Traveler Writer : Atrasina Adlin
Belanda, Phinisinews. Museum yang masuk dalam scene film si Doel di Belanda ini menggelitik saya. Museum yang dibangun pada tahun 1864 ini menyimpan sejarah manusia di masa kolonialisme. Troppen Museum ini difungsikan sebagai museum etnografi daerah-daerah jajahan Belanda.
Penulis : Ahmad Imron
Penulis : Ahmad Imron
Makassar, 8/1 (Phinisinews) – Beberapa produk Media Sosial (Medsos) dari konten tertentu seperti pendapat (statement) dan gambar video serta foto dapat mempermudah kerja wartawan yang mengutamakan kecepatan dalam penyiaran berita atau peristiwa terkini.
Syaratnya terlebih dahulu melakukan verifikasi akun dan recheck terhadap statement atau peristiwa yang sudah terpublis di Medsos untuk disiarkan sebagai berita di Media Mainstream maupun media online berita dengan menyebutkan sumber kutipannya.
Hal itu dikemukakan Wartawan Utama yang juga Penguji Kompetensi Wartawan, Fredrich MSi pada Forum Grup Diskusi (FGD) Medsos Dan Journalism Kekinian yang dipandu Pimred Phinisinews yang juga Dosen Komunikasi UIT, Mitha Mayestika M.IKom di Makassar, Selasa.
Pemain Medsos berbeda dengan wartawan walaupun sebagian produk Medsos bisa menjadi berita. Produk Medsos sifatnya insidentil menjadi berita, sedangkan kerja wartawan adalah berkesinambungan menyiarkan berita atau peristiwa yang terjadi hingga tuntas, seperti peristiwa bencana alam, silang pendapat di ranah politik dan lainnya.
Walau tidak dapat dipungkiri, banyak wartawan senior juga adalah pemain Medsos yang pendapatnya laris dikutip di media mainstream, ujarnya.
Dia mengutip pendapat wartawan senior Ilham Bintang pada diskusi di Grup WA mengatakan, banyak wartawan sekarang menulis di Media Sosial. Tulisan Mereka adalah karya jurnalistik, meski medianya Medsos, bukan Media Pers seperti yang dipersyaratkan oleh Undang Undang tentang Pers. Tetapi ini pertanda baik, bisa cepat menularkan prinsip kerja jurnalistik kepada pengguna internet / Medsos yang mayoritas masih awam. Menurut Fredrich, dalam era keterbukaan sekarang ini serta perkembangan terknologi informasi komunikasi yang begitu pesat menjadikan “Dunia seakan tanpa sekat”.
Semua informasi bisa diakses secara online, semua informasi bisa di upload secara online dan semua informasi bisa dikomentari oleh siapa saja dan dimana saja juga secara online dan pemanfaatan yang populer saat ini adalah Media Sosial (Medsos).
Dunia tanpa batas ini harus disikapi secara bijaksana sebab di sana ada etika, ada rambu rambu hukum yang tidak boleh dilanggar, ada aturan yang harus ditaati dan keadaan ini menjadikan kerja wartawan bisa makin mudah bila dilakukan secara kreatif mengikuti trend (kecenderungan) teknologi maupun perkembangan peristiwa.
Mengkaji dari sisi positif, Mereka yang menulis di Media Sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Youtube, Vlog (video Blog), grup Whats App dan lainnya dapat dikutip sebagai open diary (jika tidak melakukan kuncian atau seizin) sebagai fakta fisik maupun fakta intelektual (Statement) asal menyebutkan sumber kutipan dan langsung menjadi produk berita legal yang disiarkan oleh media mainstream.
Begitu juga berlaku bagi produk citizen journalism asal dibarengi pegecekan terhadap kebenaran peristiwa atau informasi yang disajikan.
Untuk produk Citizen journalism, biasanya yang dikutip adalah laporan tentang kejadian/peristiwa seperti bencana alam dan lainnya, baik dalam bentuk tulisan/narasi maupun gambar.
Ini sejalan dengan definisi berita menurut Laurence R Campbell, Roland E Wolseley, dalam bukunya “How to report and write the news” bahwa berita adalah laporan suatu kejadian baru, peristiwa, masalah, pendapat yang menarik perhatian banyak orang.
Jadi laporan suatu peristiwa atau pendapat yang disebut berita, Itu bisa dilakukan dengan cara melihat atau mendengar langsung suatu kejadian atau pendapat, atau karena keterbatasan jangkauan dan waktu lalu mengutipnya dari media sosial yang sudah mempublis, terutama dari medsos yang telah terverifikasi atau seizin akun medsos yang mempublis dan sebisa mungkin melakukan “speed cross check” bahwa kejadian atau pendapat itu benar.
Menjawab pertanyaan salah seorang peserta FGD mengapa wartawan harus mengutip informasi di Medsos, apakah wartawan sekarag malas atau pengguna Medsos lebih unggul ? Menurut Fredrich, keadaan ini harus dilihat secara bijak.
Pemilik akun akun tertentu di Medsos adalah nama nama yang populer yang meliputi pakar diberagam keilmuan, politisi, pengamat, mantan pejabat yang ahli di bidangnya, wartawan senior, aktor, aktris, selebritis dan lainnya yang sering menulis tentang pendapatnya, kegiatannya yang terkait dengan peristiwa kekinian dan layak untuk komsumsi publik melalui media mainstream. Di sisi lain, wartawan juga memiliki keterbatasan waktu (dikejar dead line), ketersediaan jaringan, daya jangkau dan lainnya.
Melalui upaya kreatif maka pemilik akun tertentu yang sering bermain Medsos dipantau, begitupun pelaku citizen journalism yang tiba tiba melaporkan suatu peristiwa penting yang jauh dari jangkauan wartawan juga akan dipantau, lalu wartawan atau redaktur mengkonfirmasi (akun terverifikasi) atau mengecek kebenaran laporan citizen journalism secara cepat. Lalu menyiarkannya dengan menyebut sumber kutipan.
Apakah wartawan sudah terganti oleh pemain Medsos ?. Hal ini tidak betul, ujarnya, sebab pola kerja wartawan berbeda dengan pemain Medsos maupun citizen journalism.
Pemain medsos menulis atau mengupload gambar sesuai keinginan atau keahliannya terhadap suatu obyek tanggapan yang harus dikomentari.
Citizen journalism melaporkan suatu peristiwa seperti bencana alam karena saat itu dia mengalami atau dia melihat langsung.
Jadi pemain Medsos tersebut bermain secara insidentil untuk tiap topik. Sedangkan Wartawan, menjalankan profesinya secara terus menerus untuk menginformasikan berita kebenaran sesuai fakta.
Wartawan mengutip Medsos maupun laporan Citizen Journalism hanya untuk awal berita, setelah itu akan ditindak lanjuti dengan liputan terus menerus hingga tuntas.
Kalau itu bencana alam, lanjutnya, maka kutipan dari Medsos hanya awal kejadian karena saat itu wartawan tidak ada di lokasi, sedangkan kelanjutan seperti perkembangan jumlah korban bencana, rehabilitasi, evakuasi dan penanganan lainnya menjadi liputan wartawan secara langsung dan berkelanjutan hingga tuntas.
Pola verifikasi akun dan recheck terhadap peristiwa yang terpublis di Medsos sebelum disiarkan sebagai berita di media mainstream serta on line berita, sekaligus menghindarkan wartawan untuk tidak ikut menyiarkan berita bohong (hoaks). (AI/08012019/MM).
Phinisinews, Kian tergerusnya nilai dan tradisi lokal dalam gaya berbusana masyarakat agaknya menimbulkan kegelisahan para seniman, pemerhati budaya serta penggiat mode di Kabupaten Jepara.
“Kita dibanjiri luapan budaya dari manca negara, termasuk dalam gaya dan tatacara berbusana. Perlu mengupayakan untuk menggali potensi-potensi lokal, termasuk tradisi yang dihidupkan oleh masyarakat sampai ke tingkatan desa, untuk digunakan sebagai gagasan utama ragam busana kita,”Indria Mustika, salah seorang guru di SMK Negeri 2 Jepara, dalam diskusi 'Pribumisasi Fashion Carnival dan Penguatan Kearifan Lokal' di Kedai Kebun Kita, Desa Bondo, Bangsri, Jepara.
Menurut perempuan yang membidani lahirnya Jepara Carnival 2015 ini, banyak di antara kita yang abai dengan tradisi dan budaya lokal, dan seringnya meniru budaya-budaya dari luar. Pada acara Jepara Carnival 2015, Indria bersama kalangan seniman Jepara telah mempromosikan rancangan-rancangan dengan bahan dasar tenun Troso khas Jepara dan batik.
Diskusi yang didahului dengan kegiatan bimbingan menulis bagi remaja ini diselenggarakan tadi malam (30/7/2017) oleh Yayasan Kartini Indoesia(YKI) sebagai bagian dari rangkaian acara Festival Mata Air Jepara 2017 dengan dukungan dari Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA)
“Kami ingin menekankan pentingnya proses pribumisasi budaya. Pribumisasi kami maknai sebagai proses eksplorasi nilai-nilai kelokalan, atau pribumi, sebagai pijakan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan masyarakat,” Hadi Priyanto, Ketua YKI Jepara menyampaikan. Untuk mewujudkan proses pribumisasi pengetahuan dan karya, YKI berkomitmen untuk turut mendampingi sekolah dan komunitas-komunitas di Jepara untuk mengembangkan motif dan rancangan yang bertumpu pada kekuatan potensi lokal Jepara.
Diskusi dan peragaan busana ini banyak dihadiri oleh remaja, pelajar dan anak-anak di Jepara. “Keterlibatan remaja dan pelajar SMA dalam kegiatan diskusi sekaligus peragaan busana ini sangat penting.
Remaja sangat peka terhadap trend, termasuk trend busana. Kami berharap dapat menumbuhkan kecintaan mereka pada potensi lokal,” Didin Ardiansyah, seorang seniman muda Jepara, yang malam tadi juga menyajikan beberapa rancangan busananya. Busana berbahan dasar limbah karya Didin diperagakan oleh para pelajar SMK Al-Hamidiyah Batealit, Jepara.
Baginya, mempribumikan produk busana dan industri kreatif dengan bertumpu pada potensi dan kearifan lokal akan membuat Indonesia kaya karya. “Kegiatan bimbingan menulis gratis sebelum pelaksanaan diskusi juga menjadi pendekatan yang menarik untuk merangkul kalangan remaja.
Masih sangat jarang kami temui rangkaian kegiatan semacam ini yang meyentuh sampai tingkat desa. Ini perlu dilakukan lebih sering tidak hanya di Jepara,”ujar Udik Agus, Ketua Dewan Kesenian Daerah, yang turut hadir di antara pengunjung diskusi.
Narahubung:
Iskak Wijaya 0812-8815-2670 ;
Hadi Priyanto 0857-2616-6548
Phinisinews, Ratusan warga berkumpul di Telaga Sejuta Akar, di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, siang itu, Sabtu, 29 Juli 2017.
Para sesepuh masyarakat, generasi muda, laki-laki, perempuan, tua dan muda, menjadi saksi atas peristiwa eko-religi ruwatan mata air.
Acara ruwatan mata air yang dikemas dalam rangkaian kegiatan dua hari bertajuk Festival Mata Air Jepara 2017 ini diselenggarakan oleh Yayasan Kartini Indonesia (YKI), didukung oleh Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA).
Pada Festival Mata Air Jepara 2017 yang berlangsung dua hari 29-30 Juli 2017 ini, juga digelar kegiatan Sarasehan Teologi Bumi, penanaman pohon serta pentas seni tradisi. Ketua YKI, Hadi Priyanto, menjelaskan bahwa kata ruwatan adalah kata dalam Bahasa Jawa, yang bermakna menyucikan. Kegiatan ruwatan ini bertujuan untuk memuliakan mata air sebagai bagian kebesaran alam dan lingkungan hidup, beserta tetumbuhan di sekitarnya, sebagai penopang utama keberlangsungan hidup manusia.
“Ritual ini kami jalankan sebagai bentuk rasa syukur dan pertanggungjawaban kami sebagai manusia pengguna mata air terhadap Sang Pencipta mata air,” Didin Ardiansyah, seniman Jepara sekaligus sebagai salah seorang panitia kegiatan menambahkan.
Kegiatan ini juga bertujuan menarik perhatian khalayak luas, khususnya di Jepara, untuk merawat dan menumbuhkan kecintaan terhadap mata-air di sekitar Jepara dan lereng Gunung Muria, yang kualitas dan kuantitasnya kian menurun dari hari ke hari.
“Pelestarian lingkungan adalah bagian dari iman,” Muhammad Syariful Ba’i, salah satu intelektual Muslim dari Pecangakan Jepara yang menjadi salah satu pembicara sarasehan menyampaikan. “Iman dan doktrin agama dapat diwujudkan melalui pendekatan eko-religi, yaitu beragama dan beribadah kepada Tuhan melalui perlindungan alam.”
Pada kesempatan yang sama, Muhammad Iskak Wijaya, salah seorang pengamat budaya dan penggiat pemberdayaan masyarakat di Yayasan Kartini Indonesia, menyampaikan bahwa dalam setiap agama, terdapat prinsip dan ketentuan mengenai konservasi alam dan lingkungan.
Sementara itu, pembicara sarasehan lainnya, Pendeta Prapto Basuki, tokoh agama Kristen di Jepara, menuturkan bahwa teologi bumi perlu benar-benar dibumikan, dalam arti dilaksanakan secara nyata oleh semua orang-orang beragama.
Upaya ini dapat dimulai dari rumah, di tingkat keluarga, dengan menguatkan pembelajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, dengan memelihara lingkungan sekitar.
Dalam kegiatan Festival Mata Air, Yayasan Kartini Indonesia juga menggandeng berbagai komunitas, di antaranya, Forum Media Tradisional Kabupaten Jepara, Barisan Tani Jepara, Kelompok Tani Muda Ikhtiar Maju Kembang, dan Kelompok Usaha Bersama Petani Lele Margo Mulyo Bondo.
Narahubung:
Hadi Priyanto – 0857-2616-6548
Iskak Wijaya – 0812 – 8815 – 2670
Penulis : Nurjannah
Makassar - Phinisinews, Penghargaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Award tahun 2016 yang ke 11, Di selenggarakan di karebosi link candotel makassar sabtu 03 desember 2016.
Kali ini Award KPID 2016 mengusung tema "menegakkan peranan lembaga penyiaran dalam menangkal terorisme demi keutuhan (Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)".
Hadir pula bapak Gubernur Dr. H Syahrul Yasin Limpo bersama Walikota Sulawesi Selatan Dani Pomanto, Dalam bentuk mengapresiasi kegiatan tersebut.
Dalam sambutannya gubernur sulsel mengatakan "Semoga kegiatan ini memberikan dampak positif bagi insan pertelevisian dan siaran radio di indonesia, dan kami berharap ini merupakan cambuk untuk lembaga penyiaran dalam menyajikan siaran-siaran yang kreatif dan bermanfaat bagi masyarakat," terangnya.
Ketua KPID SulSel Alem Febri Sonni mengatakan "kami konsisten untuk merayakan award KPID yang ke 11 ini dan kami memberikan suport setinggi-tingginya kepada lembaga penyiaran baik televisi maupun radio yang ada di sulawesi selatan" ujarnya.
Berbagai kategori Award yang di berikan oleh KPID seperti, penghargaan program berita TV dimenangkan oleh TVRI Program Talk show radio terbaik di menangkan oleh Radio Republik Indonesia (RRI).***MK.
Penulis : M. Arifandy
Makassar - Phinisinews, Pemeran "Cinta Laki Laki Biasa" nonton bareng di Bioskop 21 Mall Panakukang Makassar Sabtu, 3/11/2016.
Salah satu pemain yang hadir Fanny Fabriana, Muhadkly Acho, Penulis Asma Nadia dan Sutradara Guntur Soeharjanto hadir di dalam nonton bareng dengan masyarakat Makassar.
Sutradara, Guntur Soeharjanto menilai Makassar itu special, apa lagi perkembangan film dan antusias penontonnya. Sehingga memicu para movie maker untuk berkarya. "Makassar ini special apa lagi perkembangan filmnya, seperti film lokal yang tembus box ofice," ucapnya.
Ia mengaharapkan, agar filmnya di tonton oleh banyak orang dan para movie maker yang ada di makassar untuk terus berkarya.
Salah satu penonton cowo, Ulla mengungkapkan bahwa film ini mengajarkan kita jangan menilai cinta sebagai materi, karena cinta sesungguhnya bukan di cari tapi di bangun. "Iye, filmnya bagus kii, karena kita di ajarkan cinta itu bukan soal materi. Cinta itu bukan di cari tapi dibangun," tuturnya.
Film ini telah di tayangkan pada 1 Desember 2016 yang lalu.
Film drama romantis ini menceritakan tentang kesederhanaan cinta yang menawarkan unsur kedamaian yang di sampaikan islam melalui cinta seorang laki laki biasa bernama Rafli (Deva Mahendra) pada Nania (Velove Vexia).***MK.
Penulis : M. Arifandy
Makassar - Phinisinews, PT. Pertamina (Persero) menantang technopreneur muda beradu inovasi dan teknologi melalui Pertamina Technopreneur Challenge (PTC). Makassar, 30/11/2016.
Event yang diselenggarakan bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (FTI-UMI) ini merupakan kompetisi teknologi tepat guna yang menitik beratkan pada aspek enterpreneurship.
Kegiatan ini sedang berlangsung sampai sampai dengan tanggal 4 Desember untuk pengumpulan berkas. Dan akan dilakukan seleksi wawancara dan presentasi sebagai acara puncak tanggal 27-28 Desember 2016.
"Program CSR Pertamina ini menginginkan inovasi anak muda yang bisa di gunakan untuk kepentingan orang banyak dan menumbuh kembangkan jiwa enterpreneurship mereka. Nantinya pemenang akan kita biayai modal usahanya dalam proses star up bisnisnya," ujar Area Manager CSR dan SMEEP Sulawasi PT. Pertamina, Syarifuddin.
PTC dapat di ikuti secara perorangan maupun kelompok dan sudah bisa melakukan pendaftaran melalui website www.gardapati-ptc.com sekaligus mengunggah makalah terkait karya teknologi yang akan di lombakan.
Pemenang akan di kontrak melalui program kemitraan Pertamina dan di berikan modal usaha sesuai dengan jenis bisnis yang akan di selenggarakan.
Untuk menjadi juara, panitia menerapkan kriteria lomba dimana karya teknologi yang di kompetisikan dapat di gunakan sebagai sarana produksi industri kecil yang muda di operasikan, praktis, dengan dengan harga terjangkau serta merupakan hasil temuan terbaru/penyempurnaan.
"Penilaian juga menitik beratkan pada manfaat dan kegunaan alat/karya, inovasi dan kreativitas, orisinilitas ide dalam perbuatan karya. Memiliki nilai ekonomi pada kemampuan alat untuk dipasarkan secara komersial," kata Dekan FTI-UMI Zakir Sabara.***MK.