Dituduh Coba Gulingkan Pemerintah, 2 Editor Media Turki Dibui

  • Wednesday, Nov 04 2015
  • Written by  Phinisinews - CNN
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Reuters/Darren Whiteside) Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Reuters/Darren Whiteside)

Phinisinews - Dua editor Nokta, majalah sayap kiri Turki, ditahan di Istanbul lantaran menerbitkan edisi terbaru dengan sampul kontroversial.

"Pemimpin redaksi Cevheri Guven dan redaktur pelaksana Murat Capan ditahan atas tuduhan percobaan menggulingkan pemerintahan secara paksa," demikian bunyi kicauan majalah Nokta melalui akun Twitter resmi mereka.

Di bagian sampul majalah edisi ke-24 tersebut terpampang foto Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan tulisan, "Senin, 2 November: Dimulainya perang sipil di Turki."

Berita utama dalam majalah tersebut juga membahas mengenai potensi kemenangan Partai AK yang dapat memperburuk ketegangan antara negara dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Pengadilan Istanbul pun langsung menginstruksikan pencabutan semua eksemplar majalah tersebut dari kios penjualan.

Namun, Guven mengatakan bahwa edisi terbaru itu sudah dipersiapkan sebelum pemilu pada Minggu (1/11) yang kembali dimenangkan oleh Partai AK pimpinan Erdogan.

Menurutnya, sampul tersebut seharusnya tidak diartikan secara harfiah dan pihak majalah pun tidak menyuruh orang untuk angkat senjata. Guven justru mempertanyakan balik apa motif penahanan terhadapnya.

Ini bukan kali pertama Nokta berseteru dengan pemerintah. Pada September lalu, kantor majalah Nokta digerebek setelah menerbitkan majalah dengan sampul kontroversial.

Sampul tersebut memampang foto Erdogan sedang melakukan selfie di depan peti tentara Kurdi yang tewas dalam perang melawan Kurdi. Foto ini hanya rekayasa pihak majalah untuk mengkritik Erdogan.

Menanggapi masalah ini, Wakil Perdana Menteri Turki, Yalcin Akdogan, berkata, "Moral pers sejalan dengan kebebasan pers."

Pemerintah Turki juga sudah beberapa kali melakukan penggerebekan ke kantor berita yang bertentangan dengan pemerintah.

Pekan lalu, polisi menggerebek kantor stasiun televisi milik Koza Ipek yang memiliki hubungan baik dengan Fethullah Gulen, seorang tokoh Sunni. Awalnya, Gulen merupakan sekutu terdekat Erdogan, tapi kini menjadi musuhnya.

Hubungan antara faksi kedua pemimpin ini terus memanas setelah para pendukung Gulen menyorot masalah korupsi Partai AK selama dua tahun belakangan.

Puncaknya pada Selasa lalu, 58 jurnalis yang bekerja untuk Ipek dilarang masuk kantor lantaran sudah disegel polisi. Petugas mengatakan bahwa kontrak para pekerja sudah dihentikan. Pemerintah mengaku sudah mengambil alih manajemen perusahaan penyiaran tersebut.

Sementara itu, 57 orang ditahan di Kota Izmir karena dituduh bergabung dengan kelompok Gulen. Tidak dirinci dengan jelas kesalahan apa yang mereka perbuat.

Erdogan sudah mendakwa Gulen merencanakan penggulingan kekuasaan dan menjalankan negara paralel. Gulen juga diadili atas tuduhan sebagai kepala organisasi teroris. Kini, Gulen sedang berada di pengasingan di Amerika Serikat.

Read 1826 times
Rate this item
(0 votes)
Published in Internasional
Login to post comments

Galleries

 
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Kawasan Wisata Terpadu Gowa...
  Penulis : Andi Mahrus Andis.   Makassar (Phinisinews.com) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sulawesi...
  Penulis : Redaktur Medan (Phinisinews.com) - Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pers Indonesia, Hence...

Get connected with Us