Lembaga Adat Rayakan Maulid Secara Tradisional

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan secara tradisi dan diselenggarakan oleh Lembaga Adat Gallarrang Tonasa di Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dengan Supporting dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX. (Foto : Istimewa). Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan secara tradisi dan diselenggarakan oleh Lembaga Adat Gallarrang Tonasa di Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dengan Supporting dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX. (Foto : Istimewa).
 

Penulis : Ahmad Imron  /  Editor : Fred K

Takalar, Sulsel (Phinisinews.com) – Lembaga Adat Gallarang Tonasa, merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW secara tradisional di Baruga Karaeng Pepeya Sanrobone, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sekitar 38 kilometer dari Makassar, Kamis.

Seluruh undangan yang terdiri dari berbagai pemangku adat, menggunakan pakaian adat Makassar, sarung sutera, jas tutup, songko guru serta badik atau keris terselip di pinggang.

Saat menapaki baruga, tamu disambut dengan tabuhan gendang dan irama suling (papui-pui), makanan yang tersaji juga sangat khas yakni kado minya (ketan kuning berminyak), ayam kampung goreng dan makanan lainnya.

Selain itu, setiap undangan peserta perayaan maulid membawa pulang bingkisan berupa satu bakul penganan kado minya dan ayam kampung goreng serta beras panenan lokal yang ditutup daun pisang dan di atasnya tertancap tujuh rautan bambu yang menusuk tujuh telur ayam kampung yang telah direbus dan diberi pewarna merah dengan beberapa hiasan.

Bakul tempat penganan juga produk tradisional dari ayaman daun pandan kering atau daun lontar. Sedangkan puncak acara adalah ceramah agama dan bersanji yang dilafalkan oleh puluhan pria berpakaian khas sarung sutera, baju koko dan jas serta kopiah songko guru. Bersanji isinya adalah melafalkan isi shalawat menggunakan bahasa Arab bercampur bahasa Makassar dengan irama yang khas dan semua peserta perayaan maulid berdiri.

Menurut Penyelenggara, Ketua Lembaga Adat Gallarrang Tonasa, Hamin Daeng Nyanrang, Dipl Eng, ST, pihaknya merayakan maulid secara adat, maulid tradisi sebagai upaya melestarikan budaya yang terkait dengan agama.

Kepala Balai  Pelestarian kebudayaan Wilayah XIX yang diwakili Kasubag Umum, Andriany mengatakan, negara hadir pada perayaan Maulid adat kebudayaan, sekaligus untuk upaya pelestarian budaya, termasuk budaya yang terkait dengan agama yang disebut ritus.

Kami mendukung melalui alokasi pendanaan untuk upaya pelestarian budaya (ritus) ini agar tetap lestari. Tercatat 10 item obyek ritus budaya dan negara ada untuk pelestariannya. Jadi ada kontribusi negara melalui Balai Pelestarian Kebudayaan untuk penyelenggaraan Perayaan Maulid tradisi ini, ujarnya.

Ritus menurut wikipedia adalah suatu tindakan, biasanya dalam bidang keagamaan yang bersifat seremonial dan tertata. Ritus merupakan obyek pemajuan kebudayaan, yang berupa tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok mayarakat secara terus menerus serta diwariskan pada generasi penerusnya seperti berbagai perayaan, peringatan kelahiran dan lainnya.

Pemangku adat Tinggi Kerajaan Gowa yang juga Raja Adat Borisallo ke-39, Drs Hatta Hamzah Karaeng Gajang, MM (75 tahun), menyambut sangat positif negara ada untuk pelestarian budaya.

Di tempat itu, Andriany menyatakan siap mendukung pameran tunggal benda pusaka milik Hatta Hamzah Karaeng Gajang yang memiliki koleksi hampir 200 item benda pusaka, keris, badik, senjata tajam lainnya, batu mulia, tongkat raja dan lainnya.

“Balai Pelestarian Budaya Wilayah XIX siap mendukung pendanaan dan lainnya untuk pameran benda pusaka dengan kepemilikan tunggal benda pusaka Raja Borisallo ke-39,” ucapnya.

Daerah Sanrobone (Kerajaan adat) di Kabupaten Takalar ini, dahulu adalah tempat para raja berguru ilmu spiritual, sehingga Ustadz Hasan Daeng Limpo dalam ceramah perayaan Maulid itu mengharapkan agar terus mengikuti ketauladanan yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad sebagai manusia paling mulia.

Selain itu,  dia juga mengingatkan, untuk sesuatu yang baik, dengarkan suara hati nurani, kalau hati nurani mengatakan berzikir, maka berzikirlah, bila hati mengatakan berdoa, maka berdoalah, bila hati mengatakan jangan pergi maka turutilah, sebab suara hati nurani memandu ke hal hal kebaikan. (AI/FK).

Read 906 times
Rate this item
(0 votes)
Published in Hiburan Dan Pariwisata
Login to post comments
Switch mode views:
  • Font size:
  • Decrease
  • Reset
  • Increase