Phinisinews - Semarang, Program Bela Negara yang dilakukan Kementerian Pertahanan bukan program gojlokan fisik seperti militer yang diterapkan kepada warga sipil sehingga mengkhawatirkan munculnya korban luka saat latihan.
Pernyataan ini disampaikan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin seiring adanya kasus meninggalnya seorang pegawai Kemenhub saat mengikuti diklat bela negara di PLP Marinir Grati Pasuruan, Jatim.
"Bela negara oleh Kemhan tidak ada kesamaptaan atau gojlokan fisik. Bela negara kami lebih pada doktrinasi otak dan jiwa untuk mencintai tanah air dan bangsa", ungkap Hartind usai membuka Diklat Bela Negara oleh karyawan Bank BNI di Semarang, Sabtu (21/11).
Hartind menambahkan jika diklat bela negara Kemhan lebih banyak dilakukan di kelas dengan materi wawasan kebangsaan, kepemimpinan, intelejen hingga penanganan bencana."Kami banyak di kelasnya. Jika ada di luar kelas, itu praktek, baris berbaris dan permainan outbond", tambah Hatrind kepada CNN Indonesia.
Sejak program Bela Negara dibuka kembali oleh Kementerian Pertahanan, sedikitnya sudah ada 10 ribu orang yang berminat untuk ikut berpartisipasi.
"Ada sekitar 10 ribu orang, dari perorangan maupun institusi atau lembaga. Target kami 100 juta dalam 10 tahun", kata Hastrin.
Sementara itu, Bank BNI adalah Bank BUMN pertama yang mengikutkan para pegawainya untuk ikut program Bela Negara. Pegawai yang diikutkan diawali dari yang pejabat."BNI sudah 2 kali mengikutkan pegawainya dalam bela negara. Sudah sekitar 200 orang pegawai yang ikut", kata Kepala Divisi Pengelolaan Jaringan BNI Iwan Abdi.
Kemhan: Bela Negara Bukan Soal Gojlokan Fisik
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin membuka pelatihan bela negara kepada Karyawan Bank BNI di Semarang. (Foto: CNN Indonesia/ Damar Sinuko)
Read 2105 times | |
Published in
Nasional
|
Login to post comments