian Makassar di masa-mass silam.

Banyak hal yang dibicarakan. Salah satu yang fokus adalah dinamika perfilman. Menurut Bung Iwan, pengakuan orang luar daerah terhadap produksi film di Makassar cukup membanggakan.

Hadirnya sineas-sineas muda menjadi tolok ukur bahwa gebrakan perfilman daerah tidak pernah surut, apalagi mati. Banyak film produksi sineas kita di daerah ini mencuat sampai ke pasar nasional. Tetapi sangat disayangkan, tema-tema lokal yang digarap kurang menukik ke esensi kearifan lokal masyarakat Sulsel.

Iwan Aziz tidak menyalahkan, dan bahkan sangat apresiatif, atas kerja para sineas muda. Yang dia soroti adalah peran Pemerintah Daerah Sulsel yang kurang peduli terhadap orang-orang film.

“Harusnya, sesuai fungsi pembinaan yang diatur dalam Undang-undang No. 5 Th 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Pemerintah Daerah memberikan porsi perhatian yang besar terhadap kerja kreatif para seniman, termasuk seniman  film dan teater. Pemda wajib menyadari bahwa film dan teater adalah media solutif untuk memosisikan Provinsi Sulsel sebagai daerah multikultural dan menjadi tolok ukur hadirnya sebuah kota metropolit yang berdimensi dunia,” ujarnya.

Dia juga menyentil para pegiat film di Makassar yang kurang cerdas menggarap tematik kearifan lokal leluhurnya.

“Silakan menerima tema pesanan film dari luar, tetapi harus tetap menjaga nilai integritas yang kita garap itu,” ucapnya dan mencontohkan beberapa film lokal yang mengangkat tema “siriq na pacce” (martabat kemanusiaan orang Bugis-Makassar). Alur kisahnya bagus dengan fitur-fitur lokal yang jelas, namun esensi dedikasi moralnya hilang tergerus oleh obsesi komersial dan kepentingan ekasegi.

Katakanlah, lanjutnya, karena kepentingan pasar dan pariwisata, esensi nilai-nilai kearifan leluhur Bugis-Makassar berupa etos kerja, sopan santun atau sifat "getteng" (istikamah) tidak mendapat porsi penting dalam penggarapan film.

Jadinya, kita kehilangan jatidiri dalam berkesenian. Kita telah mengorbankan kehormatan berpikir warisan leluhur dengan menjual ideologi kultural kita kepada pemodal dan pemburu "tepuk tangan" (baca: penghargaan semu).

Salah satu pemicu krisisnya moral berkesenian, khususnya perfilman, yaitu hilangnya kritik film di masyarakat. Menurut Iwan Azis, kritik film dibutuhkan untuk memberi masukan terhadap persoalan moralitas tematik cerita yang difilmkan.

"Saya sering heran. Banyak tema-tema kearifan lokal yang diangkat dalam cerita film, namun esensinya hilang," ucapnya yang diiyakan oleh Hasan Kuba dan teman lain yang ikut mendengarkan. Iwan menunjuk beberapa film yang bertema “silariang” sebagai konsep dasar penegakan nilai “siriq na pacce” orang Sulsel.

"Aneh dan sangat memprihatinkan. Satu tema, sebutlah contoh silariang, digarap beberapa produser, tetapi esensialitas kulturnya berbeda. Harusnya esensi siriqnya tetap sama, meskipun teknik filmisnya yang berbeda, sesuai tingkat kecerdasan kreatif dan tuntutan masa kini," jelas Bung Iwan, seraya mengunci ucapannya dan melirik ke Bung Hasan Kuba:

"Kita butuh kritik film. Ini tugas kita bersama. Pemerintah Daerah harus dibangunkan dan Dewan Kesenian Makassar tidak boleh terus berdiam diri," ucapnya.

Hasan Kuba dan saya saling memandang. Lalu kami bubar. Tersisa narasi ini sebagai notulen. Selamat Hari Film Nasional ke-73 Tahun. Sukses para aktor-aktris dan film maker di Makassar. (Editor : Fred Kuen Daeng Narang).

Galleries

 
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Sebanyak 120 kantong darah...
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Kawasan Wisata Terpadu Gowa...
  Penulis : Andi Mahrus Andis.   Makassar (Phinisinews.com) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sulawesi...

Get connected with Us