Oleh : Fredrich Kuen *
Makassar (Phinisinews.com) – Tidak dapat dipungkiri bahwa Partisipasi Publik, Relawan dan Inovasi akan sangat berperan penting dalam percepatan penanggulangan Pandemi Covid-19 serta pemulihan (recover) dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan virus corona di tanah air.
Artinya, penanganan Pandemi Covid-19 secara nasional maupun per wilayah provinsi merupakan tanggungjawab semua pihak, sehingga dalam menghadapi dan menanggulanginya yang terpenting adalah bagaimana bisa tetap bertahan, tidak terpapar dan terkapar, baik dari sisi kesehatan fisik, psikologis, ekonomi maupun kehidupan sosial.
Perubahan perilaku dan adaptasi norma dan kebiasaan baru di tengah masyarakat bisa menjadi kunci dalam pencegahan dan penanggulangan pandemi ini. Kehidupan bisa tetap berjalan tanpa harus terpenjara dengan ketakutan dan kekhawatiran.
Hal itu karena faktor kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak saat berkegiatan, dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir sebagai adaptasi kebiasaan baru dan perubahan perilaku, sangat penting dalam mengendalikan sebaran Covid-19, sekaligus memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Kolaborasi dari semua pihak menjadi benteng utama dalam mencegah penyebaran Covid-19. Silahkan berkegiatan, silahkan produktif. Bikin acara, tetapi dengan menggunakan adaptasi kebiasaan baru. Jangan produktif, tetapi masih pakai pola kebiasaan lama. Intinya kita semua boleh produktif, asalkan dengan kebiasaan baru, perubahan perilaku dan protokol kesehatan.
Uraian itu sangat sering didengungkan lima Gubernur di tanah air yang daerahnya “ramai” Cavid-19 dengan “gaya dan pendekatan” mereka masing masing yaitu Gubernur DKI Jakarta, Prof Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah.
Gubernur Nurdin Abdullah mengakui, penanganan Covid-19 (corona virus disease 2019) di Sulsel, pemerintah tidak sendiri, peran relawan, stake holder, masyarakat, pers, tenaga kesehatan, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, PKK, Dekranasda dan seluruh elemen masyarakat, TNI dan Polri, menjadi garda terdepan menjadikan semua pihak t untuk bersama-sama melewati masa Pandemi Covid-19 ini.
Artinya, Sulsel melakukan pelibatan multipihak atau pentaheliks dalam penanggulangan bencana, termasuk dalam penanganan Covid-19. Pentaheliks diantaranya adalah pemerintah, akademisi/pakar, masyarakat, lembaga usaha dan media massa.
Relawan
Relawan memiliki peranan yang signifikan dalam penanganan Covid-19. Unsur ini dapat membantu tenaga medis sebagai garda terdepan dalam penanganan pandemi ini. Mereka dapat bergerak cepat memberikan sosialisasi dan edukasi kepada warga. Kasus pertama di Sulsel tercatat pada 19 Maret 2020, ujar Gubernur Nurdin Abdullah.
Relawan terdiri dari banyak pihak dan profesi, termasuk mereka yang berasal dari unsur mahasiswa sebagai relawan pendamping di Program Duta Wisata Covid-19, juga penyintas yang kemudian aktif berperan di tengah masyarakat.
Koordinator Program Psikologi Sub Bidang Medis, Bidang Koordinasi Relawan Satuan Tugas Covid-19, Dr Endang Mariani, M.Psi mengatakan, pihaknya dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga terlibat dalam memberikan pelatihan kepada liaison officer (LO), fasilitator dan relawan yang ada di Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros di Sulsel.
Materi pelatihan di antaranya adalah prinsip-prinsip kerelawanan, perubahan perilaku, komunikasi efektif, isu lokal dan protokol kesehatan. Setelah pelatihan, para fasilitator yang berasal dari relawan di daerah terkait, melatih relawan dan calon relawan lainnya dari tiga kabupaten/kota, yakni Makassar, Gowa dan Maros.
Selain itu, mereka menyebar ke masyarakat untuk membantu mengedukasi dan melakukan sosialisasi secara masif tentang perubahan perilaku sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru, ucap Endang.
Di samping itu, pelibatan penyintas menjadi relawan dan duta di tengah masyarakat adalah hal yang menarik di Sulsel. Pendekatan ini mungkin belum menjadi fokus perhatian di daerah lain. Para duta ini, dapat menjadi agen-agen perubahan di tengah masyarakat. Pendekatan yang dilakukan akan lebih dalam karena pernah terpapar dan mengalami sendiri terserang virus corona.
“Kalau yang belum kena, mungkin apa yang disampaikan cuma teori berdasarkan pengetahuan. Berbeda kalau sudah pernah kena dan mengalami langsung. Pengalamannya itu akan bisa lebih dalam. Bagaimana agar tidak terpapar, apa yang dirasakan, bagaimana bisa survive (bertahan). Mereka pun bisa meminta orang lain untuk tidak memberikan stigma. Termasuk menanamkan kesadaran tentang pentingnya perubahan perilaku, serta bagaimana cara mengkomunikasikannya kepada orang lain,” sebutnya.
Pemprov Sulsel sendiri dalam Program Duta Covid-19 sangat menekankan dukungan psikososial kepada para peserta sebagai komponen penting dalam melawan covid. Para praktisi kesehatan jiwa, seperti psikolog, ikut dilibatkan. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) juga mengapresiasi program ini.
“Yang pasti, kita sepakat bahwa bukan hanya ditangani dari sisi kesehatan fisik secara medis saja, tetapi juga dari sisi psikologis, spiritual, budaya dan yang tidak kalah penting adalah dari sisi ekonomi yang punya dampak luar biasa. Jadi penanganannya harus holistik,” tegasnya.
Di Sulsel, lanjutnya, selain 3M, juga telah diterapkan 3T yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (pengobatan) dengan baik. Demikian juga dengan kampanye aman, iman, dan imun dalam menghadapi pandemi. Bukan sekedar slogan.
Inovasi
Dari sisi Inovasi pergerakan ekonomi, berbagai program dan proyek dilakukan secara menyebar untuk membangkitkan ekonomi makro, begitu juga sebagai daerah berbasis pangan, terus dikembangkan berbagai komoditi unggulan sebab selama ini Sulsel tetap tangguh menghadapi berbagai krisis karena berbasis pertanian.
Ekspor udang windu kualitas premium dilakukan dari pusat budidaya tambak udang di Kabupaten Pinrang pekan lalu, begitupun pengolahan rumput laut serta berbagai pendekatan berbasis pertanian lainnya, baik orientasi ekspor maupun nasional.
Yang menarik, Ketua Tim Penggerak PKK yang juga Ketua Dekranasda Sulsel, Lies F Nurdin yang adalah istri Gubernur Nurdin Abdullah terus melakukan inovasi ekonomi melalui pendekatan rumah tangga/keluarga dan pendekatan peran perempuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
“PKK selalu berada di garda terdepan untuk membantu menggerakkan ekonomi rakyat, melalui peluang usaha, kemudahan dengan melakukan beberapa kesepakatan dengan pelaku makro bisnis untuk mendukung dan bermitra dengan industri kecil dan menengah (IKM), mengajak perbankan memberi bantuan pinjaman modal dengan skema dan bunga yang sangat ringan, memberi pelatihan keterampilan dan bantuan alat usaha adalah sedikit dari kerja PKK dalam memberi dukungan pada pelaku IKM,” ujar Lies.
Selain itu, PKK menggandeng Lembaga Rumah Indonesia untuk menggerakkan masyarakat memulai usaha dalam upaya menggerakkan ekonomi masyarakat di Sulsel. Langkah awal yang dilakukan, bagaimana menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya yang berada di pemukiman-pemukiman seperti usaha kuliner sistem waralaba yang menyediakan gerai, peralatan, hingga sistem penjualan yang membantu mengembangkan usaha.
PKK sendiri sebelumnya telah membangun kerja sama bersama Gojek Indonesia memberikan pelatihan kepada 1.000 UMKM yang khusus dikelola oleh perempuan mengenai bisnis produk yang sesuai dengan platform digital.
Vice President of Public Policy and Government Relation Gojek Indonesia, Tricia Istiara Iskandar memaparkan usaha kecil yang dikelola oleh perempuan dan memanfaatkan platform digital telah memberi dampak yang cukup signifikan dalam peningkatan pendapatan.
Melalui berbagai langkah penanganan dan penanggulangan Covid-19 oleh semua komponen, maka kegiatan produktif dapat dilakukan secara terukur dengan melakukan pembatasan kehadiran. Sisanya, bisa mengikuti secara daring. Artinya, pesannya tetap sampai, adaptasi dan perubahan perilaku serta protokol kesehatannya juga dilakukan secara ketat, sehingga optimisme badai pandemi covid-19 segera berlalu. (Editor : Mitha K).
(* Wartawan Utama, Trainer Phinisi Pers Multimedia Training Center – P2MTC, Penulis Buku “Jurnalisme dan Humanisme”).