Monday, 06 May 2019 04:41
 
Oleh:  La Ode Amijaya Kamaluddin.*
 
 
Generasi muda adalah tahapan yang dicapai bagi setiap insan manusia pasca anak anak dan prestasi yang telah dilalui memasuki masa yaitu dapat dibilang masa tua. 
 
Hal ini saya mencoba membagi siklus manusia pada tiga fase yaitu, pertama, fase masa kanak kanak dan remaja, kedua fase masa muda yang populer di disebut sebagai generasi muda dengan predikat milenials dan ditahap ini lah masa prima dan Ketiga memasuki fase tua, atau di kenal populernya  masa the golden anomali atau masa keemasan yang perlu diwariskan kepada generasi muda.
 
Tulisan ini saya hendak menfokuskan pembahasan saya khusus pada kaum generasi muda, yang seumur dengan mahasiswa. mengapa? Karena di pundak merekalah masa depan bangsa Indonesi diletakan. 
 
Ada beberapa alasan mengapa kita mengharapkan generasi muda sebagai penopang masa depan Bangsa Indonesia. Pertama, generasi muda adalah pewaris masa depan bangsa, olehnya itu pada segenap tumpah darah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan diwariskan kepada mereka. 
 
Kedua, warisan nilai nilai dan pengetahuan kebudayaan dan identitas Bangsa Indonesia akan dihadapkan dengan globalisasi, dimana suatu keniscayaan yang dihadapi setiap negara di dunia. Secara demografis, kaum milenials yang bertaburan prestasi kemajuan teknologi saat ini mengakibatkan lahirnya generasi milenial. Menurut Suryadi (2015) mengatakan  bahwa generasi milenial atau yang akrab disebut generasi Y yaitu kelompok anak muda yang berusia belasan tahun hingga awal tiga puluhan yang lahir pada awal 1980 hingga awal tahun 2000.
 
Apa Itu Era Digital 4.0
 
Saya menyampaikan sedikit pandangan dari Dr Slamet Rosyadi, beliau aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Dalam abstraksi tulisan beliau dengan judul “Revolusi Industri 4.0” mengabstraksikannya bahwa Revolusi Industri 4.0  menyediakan peluang sekaligus tantangan bagi para mahasiswa dan alumninya. 
 
Peran manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin otomatis. Akibatnya, jumlah pengangguran semakin meningkat. Hal ini tentu saja akan menambah beban masalah lokal maupun nasional. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan revolusi industri 4.0, para mahasiswa dan alumni wajib memiliki kemampuan literasi data, teknologi dan manusia Literasi data dibutuhkan oleh alumni Universitas untuk meningkatkan skill (keahlian) dalam mengolah dan menganalisis big data untuk kepentingan peningkatan layanan publik dan bisnis.
 
Literasi teknologi menunjukkan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital guna mengolah data dan informasi. Sedangkan literasi manusia wajib dikuasai karena menunjukan elemen softskill atau pengembangan karakter individu untuk bisa berkolaborasi, adaptif dan menjadi arif di era “banjir” informasi.
 
Menyiapkan Generasi
 
Mahasiswa jaman now dengan menyandang predikat Milenials maka sejatinya memiliki softskil tentang kemampuan menguasai teknologi yang dibutuhkan di era digital 4.0. Selama menjadi mahasiswa masih punya waktu untuk berbenah diri dengan menyisihkan waktu untuk menambah penguasaan bahasa asing dan mematangkan diri dalam organisasi intra/ekstra  kurikuler, karena dengan pengalaman organisasi dan menguasai bahasa asing minimal Bahasa Inggris ditambah lagi dengan kemampuan skils yang mumpuni, kemungkinan kita masih besar peluang mendapatkan kerjaan. 
 
Ada empat persiapan yang sangan diperlukan bagi seorang generasi milenials terutama mahasiswa dalam menghadapi situasi zaman yang penuh dengan kejutan Distrupsi dimana kondisi dan situasi serba tidak menentu biasa di kenal dengan era “VUCA” singkatan dari (Volatility),  situasi yang menggambarkan keadaan yang selalu berubah ubah, (Uncertainty). Situasi dan keadaan yang tidak menentu, (Complexity) dengan situasi keadaan yang rumit dan kompleks, (Ambiguity) suasana dan situasi yang  mendua, Ragu /tidak pasti, maka menjadikan seluruh keadaan akan menjadi kacau tidak dapat di prediksi dan selalu ada kejutan dari berbagai situasi termasuk masalah ekonomi, pemerintahan ataupun situasi sosial lainnya. 
 
Pertama, mahasiswa atau generasi muda harus dibangun Karakternya dalam pengembangan budi pekerti, sudah harus menjadi kepribadian bagi seorang mahasiswa atau generasi muda milenials, karena dunia kerja sudah harus menerima pekerja yang siap kerja, bukan sarjana yang harus dilatih kembali untuk menguasai pekerjaan, maka itu disaat menjadi mahasiswalah semua kesempatan dan kemungkinan di jalani untuk mendapatkan pengalaman yang terkait dengan dunia kerja. 
 
Kedua, Generasi muda atau Mahasiswa perlu di beri pengalaman dalam kesempatan untuk aktif di kegiatan senat atau himpunan Jurusan guna menempa diri untuk bisa nantinya beradaptasi dilingkungan organisasi baik intern maupun ekstra, dalam banyak kesempatan yang sangat bisa di elaborasi kemampuan generasi milenials/ mahasiswa  dengan kegiatan intra kampus seperti di Himpunan Jurusan atau Senat Mahasiswa guna pematangan baik secara konseptual maupun pematangan jatidiri untuk berada dalam suatu komunitas. 
 
Untuk ekstra kampus juga tersedia organisasi yang menyediakan pelatihan atau kegiatan yang memberi ruang untuk pengembangan keilmuan dan keterampilan, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah(IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan lain lain.
 
 Organisasi ekstra kampus ini selain kegiatannya, mereka juga memiliki jaringan yang luas baik di dunia kerja pada organisasi atau perusahaan mana saja sangat banyak bisa dibilang alumninya inilah salah satu chanel distribusi rekruitmen alumni dengan mendasarkan pada kompetensi employmant.
 
Ketiga, kampus harus mampu membangun kerjasama dengan perusahaan swasta lain untuk lingkage dengan banyak tawaran dan kesempatan magang di perusahaan BUMN atau perusahaan lain untuk menimba pengalaman sebelum selesai wisudawan/i, tentunya hal ini harus ada dukungan dari pihak universitas agar bisa membuat kurikulum/ dari fakultas memberi ijin magang atau ada kerja sama untuk menyelaraskan dunia perguruan tinggi dalam hal ini mahasiswa dapat magang di perusahaan atau dengan BUMN, maksudnya untuk memberi wawasan kepada mahasiswa untuk mengenal dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri dengan mengambil pengalaman masa magang. “Link and Match” artinya dunia perguruang tinggi dalam hal ini Universitas harus bisa membangun kerjasama kelembagaan dengan perusahaan swasta lainnya atau BUMN yang ada agar membuka program magang diwaktu semester antara perkuliahan, agar mahasiswa betul betul mengenal dunia kerja.  
 
Keempat, generasi milenials / Mahasiswa dituntut untuk mampu mewujudkan dan menggabungkan kemampuan  cipta karsa dengan skils keterampilan dan sekaligus mewujudkannya sebagai produk sendiri yang dapat di terima pasar maksudnya hasil produksi tersebut bisa dijual agar dapat menghasilkan uang. 
 
Generasi milenials/mahasiswa ini juga tidak kalah pentingnya untuk dibangun semangat inovasi, bebas berkreasi dan bebas ber imajinasi.
 
Kampus adalah tempat terbaik untuk menyemaikan  benih benih unggul kader masa depan bangsa di usia mahasiswa dan kampus inilah tempat masa pembentukan awal untuk menjadi generasi yang seperti apa?, kampus juga lah tempat yang ideal untuk menanamkab idiologi, kebangsaan dan membangun nasionalisme yang prudent serta dikampus inilah tempat untuk menggali potensi dasar mereka sebagai objek yang di persiapkan untuk pengembangan lebih potensial yang pada akhirnya dapat di harapkan sebagai generasi penerus estafet pembangunan dan masa depan bangsa. 
 
Kampuslah tempat untuk mengkolaborasi pikiran, keilmuan dengan skil, pengetahuan untuk menjadikan kader kader terbaik bangsa, maka kampus harus mampu memposisikan diri menjadi rumah besar produksi hasil terbaik generasi kader bangsa. (LAK)  
 
Data Penulis
Dr., Laode Amijaya Kamaluddin., M.Adm LP.
Buton Sultra. 30 Nopember 1963
@mail: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
HP;  08118110208
Organisasi yang pernah di ikuti
Intra Kampus; HMJ, Senat, 
Ekstra Kampus; 1992-1994.  PB HMI. 
2002 -2005.  DPP KNPI
Saturday, 04 May 2019 23:13

Penulis : Mitha Kuen

Makassar - Phinisinews, Usai menggelar kegiatan  nasional Workshop Nvivo 12 Plus dua hari lalu (2-3 Mei), kini FISIP Universitas Indonesia Timur (UIT)  kembali  menggelar  Dialog Ilmiah  dengan tema "Tantangan Alumni  Ilmu Sosial Dan ilmu Politik  di era revolusi industri 4.0".

Dua kegiatan nasional yang diikuti peserta dari Sulawesi Selatan maupun dari luar Provinsi Sulsel ini menuai apresiasi sangat positif, baik dari pihak eksternal UIT  maupun internal  Yayasan Perguruan Tinggi UIT.

Dialog Ilmiah yang diikuti peserta internal maupun alumni UIT dari berbagai daerah di Indonesia,  digelar di rumah jabatan Wakil Walikota Makassar, Sabtu (4 Mei 2019).

Salah seorang pembicara, Kepala Bulog Kalimantan Selatan, Dr Laode Amijaya Kamaludin, M.Adm KP,   mengapresiasi sangat positif kegiatan yang diselenggarakan ini dan menyatakan "Geliat Fisip UIT Menjadi visioner menaikkan kurva kebangkitan UIT melalui percepatan kejutan dengan kegiatan kegiatan yang dilakukan saat ini".

UIT harus menjadikan keterpurukan masa lalu menjadi titik kebangkitan untuk transformasi ke arah yang lebih baik di masa sekarang ini serta masa depan dan UIT harus membuat "Gala Dinner" sebagai titik balik kebangkitannya. Jelas Laode Amijaya Kamaludin.

Alumni UIT harus bisa membuat kegiatan yang mengundang banyak orang-orang penting nasional agar UIT semakin dikenal  dari berbagai segi, selain itu dengan kecanggihan Teknologi di era 4.0 menjadi peluang yang sangat besar untuk mempromosikan keunggulan alumni dengan berbagai kegiatan, baik dari segi ekonomi maupun politik.

Disebut  sebagai visioner, Dekan Sospol UIT, Nani Herlinda Nurdin menanggapi bahwa dirinya tidak merasa sebagai visioner, namun dalam keterbatasan yang ada saat ini pada UIT justru memicu dirinya untuk berbuat lebih banyak untuk membangkitkan UIT dengan segala kemampuan yang dimiliki, karena Saya tidak dapat larut dalam keterbatasan.

"Jika saya disebut visioner karena Hal itu, ya Alhamdulillah," ucapnya.

Harapannya, meskipun kedepannya nanti bukan saya lagi yang menjadi dekan, saya berharap kegiatan kegiatan berbau akademik seperti ini bisa dilanjutkan bahkan dikembangkan serta juga tetap melibatkan mahasiswa, agar sumber daya manusia (SDM) dosen dan wawasan mahasiswa bertambah.

Nani juga sangat bersyukur atas apresiasi dan dukungan (support) yang diberikan Yayasan UIT sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan lancar.

Selain itu, Dekan yang saat ini sedang kuliah doktoral (S3) di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukannya saat ini juga merupakan salah satu cara agar UIT makin dikenal, sekaligus UIT juga mampu membuat kegiatan di luar kampus.

Hal ini diutarakan karena selama ini kegiatan UIT cenderung selalu dilaksanakan di lingkungan kampus saja. Maka perlu adanya perubahan agar UIT dapat bangkit dan orang luar  melihat perubahan tersebut.

Kegiatan dialog yang dirangkaikan dengan launching Pranata Edu serta Peresmian  Pusat Kajian Sosial Politik (PKPS) ini juga menghadirkan pembicara Dr.Alam Febri Sonny S.Sos,M.Si juga Ketua Bph.Yayasan Universitas Indonesia Timur Dr.Anwar M.Diah. (AI)

Saturday, 04 May 2019 07:51
 
Penulis : Nurjannah
 
Makassar - Phinisinews, Fakultas  ilmu sosial dan ilmu politik (Fisip) Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar gelar Dialog Ilmiah dirangkaikan dengan launching Jurnal Ilmiah Pranata Edu dan Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) Fisip UIT. Di Rumah Jabatan Wakil Walikota Makassar, Sabtu (4/5/2019) 
 
Dialog dengan tema "Tantangan Alumni Ilmu sosial dan ilmu politik di era revolusi 4.0". Dihadiri Ketua BPH Yayasan Indonesia Timur, Dr.Anwar M.Diah, Wakil Rektor IV UIT, Zulkarnain Hamson, Dosen Fakultas Komunikasi Unhas, Dr. Alem Febry Sonny dan Kepala SPI Regional IX Bulog Kalimantan Selatan, Lode Amijaya Kamaluddin.
 
Kepala SPI Regional IX Bulog Kalimantan Selatan, Lode Amijaya Kamaluddin menyatakan UIT saat ini telah berada di tahap pertama yang menunjukkan konsistensinya yang ingin maju, oleh karena itu pihak (UIT) mesti bertransformasi.
 
"Sebagai tahap awal, jadikan ini sebagai transformasi untuk melakukan perubahan baru, seperti melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan hari ini. Selain itu, para alumni perlu menyiapkan visi untuk dirinya sendiri di dunia kerja dengan membangun motivasinya sendiri" ujarnya.
 
Saat ini UIT telah memiki ruang yakni Pusat Kajian Ilmu sosial dan Politik yang bisa dimanfaatkan untuk saling berdiskusi.
 
Dalam dunia kerja para instansi membutuhkan orang yang mampu melakukan suatu proses dan memiliki softskill minimal bisa ber Bahasa Inggris, Selain itu bisa bekerjasama dengan orang lain. Maka jadikan diri anda (para alumni) menjadi orang yang memiliki inovasi dan kreatif dalam dunia pekerjaan, tambah Lode Amijaya Kamaluddin.
 
Ketua BPH Yayasan Indonesia Timur, Dr.Anwar M.Diah mengatakan tantangan kita kedepannya yakni menghadapi era 4.0 maka dari itu kita mesti memiliki pemikiran serba digital.
 
"Peran pendidikan saat ini sangat penting dalam menghadapi era revolusi 4.0 maka dari itu kita mesti menciptakan sesuatu yang sifatnya inovasi dan memiliki pemikiran seperti halnya dengan digital, dimana merupakan pengubah informasi yang bisa menjadi dampak perubahan yang sangat cepat, seperti halnya dengan UIT. Kami (yayasan) akan menyediakan fasilitas yang memadai dalam menyongsong era Pendidikan 4.0," tuturnya.(MM)
Saturday, 04 May 2019 07:43
Penulis : Ahmad Imron
 
Jakarta, (Phinisinews) - Dewan Pers Indonesia (DPI) dan Sekretariat Bersama (Sekber) Pers Indonesia  harus kompak melakukan dua penguatan sekaligus untuk menjaga eksistensinya kepada publik dan kepercayaan konstituennya. 
 
Dua penguatan itu adalah penguatan 
eksternal dan internal secara sekaligus untuk menjamin kepercayaan publik serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi ribuan anggotanya yang tersebar di tanah air, usai Kongres Pers Indonesia yang mencatat sejarah terbentuknya DPI, kata Anggota Badan Pengawas DPI, Fredrich Kuen MSi menjawab pers usai rapat bersama di Hotel Ashley Jakarta, Jumat.
 
Rapat bersama DPI dan Sekber Pers Indonesia ini bertema penguatan kelembagaan DPI dan implementasi hasil Kongres Pers Indonesia. 
 
Menurut dia, sambil melakukan lobi lobi penguatan menunggu status formilnya berupa Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia diterbitkan maka secara internal DPI dan Sekber Pers Indonesia  juga harus melakukan penguatan internal dalam bentuk kegiatan edukasi bagi anggotanya di seluruh tanah air.
 
Edukasi ini penting bagi konstituen akar rumput (grassroots) yakni wartawan di lapangan yang tersebar di seluruh tanah air, sedangkan lobi penguatan untuk pengakuan legal formal dari presiden biarlah diurus para elit DPI dan Sekber Pers Indonesia yang berada di Jakarta.
 
Sebab, tidak ada jaminan bahwa di masa penantian legal formal DPI itu tidak terjadi masalah hukum akibat pemberitaan di tingkat akar rumput wartawan di lapangan walau sudah berusaha bekerja profesional dan aman (safety).
 
Bila hal itu terjadi (delik pers), lanjut Fredrich yang juga Ketua Dewan Kehormatan Perserikatan Jurnalis online Indonesia (Perjosi) maka dapat dipastikan wartawan yang bernaung di bawah DPI akan banyak menginap di "hotel prodeo" (penjara).
 
Sebab penyidik akan melakukan klarifikasi formal ke Dewan Pers (DP), terutama verifikasi perusahaan media serta sertifikat kompetensi wartawan sesuai aturan DP yang ada dan diakui oleh pemerintah dan akan keluar rekomendasi DP yang cenderung tidak akan berpihak kepada anggota DPI sebab medianya tidak terdaftar di DP sekalipun legal formal dari Kemenhumkam ada, serta wartawannya tidak ikut uji kompetensi wartawan.
 
Hasilnya, tidak akan digunakan undang undang no.40 tahun 1999 tentang pers, melainkan cenderung penyidik akan gunakan UU ITE dan KUHP seperti yang banyak terjadi selama ini, sehingga akan terus terjadi kriminalisasi terhadap Pers serta sebutan wartawan abal abal tetap menjadi stigma bagi wartawan di luar naungan DP.
 
Untuk itu, tim edukasi DPI dan Sekber Pers Indonesia serta seluruh organisasi pers yang bergabung dalam Sekber Pers yang telah membidani lahirnya DPI harus bergerak cepat melakukan bimbingan teknis kerja wartawan profesional yang dapat melakukan sosial kontrol dan kontrol media tanpa bersentuhan kasus hukum.
 
Hal ini penting untuk melindungi jurnalis online dari masalah hukum. Jumlah media berita online di tanah air hingga kini menurut catatan DP sudah mencapai 45.000 media lebih.
 
Inilah salah satu yang membedakan DP dan DPI. Kalau DP membentuk Tim Gabungan Penertiban Wartawan dan Media yang bertujuan menjatuhkan sanksi, maka DPI harus membentuk Tim Edukasi yang bertujuan melakukan pembinaan bagi wartawan untuk bekerja profesional, aman dan tidak tersentuh hukum.
 
Selain itu, Fredrich yang juga mantan General Manager Perum LKBN ANTARA mengatakn, karena DPI di daerah sudah ada di seluruh tanah air, maka langkah edukasi sebaiknya dilanjutkan pembentukan lembaga bantuan hukum (LBH) Pers DPI untuk membantu jurnalis yang tidak bisa menghindari bersentuhan dengan masalah hukum, sekalipun sudah bekerja profesional.
 
Selain itu, DPI dan Sekber Pers Indonesia sebaiknya segera membuat buku panduan kerja jurnalis profesional agar tidak terjadi lagi kriminalisasi terhadap Pers di tanah air, sebab tidak elok sebagai pilar ke empat demokrasi tetapi masih sering wartawan terkriminalisasi, ujarnya. (MM).
Friday, 03 May 2019 16:02
Penulis: Mitha Kuen
 

Makassar, (Phinisinews) - Nvivo sebagai perangkat lunak penelitian kualitatif dan metode campuran sangat cocok untuk digunakan para dosen karena sangat membantu manajemen data kualitatif dan analisis data kualitatif saat melakukan penelitian. Workshop Nvivo 12 Plus yang digabungkan dua hari berturut-turut ini sudah sering dilakukan di Pulau Jawa, namun untuk Makassar, ini adalah yang pertama dilakukan.

"Sudah jutaan pengguna Nvivo di dunia yang meliputi seluruh sektor bidang ilmu, terbanyak digunakan pada pemerintahan untuk menganalisis data dan aplikasi, ini merupakan aplikasi yang paling kredibel," kata Agustinus Bandur, Dosen Senior S3 Doktor of Research in Management Binus, sekaligus penulis buku Nvivo 10, 11 dan 12 Plus for Windows pada Workshop Nvivo 12 Plus yang dilaksanakan di Hotel Denpasar Makassar, Jumat, 2 - 3 Mei 2019 dan Fakultas Sospol Universitas Indonesia Timur (UIT) jadi co house workshop ini.

Di Indonesia sudah ratusan Lembaga donor serta lainnya menggunakan aplikasi ini terutama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sedangkan di dunia kampus di tanah air, Nvivo baru dikenal dan booming dikalangan akademik tahun 2012.

Aplikasi software ini menurut penilaian Agustinus adalah nomor satu paling top di dunia dan sangat membantu Manajemen data kualitatif dan analisis data kualitatif sehingga sangat tepat untuk digunakan dosen.

Menurut dia, workshop dua hari memang tidaklah cukup, tetapi dalam pelatihan kali ini Agustinus sebagai pemateri juga memberikan apresiasi karena peserta Sudah mampu mengikuti dengan baik.

Setelah dua hari berturut turut mengikuti pelatihan hal yang paling menonjol dan paling berkesan bagi peserta workshop adalah penyajian dan manfaatnya untuk kebutuhan penelitian.

Menurut salah satu peserta pelatihan, Dosen Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Zuriati Muhammad, kegiatan ini bagus dan menarik karena ini hal baru bagi kami dosen yang baru belajar aplikasi ini, namun terasa kurang karena lumayan berat dan perlu lebih mendalam lagi.

Workshop Nvivo ini ditutup dengan pemberian piagam dari pihak Sospol UIT serta cendramata untuk pemateri juga untuk institut STIAMI Jakarta. (AI).


Thursday, 02 May 2019 11:16

Penulis : Mitha Kuen

Makassar, (Phinisinews) - Fakultas Sospol Universitas Indonesia Timur jadi co house Pelatihan Manajemen Analisis Data Nvivo12 Plus, sekaligus menjadi loncatan pertama Sospol UIT melakukan inovasi terbaru memperkenalkan dan mempromosikan UIT keluar Makassar.Workshop Nvivo 12 Plus ini dilaksanakan di Hotel Denpasar Makassar, Kamis, 2 - 3 Mei 2019 yang bertepatan Hari Pendidikan Nasional.

Kegiatan yang digagas oleh Dekan Sospol UIT, Nanik Harlinda Nurdin ini mendapat tanggapan positif dengan hadirnya peserta dari berbagai daerah di luar Kota Makassar. Nani menyatakan sempat ragu bahwa workshop yang digelar akan kurang peminat, namun alhamdulillah atas keyakinan dan semangat dari Ketua LPPM STIAMI Jakarta, Sita, yang sekaligus merupakan penyelenggara, bahwa kegiatan pasti berjalan dengan lancar akhirnya terwujud dengan baik.

Workshop dibuka oleh Rektor UIT, Dr Andi Maryam dengan mengucapkan selamat kepada Sospol yang telah membuat inovasi baru yang diharapkan dapat menjadi motivasi bagi fakultas dan dosen lain untuk juga dapat berinovasi membawa nama UIT menjadi lebih dikenal di luar Makassar, Sulawesi Selatan.

Tidak hanya itu, sebagai Rektor, Maryam juga mempromosikan UIT di depan para peserta yang berasal dari luar daerah untuk menginformasikan pembukaan penerimaan mahasiswa baru dan beasiswa UIT bagi yang ingin melanjutkan sekolah di bidang D3 Kebidanan dan lainnya.

Saat pembukaan workshop, juga dilanjutkan penandatanganan kerjasama antara LPPM STIAMI Jakarta dengan Rektor UIT Makassar.

Pemateri Agustinus Bandur, Dosen Senior S3 Doktor of Research in Management Binus, sekaligus penulis buku Nvivo 10, 11 dan 12 Plus for Windows memaparkan kecanggihan teknologi masa kini mempermudah untuk melakukan analisis data.

Intinya Nvivo ini adalah aplikasi yang memudahkan peneliti dalam menganalisis data agar dapat mengikuti kecanggihan teknologi kekinian.

Peserta workshop Nvivo 12 Plus beberapa diantaranya dari luar daerah yakni Stikes Mataram Chairun Nasirin, Kepala Bulog Banjarmasin, Laode Amijaya Kamaludin, Ketut Suarayasa Kepala RS Tadulako, juga ada Dari Gorontalo serta para mahasiswa S3 baik dari Universitas Malaysia, Unhas dan lainya.(AM)

 

 

Thursday, 04 April 2019 14:34
 Penulis : Mitha Kuen
 
Makassar, (Phinisinews.com) - Asesor Jurnal Kemenristek Dikti, Irwansyah menyatakan "7400 e-Journal Dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia, di Targetkan dapat terakreditasi ditahun 2019". 
 
Hal ini dijelaskan pada Workshop Tata Kelola "online Journal System (OJS)" menuju jurnal terakreditasi di Aula LLDIKTI Wilayah IX Sulawesi,  di Makassar, Kamis (4/4/2019),  yang berlangsung dari jam 08.00 pagi hingga jam 17.00 Wita.
 
Penyelenggaraan Workshop Online journal system atau OJS ini bertujuan  untuk melakukan standarisasi pengelolaan jurnal di lingkungan LLDIKTI, dimana pengelolaan jurnal saat ini bertransformasi dari Jurnal Cetak menjadi Jurnal Online, jadi dibutuhkan pelatihan guna mempermudah perpindahan metode baru tersebut. 
 
Pelatihan ini bertujuan juga untuk memudahkan dan memberikan pencerahan terhadap pengelola jurnal kampus dalam  mengolah jurnal yang telah berbasis online, karena di era milenial ini segala sesuatunya termasuk rekam jejak dosen dan institusinya dapat dilihat melalui online.
 
Di Indonesia e-jurnal yang tercatat indeks Scopus berjumlah 48 dari seluruh bidang ilmu dari 3.000 Perguruan Tinggi, peluang  sangat besar terbuka lebar bagi seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia untuk meningkatkan indeks jurnal secara internasional, lanjut  Irwansyah yang juga Chief Editor Harlev (Hasanudin Law Review) serta Dewan Riset LPM UNHAS.
 
Harapannya dengan adanya pelatihan seperti ini memberikan semangat Terhadap Perguruan Tinggi, terutama pada pihak pengelola jurnal untuk dapat mengelola jurnal masing masing Prodi agar memenuhi syarat standarisasi  serta dapat diikut sertakan dalam peluang e-jurnal yang ditargetkan  sebanyak 7.400 jurnal yang akan terakreditasi. 
 
Hadir pula pemateri Muhammad Ilham Bakhtiar  yakni Associate Editor DOAJ Indonesia serta Editor and Chief of Educational and Technology (EST) yang memberikan simulasi teknik terkait pembuatan  Jurnal online serta Ahsan Yunus managing Editor Hasanudin Law Review yang berbagi cara mendaftarkan jurnal tersebut agar dapat memperoleh ISSN atau nomor ijin jurnal online selayaknya ISBN pada jurnal Cetak.
 
Workshop ini termasuk banyak peminat, kegiatan yang ditargetkan hanya dihadiri sekitar 100 peserta dosen pengelola jurnal, namun yang menghadiri workshop ini mencapai sekitar 170 dosen lebih dari seluruh universitas di Sulawesi Selatan. (AI)
Thursday, 28 March 2019 23:50
Penulis : Achmad Imron
 
 
Makassar (Phinisinews.com) – Ketua Dewan Kehormatan DPP Perserikatan Journalist Siber Indonesia (Perjosi), Fredrich Kuen, MSi mengatakan wartawan jangan takut terhadap ancaman kriminalisasi pers saat menjalankan kerja jurnalistik secara benar dan profesional.
 
Selama wartawan bekerja sesuai Undang Undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers serta sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, maka wartawan tidak akan dipidana, karena siapapun yang bekerja sesuai perintah undang undang maka tidak dipidana mengacu Pasal 50 KUHP (Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang, tidak dipidana}. 
 
Hal itu dikemukakan Fredrich ketika menjadi pemateri pada “Pelatihan Penyegaran Jurnalis Online” usai Pelantikan DPD Perjosi Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel de Malia Makassar, Kamis malam.
 
Menurut dia, dari lima fungsi pers yakni sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial dan lembaga ekonomi, maka fungsi sosial kontrol adalah pekerjaan prestisius bagi wartawan sekalipun beresiko hukum.
 
Berita kontrol sosial disukai masyarakat umum, namun tidak disukai oleh yang terkena kontrol sehingga pihak yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan hukum baik melalui jalur UU tentang Pers sebagai Delik Pers maupun melalui jalur hukum umum (KUHP, UU ITE dan lainnya).
 
Menurut Fredrich yang juga Penguji Kompetensi Wartawan, karya jurnalistik dalam bentuk berita akan aman secara hukum bila berdasarkan fakta dan kebenaran. Faktanya bisa dalam bentuk fakta kejadian maupun fakta intektual berupa statement.
 
Selain itu, harus dilakukan secara berimbang, meyakini kebenaran fakta melalui check and recheck, hingga double check and recheck, menerapkan azas praduga tidak bersalah, tidak melakukan trial by the press (menyatakan seseorang bersalah sebelum putusan pengadilan jatuh).  
 
Di samping itu, patuh terhadap pernyataan off the record serta embargo berita  untuk tidak menyiarkan bagian bagian tertentu dari satu statement serta menahan berita sesuai kesepakatan.
 
Bila langkah tersebut sudah dilakukan secara benar, kata Fredrich yang juga pemegang kartu wartawan utama tersebut, maka sangat kecil kemungkinan berita yang dibuat akan bermasalah hukum.
 
Namun, pihaknya menyadari bahwa wartawan portal berita online banyak yang khawatir bahwa rekomendasi Dewan Pers bisa menjadi “malaikat maut” bagi mereka dalam menghadapi masalah hukum akibat pemberitaan.
 
Disatu sisi berita berita dari jurnalis online sekarang ini banyak yang  viral dan dikutip oleh media mainstream dan stasium televisi nasional sebagai berita layak siar dan disukai publik. Artinya berita itu karya jurnalstik dari seorang wartawan melalui media portal berita online. Kedudukannya sama dengan wartawan lainnya.
 
Namun, saat bersentuhan dengan hukum, sekalipun berita itu karya jurnalistik oleh seorang wartawan dan medianya jelas portal berita online, tetapi saat pihak penyidik meminta masukan dari Dewan Pers, maka Dewan Pers tidak semata melihat dari produk berita itu, melainkan juga mengaitkannya dengan klarifikasi apakah wartawan tersebut sudah lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan perusahaan medianya apakah sudah terverifikasi. Kalau itu belum maka rekomendasi yang keluar bukan delik pers melainkan dipersilahkan melanjutkan ke penanganan masalah hukum umum.
 
Rekomendasi itulah yang menjadi “Malaikat Maut” bagi sebagian besar jurnalis media online yang selama ini belum tersentuh UKW. Kalaupun mengetahui adanya UKW mereka juga tidak mampu mengikutinya karena biaya UKW yang tinggi.
 
Menurut dia, harusnya semua pihak termasuk Dewan Pers melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi komunikasi dan media penyiaran yang beragam lalu melakukan penyesuaian aturan agar mayoritas jurnalis terayomi oleh Dewan Pers dan bukan sebaliknya, aturan Dewan Pers menjadi “Momok menakutkan” bagi kalangan pelaku Pers yang terus berkembang.
 
Pihaknya mengharapkan Dewan Pers kedua yakni Dewan Pers Indonesia (DPI) yang baru terbentuk bisa secepatnya diakui oleh negara sebagai DPI legal lalu membuat aturan aturan yang sifatnya spesifik menyempurnakan aturan yang ada selama ini yang disesuaikan dengan perkembangan jaman, sebab mayoritas anggota DPI adalah media dan jurnalis online.
 
Ke depan diharapkan jurnalis profesional sebagai pekerja intelektual dapat bekerja tanpa dibayangi ketakutan masalah hukum sebab kriminalisasi pers dapat dihentikan, ujarnya.(MMK)

Galleries

 
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha MK Bekasi, Jawa Barat (Phinisinews.com) – Master Asesor BNSP,...
  Penulis : Mitha MK / Editor : Fyan AK     Pulau Kodingareng, Makassar (Phinisinews.com) - Rektor Universitas...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Sebanyak 120 kantong darah...
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...

Get connected with Us