Penulis : Fred K / Editor : Ahmad I
Makassar (Phinisinews.com) - Pameran Temporer "Jejak Pangeran Diponegoro" di Museum Kota Makassar, dalam dua hari ini ramai pengunjung untuk mengetahui jejak sejarah Pahlawan Nasional Diponegoro dari Selarong hingga Sulawesi.
Pengunjung terbanyak dari kalangan siswa, mahasiswa, keluarga pejuang, peminat budaya dan masyarakat umum, dan pameran berlangsung 18-22 Mei 2022, demikian pemantauan Pers di Museum Kota Makassar, Kamis.
Pameran dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama menampilkan biografi Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa. Bagian Kedua mengangkat sumber-sumber tradisional sejarah Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa (Babad Diponegoro dan beberapa babad lainnya).
Bagian ketiga menyajikan Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan berikut respon kontemporer terhadap gelar tersebut, dan bagian keempat menyuguhkan beberapa buku terkait sejarah Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa di mana sebagian buku dapat dibaca di tempat.
Pameran dilaksanakan atas kolaborasi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Diponegoro, Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan Koleksi buku-buku Ketua Umum Patra Padi / Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro) Yogyakarta, Raden Rahadi Saptata Abra, S.Si, MBA, bertempat di Museum Kota Makassar.
Berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan Pahlawan Pangeran Diponegoro yang wafat dan di makamkan di Makassar dibawa dari Yogyakarta ke Makassar untuk dipamerkan.
Benda sejarah itu antara lain, wayang, batik, buku, lukisan serta berbagai benda lain milik dua museum di Yogyakarta.
Benda benda sejarah itu disertai oleh arkeolog dan kurator pameran dari Yogyakarta.
Dalam pameran tersebut juga dirilis hubungan Yogyakarta dalam hal ini Kerajaan Mataram dengan Kerajaan di Sulawesi Selatan hingga Pangeran Diponegoro wafat di Makassar.
Diuraikan, berawal dari seorang bangsawan Bugis-Makassar, I Manggaleng Karaeng Daeng Naba (Daeng Naba), putra dari I Manninori J Karetojeng, romantika sejarah Mataram dengan Bugis-Makassar terjalin pada masa Sri Susuhunan Amangkurat I, Raja ke-4 Mataram (1646-1677).
Sebagai informasi, Daeng Naba adalah salah satu sosok yang berperan penting membantu Mataram dalam meredam perlawanan Trunajaya (1670-1679). Atas jasanya, Daeng Naba dinikahkan dengan Putri Tumenggung Sontoyuda II, diberikan tanah perdikan di Mlati, Sleman, Yogyakarta serta dipercaya untuk memimpin pasukan kavaleri berjumlah 2.500 orang yang sebagian besar terdiri dari laskar Bugis-Makassar.
Kelak dikemudian hari, dari pernikahan campuran ini, lahir seorang Pahlawan Nasional bernama Mas Ngabehi Wahidin Soedirohoesodo, seorang tokoh pergerakan nasional di Hindia Belanda.
Memori kolektif sejarah antara Mataram dengan Bugis-Makassar, sampai dengan saat ini terus berjalan membentuk ikatan batin dan persaudaraan yang kuat antara Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Sebagai bagian dari upaya memperkokoh dan merawat memori kolektif sejarah antara Yogyakarta dengan Sulsel, untuk menyemarakkan Hari Kebudayaan Kota Makassar yang ke-4 dan Hari Museum Internasional, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) DIY bersinergi dengan Pemerintah Daerah Kota Makassar melalui Dinas Kebudayaan Kota Makassar serta Museum Kota Makassar, menyelenggarakan pameran “Jejak Pangeran Diponegoro, Sulawesi (dari Selarong hingga Sulawesi)” di Museum Kota Makassar.
Tujuan pameran untuk mendekatkan masyarakat Makassar kepada figur Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro yang makamnya berada di Kota Makassar.
Saat pembukaan pameran, Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro / IKAPADI Sulsel, RM Syaiful Diponegoro menyematkan Pin IKAPADI Sulsel kepada Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, SS, MA, atas terselenggaranya Pameran Diponegoro di Kota Makassar. (FK/AI).