Penulis : Ahmad Imron / Editor : Fred Kuen
Makassar (Phinisinews.com) – Jurnalisme Investigasi sekarang ini juga mengikuti kecenderungan perkembangan teknologi kekinian dalam menghimpun data pendukung kebenaran atau data pendukung kesalahan dalam pembuatan berita investigasi (investigasi news) sesuai kebutuhan.
Kalau dahulu lazim wartawan melakukan penyamaran atau memotret ala Paparazi (foto jarak jauh dengan zoom panjang), maka sekarang dikombinasikan dengan perkembangan teknologi, antara lain, melakukan pelacakan jejak digital, candid camera (kamera tersembunyi sangat kecil di kancing baju atau di tas gantung), membongkar rekaman arsip CCTV dan lainnya untuk mendukung fakta pembuktian investigasi.
Hal itu dikemukakan Trainer Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC), Fredrich Kuen, MSi saat menjadi pembicara utama pada Pelatihan Jurnalisme Investigasi yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Azasi Manusia (PBHI) Provinsi Sulsel dan Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) Cabang Makassar, di Makassar, Rabu.
Peserta Pelatihan terdiri dari puluhan Mahasiswa Fakultas Hukum dari berbagai universitas di Sulsel dan calon pengacara (pengacara magang di PBHI Sulsel).
Menurut dia, dua hal yang signifikan yang mendasari reportase investigasi yaitu jurnalisme harus membawa muatan pencerahan publik dan seringkali juga kegiatan perlawanan.
Selain itu, ada empat ciri jurnalisme investigasi yaitu melakukan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan dari fakta yang akan diungkap, melakukan pelacakan jejak digital atau paper trail untuk mencari kebenaran atau kesalahan dalam mendukung fakta yang akan diungkap serta wawancara mendalam dengan pihak pihak yang terkait atau diduga terkait dengan investigasi.
Selain itu, menerapkan metode penyelidikan seperti penyamaran, menggunakan candid camera (kamera tersembunyi), dan lainnya sesuai perkembangan teknologi kekinian serta yang tidak kalah penting melakukan riset terhadap obyek berita investigasi.
Yang harus diperhatikan, lanjut Fredrich yang juga mantan GM Perum LKBN ANTARA di Jakarta, teknik penulisan pemberitaan tetap mengacu pada teknik dasar penulisan berita menjawab 5W+H (what, where, when, who, why dan how) dengan pendalaman pada unsur why dan how seperti yang dilakukan pada penulisan indepht news (berita mendalam), namun perbedaannya terletak pada cara pembuktian serta cara menemukan fakta pendukung atau fakta tidak mendukung dari obyek investigasi.
Namun yang utama, lanjut Fredrich yang juga pemegang kartu utama kompetensi wartawan, kekuatan investigasi news bila diterapkan secara konsisten untuk pencerahan adalah double check and recheck, berimbang (cover both side) sekalipun kenyataannya nanti adalah berimbang dari sisi narasumber tetapi tidak berimbang dari sisi fakta investigasi, sebab yang ditemukan adalah dominan fakta pendukung kebenaran atau dominan fakta pendukung kesalahan.
Selain itu, praduga tidak bersalah dilakukan secara konsisten serta menghindari trail by the press (pemberitaan sudah menghukum sebelum palu hakim diketuk).
Dalam teori jurnalistik, tiga hal menarik dari jurnalisme lanjutan yaitu berita mendalam (indepth news) yang merupakan pengembangan dari berita lurus (straight news) yang sifatnya realistis, lalu feature yang teknik penulisannya dalam bentuk penggambaran yang bersifat humanis serta investigasi news yang merupakan berita hasil investigasi.
Ketua PBHI Sulsel, Abdul Azis Saleh mengatakan, secara nasional dilingkup PBHI, Sulsel yang pertama membuat pelatihan jurnalistik investigasi di tanah air.
Tujuannya, untuk merangsang para pengurus dan anggota untuk sering menulis di media menggunakan teknik penulisan jurnalistik yang benar. (AI/FK)