Thursday, 05 September 2019 12:57
 
 
Makassar (Phinisinews) - SKV Entertaintment segera merilis film "Toraja in Love" yang akan mengeksplor pesona daerah wisata budaya Toraja yang seakan tidak pernah habis.
 
Kekayaan alam dan budaya suku pegunungan itu menarik perhatian insan film nasional berkolaborasi dengan Batara Cinema Indonesia, perusahaan film tersebut siap memproduksi film bergenre romansa dan latar belakang Toraja akan menjadi kekuatan film ini, selain kisah ceritanya, Kata sutradara film tersebut, Wandi di Makassar, Kamis.
 
Produksi film Toraja In love ini mulai dikerjakan 2019. Beberapa sudut desa di Tana Toraja akan menjadi lokasi syuting selain Maros, Makassar dan Jakarta. 
 
"SKV Entertaintment milik pengusaha Suresh Vatvani yang berasal dari Kota Makassar, namun saat ini berkantor di Jakarta. Ia banyak memproduksi film, sinetron di ibukota," katanya.
 
Beberapa waktu lalu SKV juga memproduksi film yang berjudul "Sunset di Pantai Losari". Sementara Batara Cinema Indonesia adalah sebuah PH baru,
 
Film layar lebar Toraja in Love ini adalah sebuah film yang bergenre drama percintaan yang berlatar Kota Wisata Budaya Tanatoraja tahun 1990 dan 2019, yang bercerita tentang Rio (Umar) dan Jean (Elsa) harus mewujudkan janji cinta mereka yang sangat di tentang oleh ibu Jean, Helen (A. Noufah Patajangngi).
 
Rio adalah seorang mahasiswa penuh talenta putra dari seorang pelukis sekaligus pengusaha terkenal yang juga punya darah bangsawan Toraja yaitu Willy Lacoste (Syahriar Tato). Lika liku percintaan mereka ternyata adalah bahagian dari masa lalu Helen dan Willy dan hanyalah masa lalu yang mampu menyelesaikan ruwetnya percintaan kedua remaja ini. 
 
Film ini di Sutradarai oleh Wandi Daeng kulle, pria yang berada di balik layar film ini sebelumnya banyak membintangi film film yang tayang di Makassar seperti film, Silariang, Maipa Deapati dan Datu Museng, Ati Raja, Baco Becce, Namamu Kata Pertamaku  dan banyak lagi, kata Wandi.
 
Film Toraja in Love ini diproduseri  beberapa orang yang semuanya punya satu tekad memajukan perfilman di daerah ini antara lain  Syahriar Tato Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Sulawesi Selatan, Vaiz Trinity yang akan bahu membahu memproduksi film ini dengan tetap memberikan kesempatan kepada pihak pihak yang berkompeten untuk mengambil bagian dari proyek ini. 
 
Selain bintang bintang yang telah disebutkan di atas Film Toraja in Love juga akan Menampilkan seorang bintang bule asal Belanda Hans de Kraker yang telah membintangi puluhan film nasional seperti Bumi Manusia, Maipa Deapati, Datu Museng,  Kartini, The Secret Mission, Untuk Angeline.  
 
Proses syuting sendiri direncanakan mulai awal November dengan perkiraan waktu syuting kurang lebih 20 hari kerja yang akan mulai di Kabupaten Tana Toraja dan akan berakhir di Kota Jakarta. 
 
“ Untuk saat ini kami masih dalam tahap penyempurnaan skenario dan persiapan reading untuk para bintang bintang utama dulu, ujar Wandi. (Release/Ihsan Djirong/MK)
Wednesday, 28 August 2019 13:57
 
 
Penulis : Fred Kuen
Editor : Mitha MK
 
Maros, Sulsel, (Phinisinews) - Ketua Dewan Adat Kerajaan Adat Turikale Maros, Sulawesi Selatan, Syekh H. Andi Muhammad Hidayat Puang Rukka menyatakan, penobatan  Brigjen Pol Purn Dr Achmad Aflus Mapparessa, MM, MSi sebagai  Karaeng (Raja Adat) Turikale VIII  tetap akan dilakukan sesuai jadwal, 5 September 2019.
 
"Sebagai Ketua Dewan Adat, saya akan menobatkan Karaeng Turikale VIII sesuai jadwal," kata Hidayat Puang Rukka di Maros, Sulawesi Selatan, Rabu.
 
Menurut dia, protes rencana penobatan Karaeng Turikale VIII oleh Ketua Dewan Adat Turikale,  Massulangka Karaeng Situju dari  pihak Hj Andi Alice Tenriawaru Karaeng Rannu yang dinobatkan 24 Maret 2019 sebagai Karaeng (Ratu Adat) Turikale IX, kami abaikan.
 
Sebab, Karaeng Turikale VIII belum ada, lalu  sudah ada penobatan Karaeng Turikale IX yang dinobatkan Maret 2019.
 
Dia meluruskan bahwa Karaeng Turikale VIII menurut versi Andi Alice  adalah Kamaruddin Sjahban Daeng Mambani (1958 - 1963). Ini salah kaprah, ujarnya dan melanjutkan bahwa Kamaruddin hanya Kepala Distrik Turikale sebab sudah ada Undang undang bahwa kepala distrik adalah kepala pemerintahan dan tidak otomatis adalah Raja (Karaeng) dan tidak ada penobatan saat itu sehingga terjadi kekosongan.
 
"Berdasarkan keadaan itu sehingga kami tidak mengakui bahwa ada Karaeng Turikale IX," ujar Hidayat Puang Rukka.
 
Selain itu, di Turikale  Maros ini, Karaeng Turikale identik dengan imam karena di daerah ini adalah pusat Tarekat Khalwatiyah Samman. Jadi idealnya Karaeng Turikale adalah Laki-laki dan bukan perempuan.
 
Hj Andi Alice Tenriawaru Karaeng Rannu Karaeng (Ratu Adat) Turikale IX adalah cucu dari Andi Abdul Hamid Puang Nessa Karaeng (Raja) Turikale VI dan Lanri Gau Karaeng Manginruru Karaeng (Raja) Galesong XVI.
 
Sedangkan Achmad Aflus Mapparessa yang akan dinobatkan sebagai Karaeng (Raja Adat) Turikale VIII pada September 2019 adalah anak dari H Andi Mapparessa Daeng Sitaba Karaeng Turikale VII. 
 
Hidayat Puang Rukka mengatakan, usai penobatan, pada hari yang sama akan dilanjutkan pengukuhan Achmad Aflus Mapparessa sebagai Ketua Forum Silaturahmi Kerajaan Nusantara (FSKN) wilayah Sulsel yang akan dilakukan oleh Ketua FSKN nasional Raja Adat Cirebon.(MK)
Monday, 26 August 2019 09:13
Ketua Dewan Adat Turikale Maros Massulangka Karaeng Situju
 
 
Penulis : Fred Kuen
Editor : Mitha MK.
 
Makassar, (Phinisinews) - Ketua Dewan Adat Turikale Maros, Massulangka Karaeng Situju memprotes rencana penobatan Karaeng Turikale VIII dari Kerajaan Adat Turikale Maros dan mengharapkan Pemerintah Kabupaten Maros dan Pemprov Sulawesi Selatan hanya mengakui sesuai Mazhab  yang benar dari garis keturunan yang sah. 
 
Hal itu terutama untuk menghindari kekisruhan adat seperti yang terjadi di beberapa kerajaan adat lain, termasuk di Sulsel (Gowa dan Luwu). Karena tujuan melestarikan pewaris tahta kerajaan adat adalah untuk melestarikan adat dan budaya serta saling bersinergi antara adat/budaya dengan pemerintahan di daerah.
 
Ketua Dewan Adat Turikale Maros, Massulangka Karaeng Situju yang didampingi 11 dewan adat lainnya mengemukakan hal itu kepada Pers di  Makassar, Senin, menanggapi beredarnya undangan rencana penobatan Brigjen Pol (P) Dr Achmad Aflus Mapparessa, MM, MSi sebagai Karaeng Turikale VIII pada 5 September 2019 di Maros.
 
Sebagai Ketua Dewan Adat yang sah, lanjutnya, saya sudah diminta oleh Karaeng Marusu untuk hadir dalam penobatan, namun saya menolak karena saya berpegang teguh pada Mazhab (garis keturunan) serta menghormati Karaeng Turikale IX yang sudah dilantik oleh Dewan Adat Turikale dan diakui oleh Dewan Adat Nasional April 2019.
 
Dia menguraikan, Karaeng Turikale VIII adalah Kamaruddin Sjahban Daeng Mambani yang dinobatkan Tahun 1958 dan kini sudah wafat (almarhum), lalu Dewan Adat Turikale pada 24 Maret 2019 menobatkan  Hj Andi Alice Tenriawaru Karaeng Rannu  sebagai Karaeng (Ratu) Turikale IX dan disahkan oleh Ketua Dewan Adat Nasional,  Prof  Dr H.E. Irwannur Latubual, MM, MH, Ph.D (Raja P. Buru XXI) 5 April 2019. Selain itu negara juga mengakui Karaeng Turikale IX dengan mengundang hadir di Istana Negara Jakarta, saat peringatan  HUT ke-74 Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 2019.
 
Hj Andi Alice Tenriawaru Karaeng Rannu merupakan cucu dari Karaeng  (Raja dan Permaisuri) Turikale VI Andi Abdul Hamid Puang Nassa serta juga keturunan langsung dari Karaeng Turikale V dan Karaeng Turikale IV.
 
Berdasarkan kenyataan itu Dewan Adat Turikale yang berjumlah 12 orang mengharapkan para pemuka adat di Maros, Pemkab Maros dan Pemprov Sulsel agar menyikapi bijaksana atas keinginan pihak pihak tertentu yang memaksakan kehendak untuk menjadi Karaeng Turikale agar kondusifitas adat dan keamanan daerah tetap terjaga.
 
"Jangan ada dualisme Karaeng Turikale di Maros sebab itu akan menjadi bahan tertawaan publik, khususnya kerajaan kerajaan adat Nusantara yang selama ini harmonis," katanya.
 
Kecenderungan di Sulawesi Selatan ada perebutan kekuasaan raja adat dan  diharapkan tidak terjadi di Kerajaan Adat Turikale Maros. Mari kita saling menjaga, saling menghormati dan menempatkan ahli waris raja adat sesuai garis keturunan yang kita ketahui bersama (Mazhab).
 
 
Kalau ada yang protes hingga harus mengganti Raja Adat karena beliau adalah wanita maka itu salah besar, ucapnya dan melanjutkan, sebab tidak ada dalam lontara aturan tentang itu. Dan harus diingat bahwa kerajaan besar di Sulsel seperti Gowa, Raja Pertamanya adalah Wanita, Kerajaan Bone ada Rajanya Wanita, Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri hingga Presiden di Indonesia ada Wanita.
 
Sejak zaman dahulu hingga sekarang tidak ada diskriminasi terhadap wanita dalam pemerintahan dan Kerajaan. Jadi janganlah mengada-ngada untuk mencapai ambisi tertentu, ujarnya.
 
Mari kita lestarikan adat dan budaya dan saling bersinergi dengan pemerintah untuk pembangunan dan kesejahteraan bersama. Kita tidak perlu kisruh, kita tidak perlu saling permalukan untuk jabatan Karaeng (Raja Adat) tetapi mari sebagai pemegang dan pelestari adat kita bermusyawarah untuk sesuatu yang sifatnya strategis dalam upaya pelestarian adat dan budaya, khususnya di Maros sebagai wujud partisipasi kita dalam pembangunan nasional secara utuh, ucapnya.(MK)
Friday, 09 August 2019 13:18
Penulis : Jannah
Redaksi : Mitha Kuen
 
Makassar (Phinisinews.com) - Menteri Pertanian, Dr Andi Amran Sulaiman mengatakan, pertanian harus kita ubah dari pertanian tradisional ditransformasikan menjadi pertanian moderen.
 
 
Salah satu caranya dengan mendorong mekanisasi pertanian yang bertujuan menekan biaya produksi kemudian meningkatkan planting indeks juga meningkatkan kualitas dan produktivitas.
 
Hal itu dikemukakan Mentan Andi Amran Sulaiman pada seminar nasional yang juga merupakan rangkaian dari puncak Milad ke-18 Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, di Kampus V UIT lantai 6, di Makassar, Jumat.
 
Seminar bertema "Teknologi pertanian moderen, solusi ketahanan pangan di era revolusi 4.0" dihadiri sekitar 3.000-an peserta dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa UIT.
 
Menurut Menteri, dalam era 4.0 semua serba digital, sehingga sektor pertanian pun harus mengikuti teknologi tersebut untuk perkembangannya. 
 
Capaian sektor pertanian kita, katanya, sudah diakui oleh dunia. Indonesia masuk sebagai salah satu dari tujuh negara besar di dunia yang ingin diajak diskusi terkait pertanian.
 
Rektor UIT, Dr Andi Maryam mengatakan, Menteri Pertanian berjanji akan menjalin kerja sama dalam sektor pertanian dengan UIT. Hal ini tentu saja karena UIT memiliki Fakultas Pertanian.
 
Salah satunya dengan mengembangkan lahan pertanian milik UIT sekitar 50 hektare yang dapat dikelola dengan melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
 
"Kita akan kerjasamakan dalam bentuk pengelolaan lahan, Pak Menteri telah berjanji akan membantu seluruh kebutuhan pertanian UIT," ujarnya.(FK)
Saturday, 03 August 2019 11:14
Penulis : Fred Kuen
Redaksi : Mitha
 
Makassar (PhinisiNews) – Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah mengatakan Media Online (Pers) merupakan mitra strategis Pemerintah Sulsel, bukan hanya untuk promosi tetapi juga untuk media kontrol.
 
Sebab kontrol untuk jalannya pemerintahan dan pembangunan itu penting agar Pemprov Sulsel terpacu untuk berkembang.
 
Hal itu dikemukakan Gubernur Nurdin Abdullah saat berbicara pada Deklarasi Grup Wartawan Media Online (GoWa-Mo) di Baruga Karaeng Pattingaloang Rumah Jabatan Gubernur, di Makassar, Sabtu(3/08/19).
 
Menurut Gubernur, di Sulsel, minimal selama pemerintahannya, tidak boleh ada kezoliman, dia mencontohkan penggantian beberapa pejabat di Kota Makassar yang rekam jejaknya berprestasi sehingga harus dikembalikan ke jabatannya.
 
Selain itu, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan Tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bernama Koordinasi Supervisi dan Pencegahan (Korsupgah) untuk mencegah agar tidak terjadi Operasi 
 
Tangkap Tangan (OTT) di provinsi ini.
Konsekwensi dari kerjasama itu, Pemerintah Provinsi Sulsel harus melaksanakan rekomendasi dari Tim KPK tersebut, seperti pencopotan Kepala Biro Pembangunan Setda Pemprov Sulsel dari jabatannya dan beberapa tindakan lain untuk tiap kasus berbeda.
 
Menurut saya, kata Gubernur Nurdin Abdullah, kalau satu gigi sakit maka untuk mencegah agar gigi lain tidak sakit, maka gigi yang sakit tersebut harus segera dicabut, dan manajemen itu saya terapkan sejak saya menjadi Bupati dua periode di Kabupaten Bantaeng dan saat ini sebagai Gubernur Sulsel.
 
Tujuannya, agar sesuatu yang salah tidak berlanjut menjadi kesalahan yang lebih besar dan menular ke bidang lain dalam manajemen pemerintahan.
 
Gubernur mengakui, tidak semua kebijaksanaan yang dibuat walaupun dibutuhkan oleh masyarakat, namun belum tentu didukungan DPRD setempat.
 
Dia mencontohkan, pihaknya memberi bantuan ambulance laut untuk Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) yang daerahnya memiliki banyak pulau dan hasilnya cukup membantu masyarakat seperti banyaknya persalinan yang tertolong dengan keberadaan ambulance laut tersebut, namun DPRD setempat meminta bantuan itu dihentikan, karena secara oparasional memberatkan Pemkab setempat.
 
Dia juga mengemukakan hak angket DPRD Provinsi Sulsel yang saat ini berlangsung adalah tidak “fair” dan saya  akan hadapi demi kebenaran dan berharap hak angket itu mengungkap kebenaran yang sebenarnya.
 
Berkaitan dengan Deklarasi, Gubernur berharap puluhan Media Online yang bergabung dalam organisasi GoWaMo dapat melakukan kontrol, mengungkap fakta sesuai kebenaran.
 
Saat itu, Gubernur juga menawarkan bagi lembaga lain yang ingin menggunakan Baruga Karaeng Pattingaloang Rujab Gubernur untuk deklarasi atau kegiatan lainnya dipersilahkan. 
 
Ketua Umum DPP GoWa-Mo, Syafriadi Djaenaf mengatakan organisasi wartawan media online GoWaMo bersifat nasional yang ditargetkan akan menghimpun wartawan dari 1.000 media online se Indonesia dan secara bertahap akan melantik pengurus DPW Gowamo di seluruh Indonesia dimulai di Pulau Jawa dan Sumatera.
 
Organisasi wartawan ini memiliki dua program utama yaitu bekerja profesional sesuai kode etik jurnalistik dan undang undang tentang Pers, serta akan mensejahterakan wartawannya. (MK)
 
Thursday, 16 May 2019 02:41

Penulis : Shawn M. Carter | @shawncarterm

Phinisinews -  Dilansir dari CNBC.com - Generasi Millenial lebih dari dua kali lebih mungkin tertekan tentang kepemilikan rumah dibandingkan rekan-rekan baby boomer mereka. Bahkan, 51% merasakan penyesalan pembeli, dibandingkan dengan hanya 20% dari boomer.

Itu menurut situs web real estat Pandai, yang melakukan survei terhadap 1.000 pemilik rumah membandingkan milenium (usia 23 hingga 38) dan boomer (usia 55 hingga 73). Survei ini mengeksplorasi mengapa orang muda "lebih stres tentang memiliki rumah daripada generasi lain."

Penyesalan No.1 pemilik rumah Millennial adalah bahwa mereka mengatakan pembayaran hipotek mereka terlalu tinggi. Berkat meningkatnya biaya perumahan dan biaya bersaing seperti pinjaman mahasiswa, lebih dari dua pertiga, atau 67%, meletakkan kurang dari 20% di rumah mereka, menghasilkan pembayaran bulanan yang lebih tinggi.

Selain itu, sebagian besar generasi milenium yang membeli rumah tanpa uang muka 20% akan diharuskan membayar asuransi hipotek pribadi sampai mereka membayar cukup pada hipotek mereka sehingga mereka hanya berutang 80% dari nilai pasar rumah saat ini. PMI dapat bertambah dengan cepat: Biasanya biaya sekitar 1% dari saldo pinjaman Anda, di atas pembayaran hipotek bulanan Anda.

Para ahli merekomendasikan untuk mencoba membangun 20% dalam ekuitas rumah secepat yang Anda bisa untuk menghindari pemerasan biaya tambahan.

Alasan terbesar kedua pemilik rumah milenium memiliki penyesalan adalah karena betapa mahalnya perbaikan dan pembaruan rumah: 43% dari pemilik rumah muda terkejut oleh biaya pemeliharaan rumah mereka. Ini bisa mahal, sebagian, karena milenium lebih mungkin membeli boomer daripada yang membutuhkan proyek besar. Oleh karena itu, mereka berinvestasi "lebih banyak waktu dan sumber daya untuk perbaikan, pemeliharaan dan renovasi rumah," kata survei itu.

Selain perbaikan wajib, 80% dari milenium mengatakan mereka berencana untuk merenovasi dalam lima tahun ke depan, dibandingkan dengan 70% dari boomer. Dan bukan hanya milenium mengambil 49% lebih banyak proyek renovasi daripada boomer, mereka juga tiga kali lebih mungkin menggunakan pinjaman pribadi dan dua kali lebih mungkin menggunakan kartu kredit untuk membiayai pekerjaan.

Tetapi terlalu bergantung pada kredit dan pinjaman bisa berbiaya: April kartu kredit rata-rata lebih dari 17%, sementara, tergantung pada skor kredit peminjam, pinjaman pribadi dapat berjalan antara 10% dan 30% April. Biaya bunga dapat bertambah dengan cepat jika Anda tidak melunasi saldo Anda.

Secara keseluruhan, sekitar 20% dari generasi millennial merasa rumah mereka telah terdepresiasi nilainya sejak mereka membelinya, menurut penelitian, sementara 17% berpikir itu terlalu kecil, 17% berpikir tingkat bunga terlalu tinggi dan 14% mengatakan lokasinya tidak ideal .

Mayoritas pemilik rumah milenium, atau 61%, telah memiliki rumah mereka selama kurang dari lima tahun, namun, tidak mengherankan bahwa beberapa masih mencari tahu nuansa: "Semua ini bukan untuk mengatakan bahwa milenium adalah, sebagai generasi, secara inheren tidak layak untuk memiliki rumah, "para peneliti menyimpulkan, tetapi" lebih tepatnya, menjadi seorang pemilik rumah muda adalah stres. "

Jika Anda ingin membeli rumah, para ahli menyarankan Anda memastikan Anda siap untuk beralih dari menyewa dan mempertimbangkan beberapa pasar di mana rumah paling terjangkau bagi kaum muda.(MM)

Monday, 06 May 2019 04:41
 
Oleh:  La Ode Amijaya Kamaluddin.*
 
 
Generasi muda adalah tahapan yang dicapai bagi setiap insan manusia pasca anak anak dan prestasi yang telah dilalui memasuki masa yaitu dapat dibilang masa tua. 
 
Hal ini saya mencoba membagi siklus manusia pada tiga fase yaitu, pertama, fase masa kanak kanak dan remaja, kedua fase masa muda yang populer di disebut sebagai generasi muda dengan predikat milenials dan ditahap ini lah masa prima dan Ketiga memasuki fase tua, atau di kenal populernya  masa the golden anomali atau masa keemasan yang perlu diwariskan kepada generasi muda.
 
Tulisan ini saya hendak menfokuskan pembahasan saya khusus pada kaum generasi muda, yang seumur dengan mahasiswa. mengapa? Karena di pundak merekalah masa depan bangsa Indonesi diletakan. 
 
Ada beberapa alasan mengapa kita mengharapkan generasi muda sebagai penopang masa depan Bangsa Indonesia. Pertama, generasi muda adalah pewaris masa depan bangsa, olehnya itu pada segenap tumpah darah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan diwariskan kepada mereka. 
 
Kedua, warisan nilai nilai dan pengetahuan kebudayaan dan identitas Bangsa Indonesia akan dihadapkan dengan globalisasi, dimana suatu keniscayaan yang dihadapi setiap negara di dunia. Secara demografis, kaum milenials yang bertaburan prestasi kemajuan teknologi saat ini mengakibatkan lahirnya generasi milenial. Menurut Suryadi (2015) mengatakan  bahwa generasi milenial atau yang akrab disebut generasi Y yaitu kelompok anak muda yang berusia belasan tahun hingga awal tiga puluhan yang lahir pada awal 1980 hingga awal tahun 2000.
 
Apa Itu Era Digital 4.0
 
Saya menyampaikan sedikit pandangan dari Dr Slamet Rosyadi, beliau aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Dalam abstraksi tulisan beliau dengan judul “Revolusi Industri 4.0” mengabstraksikannya bahwa Revolusi Industri 4.0  menyediakan peluang sekaligus tantangan bagi para mahasiswa dan alumninya. 
 
Peran manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin otomatis. Akibatnya, jumlah pengangguran semakin meningkat. Hal ini tentu saja akan menambah beban masalah lokal maupun nasional. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan revolusi industri 4.0, para mahasiswa dan alumni wajib memiliki kemampuan literasi data, teknologi dan manusia Literasi data dibutuhkan oleh alumni Universitas untuk meningkatkan skill (keahlian) dalam mengolah dan menganalisis big data untuk kepentingan peningkatan layanan publik dan bisnis.
 
Literasi teknologi menunjukkan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital guna mengolah data dan informasi. Sedangkan literasi manusia wajib dikuasai karena menunjukan elemen softskill atau pengembangan karakter individu untuk bisa berkolaborasi, adaptif dan menjadi arif di era “banjir” informasi.
 
Menyiapkan Generasi
 
Mahasiswa jaman now dengan menyandang predikat Milenials maka sejatinya memiliki softskil tentang kemampuan menguasai teknologi yang dibutuhkan di era digital 4.0. Selama menjadi mahasiswa masih punya waktu untuk berbenah diri dengan menyisihkan waktu untuk menambah penguasaan bahasa asing dan mematangkan diri dalam organisasi intra/ekstra  kurikuler, karena dengan pengalaman organisasi dan menguasai bahasa asing minimal Bahasa Inggris ditambah lagi dengan kemampuan skils yang mumpuni, kemungkinan kita masih besar peluang mendapatkan kerjaan. 
 
Ada empat persiapan yang sangan diperlukan bagi seorang generasi milenials terutama mahasiswa dalam menghadapi situasi zaman yang penuh dengan kejutan Distrupsi dimana kondisi dan situasi serba tidak menentu biasa di kenal dengan era “VUCA” singkatan dari (Volatility),  situasi yang menggambarkan keadaan yang selalu berubah ubah, (Uncertainty). Situasi dan keadaan yang tidak menentu, (Complexity) dengan situasi keadaan yang rumit dan kompleks, (Ambiguity) suasana dan situasi yang  mendua, Ragu /tidak pasti, maka menjadikan seluruh keadaan akan menjadi kacau tidak dapat di prediksi dan selalu ada kejutan dari berbagai situasi termasuk masalah ekonomi, pemerintahan ataupun situasi sosial lainnya. 
 
Pertama, mahasiswa atau generasi muda harus dibangun Karakternya dalam pengembangan budi pekerti, sudah harus menjadi kepribadian bagi seorang mahasiswa atau generasi muda milenials, karena dunia kerja sudah harus menerima pekerja yang siap kerja, bukan sarjana yang harus dilatih kembali untuk menguasai pekerjaan, maka itu disaat menjadi mahasiswalah semua kesempatan dan kemungkinan di jalani untuk mendapatkan pengalaman yang terkait dengan dunia kerja. 
 
Kedua, Generasi muda atau Mahasiswa perlu di beri pengalaman dalam kesempatan untuk aktif di kegiatan senat atau himpunan Jurusan guna menempa diri untuk bisa nantinya beradaptasi dilingkungan organisasi baik intern maupun ekstra, dalam banyak kesempatan yang sangat bisa di elaborasi kemampuan generasi milenials/ mahasiswa  dengan kegiatan intra kampus seperti di Himpunan Jurusan atau Senat Mahasiswa guna pematangan baik secara konseptual maupun pematangan jatidiri untuk berada dalam suatu komunitas. 
 
Untuk ekstra kampus juga tersedia organisasi yang menyediakan pelatihan atau kegiatan yang memberi ruang untuk pengembangan keilmuan dan keterampilan, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah(IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan lain lain.
 
 Organisasi ekstra kampus ini selain kegiatannya, mereka juga memiliki jaringan yang luas baik di dunia kerja pada organisasi atau perusahaan mana saja sangat banyak bisa dibilang alumninya inilah salah satu chanel distribusi rekruitmen alumni dengan mendasarkan pada kompetensi employmant.
 
Ketiga, kampus harus mampu membangun kerjasama dengan perusahaan swasta lain untuk lingkage dengan banyak tawaran dan kesempatan magang di perusahaan BUMN atau perusahaan lain untuk menimba pengalaman sebelum selesai wisudawan/i, tentunya hal ini harus ada dukungan dari pihak universitas agar bisa membuat kurikulum/ dari fakultas memberi ijin magang atau ada kerja sama untuk menyelaraskan dunia perguruan tinggi dalam hal ini mahasiswa dapat magang di perusahaan atau dengan BUMN, maksudnya untuk memberi wawasan kepada mahasiswa untuk mengenal dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri dengan mengambil pengalaman masa magang. “Link and Match” artinya dunia perguruang tinggi dalam hal ini Universitas harus bisa membangun kerjasama kelembagaan dengan perusahaan swasta lainnya atau BUMN yang ada agar membuka program magang diwaktu semester antara perkuliahan, agar mahasiswa betul betul mengenal dunia kerja.  
 
Keempat, generasi milenials / Mahasiswa dituntut untuk mampu mewujudkan dan menggabungkan kemampuan  cipta karsa dengan skils keterampilan dan sekaligus mewujudkannya sebagai produk sendiri yang dapat di terima pasar maksudnya hasil produksi tersebut bisa dijual agar dapat menghasilkan uang. 
 
Generasi milenials/mahasiswa ini juga tidak kalah pentingnya untuk dibangun semangat inovasi, bebas berkreasi dan bebas ber imajinasi.
 
Kampus adalah tempat terbaik untuk menyemaikan  benih benih unggul kader masa depan bangsa di usia mahasiswa dan kampus inilah tempat masa pembentukan awal untuk menjadi generasi yang seperti apa?, kampus juga lah tempat yang ideal untuk menanamkab idiologi, kebangsaan dan membangun nasionalisme yang prudent serta dikampus inilah tempat untuk menggali potensi dasar mereka sebagai objek yang di persiapkan untuk pengembangan lebih potensial yang pada akhirnya dapat di harapkan sebagai generasi penerus estafet pembangunan dan masa depan bangsa. 
 
Kampuslah tempat untuk mengkolaborasi pikiran, keilmuan dengan skil, pengetahuan untuk menjadikan kader kader terbaik bangsa, maka kampus harus mampu memposisikan diri menjadi rumah besar produksi hasil terbaik generasi kader bangsa. (LAK)  
 
Data Penulis
Dr., Laode Amijaya Kamaluddin., M.Adm LP.
Buton Sultra. 30 Nopember 1963
@mail: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
HP;  08118110208
Organisasi yang pernah di ikuti
Intra Kampus; HMJ, Senat, 
Ekstra Kampus; 1992-1994.  PB HMI. 
2002 -2005.  DPP KNPI
Saturday, 04 May 2019 23:13

Penulis : Mitha Kuen

Makassar - Phinisinews, Usai menggelar kegiatan  nasional Workshop Nvivo 12 Plus dua hari lalu (2-3 Mei), kini FISIP Universitas Indonesia Timur (UIT)  kembali  menggelar  Dialog Ilmiah  dengan tema "Tantangan Alumni  Ilmu Sosial Dan ilmu Politik  di era revolusi industri 4.0".

Dua kegiatan nasional yang diikuti peserta dari Sulawesi Selatan maupun dari luar Provinsi Sulsel ini menuai apresiasi sangat positif, baik dari pihak eksternal UIT  maupun internal  Yayasan Perguruan Tinggi UIT.

Dialog Ilmiah yang diikuti peserta internal maupun alumni UIT dari berbagai daerah di Indonesia,  digelar di rumah jabatan Wakil Walikota Makassar, Sabtu (4 Mei 2019).

Salah seorang pembicara, Kepala Bulog Kalimantan Selatan, Dr Laode Amijaya Kamaludin, M.Adm KP,   mengapresiasi sangat positif kegiatan yang diselenggarakan ini dan menyatakan "Geliat Fisip UIT Menjadi visioner menaikkan kurva kebangkitan UIT melalui percepatan kejutan dengan kegiatan kegiatan yang dilakukan saat ini".

UIT harus menjadikan keterpurukan masa lalu menjadi titik kebangkitan untuk transformasi ke arah yang lebih baik di masa sekarang ini serta masa depan dan UIT harus membuat "Gala Dinner" sebagai titik balik kebangkitannya. Jelas Laode Amijaya Kamaludin.

Alumni UIT harus bisa membuat kegiatan yang mengundang banyak orang-orang penting nasional agar UIT semakin dikenal  dari berbagai segi, selain itu dengan kecanggihan Teknologi di era 4.0 menjadi peluang yang sangat besar untuk mempromosikan keunggulan alumni dengan berbagai kegiatan, baik dari segi ekonomi maupun politik.

Disebut  sebagai visioner, Dekan Sospol UIT, Nani Herlinda Nurdin menanggapi bahwa dirinya tidak merasa sebagai visioner, namun dalam keterbatasan yang ada saat ini pada UIT justru memicu dirinya untuk berbuat lebih banyak untuk membangkitkan UIT dengan segala kemampuan yang dimiliki, karena Saya tidak dapat larut dalam keterbatasan.

"Jika saya disebut visioner karena Hal itu, ya Alhamdulillah," ucapnya.

Harapannya, meskipun kedepannya nanti bukan saya lagi yang menjadi dekan, saya berharap kegiatan kegiatan berbau akademik seperti ini bisa dilanjutkan bahkan dikembangkan serta juga tetap melibatkan mahasiswa, agar sumber daya manusia (SDM) dosen dan wawasan mahasiswa bertambah.

Nani juga sangat bersyukur atas apresiasi dan dukungan (support) yang diberikan Yayasan UIT sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan lancar.

Selain itu, Dekan yang saat ini sedang kuliah doktoral (S3) di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukannya saat ini juga merupakan salah satu cara agar UIT makin dikenal, sekaligus UIT juga mampu membuat kegiatan di luar kampus.

Hal ini diutarakan karena selama ini kegiatan UIT cenderung selalu dilaksanakan di lingkungan kampus saja. Maka perlu adanya perubahan agar UIT dapat bangkit dan orang luar  melihat perubahan tersebut.

Kegiatan dialog yang dirangkaikan dengan launching Pranata Edu serta Peresmian  Pusat Kajian Sosial Politik (PKPS) ini juga menghadirkan pembicara Dr.Alam Febri Sonny S.Sos,M.Si juga Ketua Bph.Yayasan Universitas Indonesia Timur Dr.Anwar M.Diah. (AI)

Galleries

 
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Kawasan Wisata Terpadu Gowa...
  Penulis : Andi Mahrus Andis.   Makassar (Phinisinews.com) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sulawesi...
  Penulis : Redaktur Medan (Phinisinews.com) - Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pers Indonesia, Hence...

Get connected with Us