Jumat Pertama Di Masjid Darussalam Mangngallekana Maros

Jumat pertama di Masjid Darussalam Mangngallekana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 36 kilometer dari Makassar. (Foto : Dok Muh Ali). Jumat pertama di Masjid Darussalam Mangngallekana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 36 kilometer dari Makassar. (Foto : Dok Muh Ali).
 

Penulis : Muh Ali  /  Editor : Ahmad Imron

Maros, Sulsel (Phinisinews.com) – Jumat pertama di Masjid Darussalam Mangngallekana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 36 kilometer dari Makassar, berlangsung khusuk dan penuh rasa syukur jamaah.

Sebab, dalam rangka bulan Suci Ramadhan 1444 H, pengurus masjid berusaha membenahi masjid agar terlihat cantik dan menarik agar jamaah selalu datang ke masjid dengan memasang berbagai lampu hias dan umbul-umbul secara apik.

Sebenarnya masjid ini telah resmi digunakan sejak  5 Juni 2018 bertepatan 20 Ramadhan 1439 H yang diresmikan pemakaiannya oleh Camat Monconloe Andi Paranrengi.

Pemakaian Jumat pertama baru dimulai 7 April 2023 mengingat penduduk NIR sudah semakin banyak.

Menurut Ketua Pengurus Masjid, Dr Muhammad Ali, M.Pd, di Maros, Sulsel, sekitar 36 kilometer dari Makassar, Jumat, nama Mangngallekana diambil dari nama masjid yang pertama yang ada di Kerajaan Gowa.

Dia menambahkan, hubungan Makassar dengan dunia Islam diawali dengan hadirnya Khatib Tunggal  (Dato Ribandang) yang berasal dari Minangkabau yang tiba di Tallo (sekarang Makassar)  pada  September 1605.

Dato Ribandang  mengislamkan Raja Gowa ke-14 Imangngarangi Daeng Manrabbia  dengan gelar Sultan Alauddin yang memerintah tahun 1593-1639 dan Mangkubumi, Kerajaan Gowa, I Mallingkaan  Daeng Mannyonri Karaeng Katangka yang juga sebagai Raja Tallo.

Kedua raja ini memeluk agama Islam pada  9 November  1607, bertepatan dilakukan shalat  Jumat pertama di Masjid Tallo yang bersamaan pula diadakan shalat Jumat di Masjid Mangngallekana di Somba Opu.

Pada saat itu dinyatakan secara resmi bahwa penduduk Kerajaan Gowa-Tallo telah memeluk agama Islam. Tanggal inilah yang dijadikan sebagai hari jadi (HUT) Kota Makassar yang setiap tahunnya diperingati.

“Kita berusaha memelihara dan melestarikan kearifan local dan Kata Mangngallekana memilki lapisan-lapisan makna yang sangat dalam. Kata mangngallekana terdiri atas tiga morfem yaitu dua morfem bebas dan satu morfem terikat yakni : mang + alle+ kana, yang jika diterjemahkan mengandung beberapa makna yakni  mematuhi nasihat, menjalankan perintah, mendengarkan nasihat, patuh pada nasihat  guru, patuh pada nasihat orang tua, dan menjalankan perintah-Nya serta  menjauhi segala larangan-Nya,” ujarnya.

Kata Mangngallekana jika ditinjau dari makna filosofisnya sebenarnya adalah milik kita semau bahkan seluruh Nusantara karena kalau ditinjau dari cerita masa lampau hampir semua nenek moyang kita keberadaanya dari To Manurung (bugis), Tu Manurung (Makassar). Makassar berasal dari kata akkasarak  artinya menjelma, berwujud. Menampakkan diri, bukan kasar. Kasar itu bahasa Indonesia, ucap Muhammad Ali. 

Dalam Jumat pertama tersebut sebagai Chatib dan Imam Shalat Jumat  adalah KUA Kec. Moncongloe  Drs H Mursalim, MH. dihadiri Camat Moncongloe, Herwan, S.Sos, MSi, dan kapolsek Moncongloe IPDA Mansyur berserta jajarannya, Ketua Lembaga Adat Gallarrang Moncongloe, Gallarang Bira, Imam Desa Moncongloe, Bhabinkamtibmas Aiptu Muh Said dan warga NIR.

Setelah selesai shalat Jumat dilanjutkan Nuzullul quran, lalu sholat Ashar, Sholat Magrib  dan buka puasa bersama. (MA, AI).

Read 670 times
Rate this item
(0 votes)
Published in Citizen Journalism
Login to post comments
Switch mode views:
  • Font size:
  • Decrease
  • Reset
  • Increase