Penulis : Ahmad Imron / Editor : Fred Daeng Narang
Makassar (Phinisinews.com) – Trainer Jurnalistik Mitha Mayestika Kuen mengatakan, wartawan dengan penguasaan dasar jurnalistik yang baik dan benar, tidak sulit menjadi wartawan kompeten dan profesional.
Sebab, kerja jurnalistik adalah kerja dengan karya di ruang publik, sehingga pengakuan kompeten dan profesional juga akan diterima dari publik yang melihat karya tersebut secara rutin di ruang publik melalui berbagai platform media berita sebagai karya jurnalistik yang mengedepankan kepentingan publik dan sebaliknya bila karya jurnalistik itu jelek, tidak sesuai kaidah, maka penilaian wartawan “amatir” atau “adventurir” otomatis melekat pada karya, pembuat berita serta medianya.
Hal itu dikemukakan Trainer yang juga General Manager (GM) Journalist Training Development Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC), Mitha Mayestika Kuen, S.IP. M.Ikom, di depan peserta Private General Journalism Training (durasi 16 jam) yang diikuti kelompok wartawan pemula di Kampus P2MTC Jalan Metro Tanjung Bunga Ruko Mall GTC Blok GA.9 No.7 Makassar, Rabu.
Menurut Mitha, publik adalah pemegang “remote controle” atas pengakuan kompetensi dan profesional melalui karya jurnalistik yang dilihat, dibaca, sekaligus menyukai atau mem blacklist media yang tidak berpihak pada publik dengan tidak membaca atau menontonnya lagi.
Untuk itu, penguasaan dasar jurnalistik bagi wartawan sangat penting, tidak ada istilah “karbitan” untuk menyandang predikat wartawan kompeten dan profesional sebab kartu atau sertifikat harus dibuktikan dengan karya di ranah publik serta attitude (sikap) di lapangan.
“Jadi kompetensi dan profesionalitas kerja wartawan tidak diukur dari kartu atau sertifikatnya, melainkan pembuktian karya di ruang publik,” ujarnya.
Artinya, dasar utama adalah wartawan harus paham bahwa profesinya adalah mewakili masyarakat umum, apapun berita yang disajikan harus mewakili kepentingan masyarakat dan bukan mewakili kepentingan personal atau kelompok kecil atau membuat berita untuk kepuasan diri sendiri.
Sajikan informasi berdasarkan kumpulan berbagai fakta, recheck, berimbang, gunakan narasi yang tepat dan tidak melakukan “trial by the press” dengan teknis penulisan antara lain “inverted Pyramida” yang secara ketat menggunakan rumus 5W+H+(ABC+2S).
Mitha yang juga Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UIT (Universitas Indonesia Timur) mengingatkan bahwa teknis penulisan inverted Pyramida sangat bagus untuk mengeksplore kemampuan wartawan dalam penyajian berita straight news, indepth reporting, investigasi news dan lainnya, dengan teknis penulsan lead (alinea pembuka/teras berita) secara variatif dan memperlihatkan “kelas” wartawan tersebut seperti lead kesimpulan, lead analisis, lead intepretatif dan model lead-lead lainnya.
Dan yang sangat mendukung kesempurnaan kerja kompeten dan profesional, lanjutnya, adalah penguasaan aturan (UU No.40/1999 tentang pers) serta konsistensi serta kepatuhan terhadap penerapan kode etik jurnalistik.
“Yakinlah, penguasaan dasar jurnalistik secara baik dan benar menjadikan raihan predikat kompeten dan profesional menjadi tidak sulit. Eksekusinya sisa mensertifikatkan kompetensi tersebut sesuai level yang diinginkan,” ucapnya.
P2MTC secara rutin setiap bulan melaksanakan Pelatihan Jurnalistik, Public Relation dan Citizen Journalism dengan durasi 8-16 jam pada private class (6-10 orang), small class (11-20 orang) dan big class (21-50 rang) serta juga menyelenggarakan Sertifikasi Kompetesi Wartawan (SKW) melalui TUK YPMPK durasi 90 menit/orang, sedanglan peserta yang berminat dapat menghubungi 0815 3332 2118, 0888 5009 812 atau email This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. dan This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. , ujarnya berpromosi. (AI/FDN).