Penulis : Redaksi / Editor : Fred K
Jakarta (Phinisinews.com) - Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT) mendukung upaya strategi dan implementasi program transformasi digital ekosistem kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, yang dibahas di Ruang Pola Kantor Gubernur Sulsel, Kamis (14/12).
Hal ini dikatakan Ketua Umum DEIT, Annar Salahuddin Sampetoding melalui press release dari Jakarta, yang diterima redaksi di Makassar, Jumat.
Dia mengaku telah mengutus perwakilan DEIT untuk mendukung upaya Pemprov Sulsel melaksanakan transformasi ekosistem digital di sektor kesehatan yang dianggap menjadi fokus utama dalam menghadapi berbagai ancaman kesehatan global, termasuk penyebaran covid 19.
"Kalau saya ada di Makassar. Pasti saya akan menyempatkan hadir di pertemuan tersebut. Ada beberapa utusan DEIT yang siap menindaklanjuti hasil pembahasan itu nanti," ucapnya.
Annar yang dikenal sebagai tokoh adat dan pengusaha Indonesia timur ini menyatakan akan turut membangun infrastruktur digital, khususnya di sektor Kesehatan, yang dapat melayani kebutuhan data sejumlah Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) yang tersebar di Indonesia timur, khususnya di Sulsel sebagai “role model”.
"DEIT saat ini tengah membangun jaringan distributor yang akan dikelola oleh pengusaha-pengusaha dari Indonesia timur. Bukan hanya kebutuhan alkes habis pakai disiapkan, melainkan produk informasi teknologi khusus Fasyankes untuk Indonesia timur. Tentunya sistem informasi digital yang akan terintegrasi ke dalam platform SATUSEHAT milik Kemenkes RI," ucapnya.
Sulsel, lanjutnya, akan menjadi percontohan pengembangan sistem teknologi informasi yang berbasis digital ini. "Kenapa kita mulai di Sulsel, karena Pemprov Sulsel sudah start. Sebagai pengusaha dari timur. Kita wajib menangkap peluang ini dan menyiapkan investasi yang dimulai dari pengusaha kita sendiri," ujarnya.
Pj Sekprov Sulsel, Andi Muhammad Arsjad mengatakan pemerintah daerah provinsi akan berperan dalam digitalisasi ekosistem Kesehatan, khususnya di Provinsi Sulsel.
"Tentunya, saya mengapresiasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), khususnya Pusat Data dan Informasi Kemenkes bersama Digital Transformation Office, yang membantu mengintegrasikan data Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) di Provinsi Sulsel ke dalam platform SATUSEHAT," ujar Arsjad.
Inovasi ini, lanjutnya, merupakan Platform Penghubung Ekosistem Data Kesehatan yang menghubungkan dan memberdayakan seluruh ekosistem sistem kesehatan serta pengguna (masyarakat).
Dia mengatakan, SATUSEHAT akan mengintegrasikan data kesehatan individu antar Fasyankes dalam bentuk Rekam Medis Elektronik (RME) guna mendukung interoptabilitas data kesehatan melalui digitalisasi dan standarisasi.
Untuk itu, sudah menjadi kewajiban kita semua, khususnya pemerintah daerah di Sulsel untuk mendukung penuh penyelenggaraan transformasi digital ekosistem kesehatan bisa terealisasi di seluruh Fasyankes wilayah kita.
"Kami sadari, pemenuhan akses internet dan perangkat keras yang memadai di Fasyankes, menjadi kebutuhan dasar dan krusial dalam merealisasikan transformasi digital ini.” Ujarnya dan melanjutkan, bahwa dari 1.370 fasyankes yang tersebar di 24 kabupaten/kota Provinsi Sulsel, baru 32 Fasyankes (2,34 persen) yang terkoneksi di platform SATUSEHAT. Dengan rincian, 19 Rumah Sakit, lima Puskesmas, dan delapan klinik.
Kondisi ini wajib menjadi perhatian kita bersama. Pemerintah Provinsi harus berperan sebagai fasilitator, penggerak, dan pengawas dalam mendorong sinergi dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan.
"Untuk itu, saya juga mengimbau kepada bupati/wali kota bersama Dinas Kesehatan se-Sulsel untuk segera menuntaskan kendala yang dihadapi saat ini agar digitalisasi ekosistem kesehatan dapat 100 persen terwujud di semua Fasyankes Provinsi Sulsel," ucapnya. (PR/FK).
Opini : Andi Mahrus Andis (Budayawan).
Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) - Musyawarah Nasional Dewan Kesenian seluruh Indonesia berlangsung di Jakarta, 10 - 14 Desember 2023. Beberapa permasalahan kesenibudayaan dari setiap daerah dirumuskan dalam rapat-rapat komisi.
Satu hal yang sangat serius adalah menyangkut nomenklatur lembaga yang akan dibentuk. Apakah tetap menggunakan nama Dewan Kesenian ataukah Dewan Kebudayaan ?.
Bagi saya, kedua nama tersebut tidak ada persoalan. Namun, seandainya bisa memilih, saya lebih tepat dengan nama Dewan Kebudayaan. Mengapa? Sebab, nomenklatur Dewan Kebudayaan lebih luas dan sudah menampung seluruh dimensi hidup berkesenian.
Lalu, apa sesudah munas ?. Bagi saya, lagi-lagi tidak ada persoalan. Namun, seandainya bisa berharap, maka ekspektasi saya adalah agar segera terbentuk Kementerian Kebudayaan RI dan berlakunya secara implementatif Undang-undang No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan di seluruh wilayah nusantara.
Harapan ini bukan sesuatu yang muluk-muluk. Ini harapan manusiawi seluruh makhluk seniman dan budayawan. Terwujudnya harapan ini, maka kerinduan masa lalu terhadap kehadiran para Budayawan beserta pikiran-pikiran kulturalnya akan terpenuhi.
Budayawan di era masa lalu banyak yang berkualitas dengan pemikirannya yang segar. Di tingkat nasional pernah ada Mochtar Lubis, Ajip Rosidi, Ridwan Zaidi, WS Rendra dan lainnya.
Di Sulawesi Selatan, juga pernah hadir Rahman Arge, Husni Djamaluddin, Arsal Alhabsi, M Anwar Ibrahim, Ishak Ngeljaratan, dan HD Mangemba.
Mereka bukan hanya penulis melainkan juga pengarang dan selalu tampil di forum-forum diskusi budaya. Mereka ada yang bukan pegawai pemerintah, namun mampu hidup layak dengan hasil menulis di media cetak.
Sekarang budayawan sulit “hidup bergizi” jika hanya menggantungkan harapan pada honorarium menulis. Karena itu, satu-satunya yang bisa menyambung gairah hidup seniman dan budayawan untuk terus berkarya hanyalah penerapan Undang-undang Pemajuan Kebudayaan.
Itu pun jika undang-undang tersebut didukung dengan regulasi yang bijak, adil dan tepat-guna dari masing-masing pengambil keputusan di setiap wilayah pemerintahan.
Terlepas dari harapan itu, seniman dan budayawan di seluruh republik ini patut berbahagia. Kebijakan Pemerintahan di bidang kebudayaan sudah tergambar di pikiran kita.
Minimal, nasib para seniman dan budayawan tidak berjarak teramat renggang dengan tingkat kesejahteraan di bidang olahraga. (Editor : Fred Kuen Daeng Narang).
Penulis : Andi Mahrus Andis.
Makassar (Phinisinews.com) - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Sulawesi Selatan membuka forum koordinasi tentang Pencegahan Pelanggaran Kampanye Pemilu, di Makassar, Sabtu. Stakeholder yang hadir dalam rapat itu, selain tokoh agama juga budayawan dan pegiat budaya, antara lain Prof Andi Halilintar Latief, Ahmadi Haruna dan Fred Kuen Daeng Narang.
Pertemuan tersebut dipimpin Anggota Bawaslu Sulsel, Drs Saiful Jihad, M.Ag serta dihadiri Ketua Bawaslu Sulsel, Mardiana Rusli, SE, M.I.Kom.
Saya (Andi Mahrus Andis) pun ikut hadir dan mendapat kesempatan untuk berbicara. Saya katakan, forum hari ini cukup membahagiakan kami, khususnya bagi pemikir dan pegiat budaya.
Pertemuan "sanding" antara budayawan dengan ulama, baru pertama kali dilakukan. Biasanya, jika para ulama bertemu, tidak pernah dilibatkan budayawan. Akibatnya, kadang terjadi miskomunikasi pemikiran syar'iyah dalam hal memahami budaya. Bahkan, ulama tidak segan-segan mengeluarkan fatwa "abu-abu" terhadap satu tradisi budaya masyarakat berdasarkan hasil tafsir sepihak.
Tanpa perkiraan sebelumnya, rupanya pernyataan saya itu mendapat aplaus dari peserta forum. Ahmadi Haruna, aktor teater dan penulis yang duduk di samping saya, berbisik, "Betul. Budayawan dan Ulama harus bersatu. Perlu saling berkoordinasi (sharing pengetahuan) untuk memadukan pemahaman agama dan budaya terhadap fenomena sosial yang terjadi di lingkungannya".
Kepada Petugas Bawaslu, saya menitip pesan, antara lain, agar segera menyusun strategi kampanye Pemilu 2024 dengan pendekatan budaya dan agama. Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal Bugis-Makassar, seperti 'sipakatau' (saling memanusiakan) dan 'siamasei' (saling menyayangi) antarsesama pendukung calon, perlu dijadikan referensi dalam pelaksanaan kegiatan kampanye.
Budayawan dan ulama, setidaknya, diberikan peluang untuk mendampingi Bawaslu dalam kegiatan sosialisasi kebijakan dan pengawasan kampanye, serta imbauan agar seluruh masyarakat ikut menyukseskan terwujudnya kampanye damai serta pemilihan umum yang aman dan tertib, hendaklah terus digalakkan, baik melalui media sosial (cetak dan internet) maupun risalah khotbah di tempat-tempat peribadatan.
Semoga Bawaslu, Budayawan dan Ulama dapat menjadi mitra yang padu untuk menjalankan tugas-tugas mulia pada proses pesta demokrasi 2024. (Editor : Fred Kuen Daeng Narang).
Makassar (Phinisinews.com) – Yayasan Pers Multimedia Phinisi Kuensyam (Y-PMPK) melalui Lembaga Pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan (Phinisi Pers Multimedia Training Center – P2MTC) menjawab desakan calon legislator (caleg), menggelar pelatihan jurnalistik terpadu, tulis, foto dan video untuk tim sukses caleg.
Tantangan para caleg tersebut langsung kami jawab dengan mempersiapkan materi latih yang efektif, efisien tetapi akan maksimal mendukung kampanye, pencitraan dan berdampak trust (dipercaya) oleh konstituen (masyarakat), kata General Manager Journalist Training Development P2MTC, Mitha Mayestika, S.IP, M.IKom di Kampus P2MTC Jalan Metro Tanjung Bunga, Ruko Mall GTC Blok GA.9 No.7 Makassar.
Materi latih diberikan untuk melengkapi atau menyempurnahkan kemampuan multitaskin Tim Sukses dari unsur Pers (Multimedia) yang biasanya hanya 1-2 orang untuk tiap caleg.
Ilmu jurnalistik multimedia yang diajarkan harus mampu merangkum secara taktis dan praktis dari General Jurnalist, Video Journalist, Fotografi, Konten Kreator serta Admin untuk multi platform media yang disasar menyiarkan semua kegiatan kampanye caleg seperti Media Mainstream, Media Online, Televisi, Radio, Media Sosial seperti facebook, Instagram, Tiktok, Twitter, Youtube dan lainnya sesuai perkembangan teknologi komunikasi dan harus dikuasai oleh satu orang atau paling banyak dua orang.
Sebab, semua Caleg mau menang dan duduk sebagai Legislator di semua level seperti DPRD Kota, Kabupaten, DPRD Provinsi, DPR RI dan DPD RI dengan kemampuan pendanaan yang berbeda beda, sehingga P2MTC meramu bahan latih itu dalam 16 jam, terdiri 30 persen teori dan 70 persen praktek, mampu dikuasai oleh tim sukses dari unsur Pers dan Medsos dengan biaya murah. Pelatihan dimulai 9-10 Desember 2023.
“Kami beruntung karena memiliki Fred Kuen Daeng Narang, M.Si, seorang trainer yang memiliki pengalaman jurnalistik multimedia selama 35 tahun diberbagai liputan dalam dan luar negeri, Asesor Pers, Mantan GM Perum LKBN Antara dan pernah menjadi Ketua Tim Pencitraan enam Gubernur di berbagai Provinsi di tanah air, dan juga masing masing seorang Walikota serta Bupati. Semuanya sukses,” ujar Mitha yang juga Dosen Komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar.
Selain wartawan senior tersebut, juga didampingi trainer berpengalaman sebagai VJ (Video Journalist dan Fotografer) yang beberapa tahun bertugas pada liputan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo hingga awal Jokowi menjadi Presiden RI (Mitha Mayestika, M.IKom).
Saat wartawan menanyakan perbedaan antara tim sukses unsur pers untuk caleg, Gubernur dan Presiden, menurut Mitha, sebagai tim sukses caleg cenderung tidak terlalu sulit, tinggal melakukan pendanpingan terhadap semua kegiatan caleg, mencari narasumber pendukung untuk berbicara, semua kegiatan sosial terliput, begitupun dialog, lalu produk pers nya dikemas secara baik dan rutin disiarkan ke semua platform multimedia, baik secara manual sesuai sasaran audiens yang dituju atau menggunakan SEO (Search Angine Optimization).
Sedangkan untuk Gubernur dan Presiden agak lebih rumit sebab tim sukses dari unsur pers dan multimedia harus menggunakan semua ilmu jurnalistiknya secara baik, seperti pembentukan opini public untuk menguntungkan orang yang didukung menggunakan hard news, soft news, indepth news, investigasi news, feature, penulisan opini di rublik opini dan medsos, melakukan framming, melakukan strategi bonsai, character assassination, hingga cyber troops jika dibutuhkan.
Dia mengingatkan bahwa ilmu jurnalistik multimedia dengan platform beragam sesuai perkembangan, selama dipakai untuk hal-hal baik, maka hasilnya akan baik, namun bila salah penggunaan, maka akan hinggar bingar dan dapat saja bersentuhan dengan delik pers (UU No.40/1999 tentang Pers) atau dengan UU ITE.
Selain Pelatihan di Kampus P2MTC, lanjutnya, P2MTC juga melayani pelatihan di tempat-tempat kelompok peserta pelatihan atau waktu-waktu yang diinginkan peserta dimanapun itu dengan konsekwesni akomodasi transportasi ditanggung peminat pelatihan. Yang berminat, silahkan hubungi P2MTC ke nomor HP/WA 0888 5009 812, 0815 3332 2118, 0898 2193 185. (AI/YS).
Makassar (Phinisinews.com) – Tari bernuansa kolosal mistis “Sere Bissu” berhasil menghentak dan memukau pengunjung yang menyaksikan “Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional” yang memadati Baruga Anging Mamiri Rumah Jabatan Walikota Makassar, Senin larut malam.
Panggung sederhana tanpa dekorasi, namun penataan cahaya yang apik serta iringan musik gendang tradisional yang terkadang berbunyi bertalu-talu, terkadang berbunyi halus, lalu sepi serta tiba tiba menghentak keras, seiring permainan cahaya yang apik, membuat tari tradisional itu sangat berkarisma dengan nuansa kolosal mistis.
Lima orang Bissu “Transgender” dari Kabupaten Bone (120 kilometer dari Makassar) yang di daerah Bugis Sulawesi Selatan disebut “TransPuang” menggunakan pakaian khas Sulsel berbahan sutera polos dengan warna hijau, merah, biru, hitam dan bawahan sarung sutera serta menggunakan aksesoris yang ramai, mereka tidak berusia muda, namun gerak tarinya penuh karisma disertai wirama, wiraga dan wirasa yang sangat padu dengan hentakkan gendang.
Pada puncak tari tersebut, kelima orang Bissu (penari) tersebut menghunus keris, lalu mempertontonkan kesaktian ilmu kebalnya dengan menusuk kuat beberapa bagian tubuh seperti leher, pelupuk mata, uluhati dan lainnya. Hasilnya kulit Bissu tidak tergores dan tidak ada yang terluka.
Gerakan tari tersebut dilakukan dengan iringan gendang bunyi halus hingga bunyi bertalu-talu dengan permainan cahaya lampu yang apik sehingga ratusan pengunjung yang memadati Baruga Anging Mamiri jantungnya terhentak-hentak, terpukau dan duduk terkesima tanpa mata berkedip. Dan selama tari Sere Bissu berlangsung, asap tipis terus menyelimuti ruangan, sehingga nuansa kolosol mistis terbentuk.
Kata Bissu berasal dari Bahasa Bugis di Sulsel “Bessi” yang artinya “bersih atau suci”. Keberadaan Bissu di Sulsel sebagai benang merah kesinambungan tradisi lisan Bugis kuno sebagai salah satu kekayaan keberagaman budaya nusantara. Gender Bissu adalah pencampuran karakter maskulin dan feminim.
Selain tari Sere Bissu, beberapa tarian yang ditampilkan setelah 60 tahun menghilang dan berhasil direvitalisasi. Revitalisasi seni tradisional adalah upaya perlindungan warisan budaya bangsa. Sedangkan Revitalisasi menurut Wikipedia adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi menjadikan sesuatu untuk menjadi vital.
Pagelaran Revitalisasi Seni Tradisional Budaya Nusantara tahun 2023 yang merupakan revitalisasi seni tradisional kearifan lokal, dilakukan seluruhnya oleh seniman kampung sebagai ujung tombak kelestarian kesenian rakyat tradisional budaya nusantara untuk kesinambungan tradisi masa lampau sebagai kekayaan budaya nusantara yang harus dilestarikan.
Pagelaran dibuka Orkes Turiolo, atraksi Padendang (Kabupaten Wajo), tari Pepe-Pepeka ri Makka (Makassar), atraksi Ganrangbulo Pa’buntingan (Makassar), tari Pammasari (Sanrobone Kabuoaten Takalar) dan lainnya.
Menurut Budayawan Dr Andi Halilintar Latief yang juga Ketua Panitia Pageran mengatakan, pihaknya sudah 50 tahun yakni sejak tahun 1973 hingga sekarang (2023), memimpin revitalisasi seni tradisional bersama teman teman seniman, budayawan dan seniman kampung lainnya melakukan revitalisasi untuk menjaga pelestraian seni tradisional budaya nusantara di Sulsel. Dan tiap tahun melakukan pagelaran terhadap hasil revitalisasinya.
Wartawan senior yang juga Founder (pendiri) Yayasan Pers Multimedia Phinisi Kuensyam (YPMPK), Fred Kuen Daeng Narang, M.Si yang selama ini banyak membaur dengan seniman dan budayawan saat dicegat wartawan usai pagelaran menyatakan mengapresiasi tinggi terhadap seniman, budayawan dan seniman kampung yang melakukan revitalisasi dan melestarikan seni budaya tradisional tanpa pamrih hanya karena kecintaan terhadap budaya dan kearifan lokal yang cenderung tanpa sentuhan dana dari pemerintah (APBN, APBD).
Menurut Fred yang juga Ketua Forum Pimred Sulsel mengakui revitalisasi dan pelestarian seni tradisional budaya nusantara, sangat minim perhatian pemerintah, baik alokasi dana maupun perhatian secara fisik. Saat Pegelaran di Baruga Anging Mamiri tidak dihadiri pejabat pemerintah provinsi maupun Kota Makassar, semua hanya mewakilkan kepada staf.
Menyinggung keluhan seniman tari bahwa hasil revitalisasi maupun pelestarian seni tradisional, kalah bersaing dengan seni modern, sehingga seni tradisional terpinggirkan dan sulit dilestarikan, karena generasi milenial cenderung lebih menyukai seni modern atau budaya asing sehingga secara perlahan seni tradisional akan tergerus, menurut Fred tidak semua ketakutan itu benar.
Banyak seni tradisional kita kaya makna dan memperlihatkan tingginya budaya masa lalu, sehingga dunia termasuk UNESCO memberi perhatian serius untuk pelestariannya.
Pagelaran malam ini, menurut dia, salah satu jenis tariannya, yakni tari Sere Bissu memiliki keunikan yang sangat menarik. Bila ini dipromosikan secara benar dan ada sponsor, penyandang dana, maka jenis tarian ini dapat melakukan tour international dan pasti diminati pencinta budaya dan pelestari budaya dunia, sebab jenis tari ini unik, kolosal mistik dan memiliki karisma yang tinggi.
“Saya tidak ragu tari Sere Bissu terhadap persaingan dalam konteks pagelaran seni budaya tradisional untuk pangsa pasar nasional dan dunia. Yang saya ragu justru kelanjutan pelestarian Bissu sebagai tokoh pelaku budaya dan pelestari seni tradisional ini, mengingat para Bissu pelaku budaya ini tidak muda lagi, dan generasi milenial peminatnya tidak banyak,” ucapnya. (AI/MMK).
Penulis : Redaktur
Medan (Phinisinews.com) - Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pers Indonesia, Hence Mandagi mendatangi Markas Besar Polda Sumatera Utara, Kamis, untuk konfirmasi terkait proses hukum laporan polisi nomor : LP/B/0077/II/2023/SPKT/BARESKRIM POLRI, yang sudah dilimpahkan ke Polda Sumut.
Sebelumnya, laporan polisi yang dilayangkan Mandagi terhadap oknum eks Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pers M. Agung Dharmajaya di Badan Reserse dan Kriminal Polri Jakarta, terjadi pada Februari 2023.
Dia melaporkan oknum Plt DP itu karena pernyataannya di sejumlah media online bahwa tidak melegalkan terkait dengan maraknya UKW (Uji Kompetensi Wartawan) yang dilaksanakan LSP mengatasnamakan kerjasama dengan BNSP, dan pernyataannya itu dikutip media.
“Saya konfirmasi ke penyidik Polda Sumut terkait perkembangan laporan itu. Saya yakin laporan kami akan ditindaklanjuti. Sebelumnya saya selaku pelapor sudah diperiksa oleh penyidik. Dan semoga pihak terlapor juga ikut diperiksa,” ujar Mandagi saat memberikan keterangan pers di depan puluhan awak media usai bertemu pihak penyidik Polda Sumut, (23/11) di Mapolda Sumut, dalam siaran pers yang diterima di Makassar, Jumat.
Mandagi yang juga Ketua Umum Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) menegaskan, laporan polisi ini dilayangkan agar terlapor yang saat ini menjabat Anggota Dewan Pers harus membuktikan bahwa sertifkasi kompetensi wartawan di LSP Pers Indonesia itu ilegal.
Turut mendampingi Mandagi di Mapolda Sumut, Ketua DPD SPRI Sumut Burju Simatupang dan jajaran pengurus SPRI yang baru saja dilantik.
Ketua DPD SPRI Sumut Burju Simatupang, ST, SH mendukung penuh pihak penyidik mengusut tuntas penyelesaian kasus oknum anggota Dewan Pers yang dilaporkan Ketua LSP Pers Indonesia, Hence Mandagi.
"Saya pemegang sertifikat Wartawan Utama dari BNSP melalu LSP Pers Indonesia. Kalau ini dikatakan ilegal, saya akan kawal penyidikan di Polda apakah benar sertifikat BNSP itu ilegal," ujar Burju.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Dewan Pengarah LSP Pers Indonesia Ir Soegiharto Santoso, SH mengaku sudah pernah diperiksa penyidik terkait kasus dengan terlapor oknum anggota DP tersebut.
"Saya turut mendesak penyidik Polda Sumut untuk segera memeriksa terlapor untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya di depan hukum," ujar Soegiharto. (Press Release LSP PI/Redaktur).
Penulis : Ahmad Imron / Redaktur : Fred Daeng Narang
Makassar (Phinisinews.com) - Seniman kampung berperan penting dalam kelangsungan dan pelestaran bunga rampai kehidupan budaya nusantara.
“Mereka adalah ujung tombak kelestarian kesenian rakyat tradisional nusantara. Keberadaan mereka sebagai benang merah kesinambungan tradisi masa lampau, yang merupakan salah satu kekayaan keberagaman budaya nusantara,” kata Budayawan Dr Andi Halilintar Latief yang juga Ketua Panitia “Revitalisasi Seni Tradisional 2023”, kepada wartawan di Makassar, Selasa.
Pada puncak acara revitalisasi seni tradisional, ditampilkan beberapa kesenian tradisional seperti atraksi padendang, tari Pepe-pepeka ri Makka, Pajogek Angkong, Gandrang Bulo “Pabuntingang”, Sere Lalosu, Tari Si’ruk, Pammasari, Sere Bissu dan Pemberian Penghargaan Kepada Seniman yang akan dilakukan di “Baruga Anging Mammiri Makassar“ Rujab Walikota Makassar, 27 November 2023.
Menurut Halilintar, tanpa Seniman Kampung, kesenian tradisi dan kesenian rakyat nusantara dapat dikatakan tidak berarti, sebab komponen-komponen yang dibangun oleh mereka memperlihatkan betapa masing-masing komunitas seniman pedesaan itu memiliki keunikan tersendiri yang bernilai melebihi dari sekedar perlambang.
Umumnya kesenian-kesenian mereka amat integral dengan ritus-ritus kehidupan pedesaan, baik dari sisi spiritual, pertanian, kelautan, pegunungan, belantara, pesta-pesta atau hiburan.
Seni, kerja dan upacara menyatu secara total dalam kehidupan mereka. Karena keeratannya dengan kehidupan pedesaan tersebut, setiap “lokal” memiliki gaya seninya sendiri-sendiri, ujarnya.
Kini sebagian masyarakat perkotaan berpendapat bahwa seni tradisi saat ini ibarat hanya sebagai parfum pewangi saja, dalam arti keberadaannya kini masih dirasakan kehadirannya, namun dianggap tidak ada lagi. Hidup tidak, mati pun tak rela.
Menurut dia, Kedudukan, fungsi dan kualitas seni pertunjukan tradisi makin menyusut dari hari ke hari. Komunitas seni tradisi yang makin berkurang ini berada dalam ambang antara ada dan tiada. Dikatakan ada karena sesekali komunitasnya masih menghendaki dan memandang perlu untuk mengedepakannya bagi kepentingan yang bertalian dengan hajatan atau upacara di kampung-kampung.
Namun, lanjutnya, dapat menjadi tiada ketika masyarakat yang semula menopang keberadaannya kemudian meninggalkannya karena berbagai sebab. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh kelompok seni tradisional adalah persaingannya dengan kelompok kesenian moderen yang sudah kian menjamur di kampung-kampung sekitar mereka. Akibatnya masyarakat mungkin sudah tidak membutuhkan pertunjukan mereka lagi.
“Kini sebagian masyarakat lebih senang mengundang kesenian-kesenian populer seperti orkes dangdut, musik elekton, band, atau tari moderen. Itulah antara lain tantangan yang mereka hadapi, yakni menggairahkan kecintaan komunitas sekitarnya, terutama generasi mudanya terhadap kesenian mereka yang kadang dianggap remeh dan mengoloknya sebagai kesenian kampungan, ucapnya.
Sebagian angkatan tua menganggap dan menilai umumnya angkatan muda memandang rendah kesenian ini. Hanya ada segelintir saja yang menunjukkan kecintaannya. Ada juga sebagian dari anggota keluarga yang datang berlatih hanya sekedar untuk mencoba-coba saja dan pada akhirnya mereka mundur satu persatu.
Memang harapan mereka tentunya tertuju pada generasi mudanya dan kepada pihak-pihak yang memiliki rasa tanggung jawab kepada kesenian daerah, agar lebih memberi perhatian kepada nasib kesenian mereka. Terlebih-lebih kepada senimannya yang penghidupannya berada pada kelas ekonomi lemah.
Perjalanan sebuah tradisi menuju kegemilangan di masa mendatang atau perjalanannya menuju kematian, menurut Halilintar, selalu merupakan masalah menarik yang diketengahkan dalam berbagai kajian.
Peristiwa kematian memang tidak harus selalu diratapi, tetapi kematian yang dipaksakan harus dapat ditolak. Tanpa bermaksud meratapi kelangsungan salah satu wujud tradisi yang mungkin tidak lagi dikehendaki oleh masyarakat perkotaan Indonesia, barangkali tidaklah terlalu berlebihan apabila mengetengahkan potensi seniman dan kesenian kampung yang tersebar di segala pelosok dan segala jenis keadaan geografis.
Tercatat sejak tahun 1973 hingga sekarang, cukup banyak seni tradisional Sulawesi Selatan telah direvitalisasi secara mandiri. (AI/FDN).
Penulis : Ahmad Imron / Editor : Mitha MK
Makassar (Phinisinews.com) – Pelatihan jurnalistik untuk Pimpinan Redaksi (Pimred) yang dilakukan oleh Lembaga pelatihan jurnalistik dan humas, Phinisi Pers Multimedia Training Center (P2MTC) Makassar, makin diminati peserta dari Kawasan Timur Indonesia.
“Tiap bulan, minimal dua kali kami gelar pelatihan jurnalistik untuk Pimred, sesuai permintaan peserta,” ujar Founder (Pendiri) Yayasan Pers Multimedia Phinisi Kuensyam (YPMPK), Fred Kuen Daeng Narang, M.Si, menjawab wartawan, usai pelatihan untuk Pimred, di Kampus P2MTC di Ruko Mall GTC Makassar, Selasa.
YPMPK merupakan induk dari Lembaga pelatihan P2MTC yang dikelola oleh dua General Manager (GM) yakni GM Pelatihan Jurnalistik dan GM Pelatihan Kehumasan. Selain itu, juga ada Tempat Uji Kompetensi (TUK) diperuntukkan bagi peserta pelatihan yang mau melanjutkan untuk mengikuti Sertifikasi Kompetensi Wartawan (SKW) serta ada juga media online phinisinews yang menjadi tempat praktek penulisan semua produk jurnalistik selama pelatihan.
Menurut Fred, tiap pelatihan untuk Pimred “Share media management knowledge for editor in chief” pesertanya 5-10 orang (khusus untuk Pimred, Wapimred dan Redpel) selama 16 jam, terdiri dari teori dan bedah kasus, serta praktek dan simulasi.
Khusus untuk simulasi, antara lain penyelesaian delik pers, pembentukan opini publik dengan semua sistem dan perangkat ilmu jurnalis pendukungnya, optimalisasi gate keepers dan fack checker serta simulasi firewall. Selain itu, penguasaan kompetensi personal dan kompetensi professional.
Banyaknya peminat pelatihan untuk Pimred ini, menurut testimoni para peserta yang dikutip Fred, terutama karena terbatasnya lembaga pelatihan jurnalistik dan organisasi pers yang khusus melatih Pimred atau calon Pimred. Yang selama ini banyak dilakukan oleh berbagai lembaga pelatihan maupun organisasi pers adalah pelatihan dasar.
Menurut mereka, secara nasional, bisa dihitung jari wartawan professional yang sudah berkarya lebih 30 tahun dan dia juga Pimred serta berpengalaman dalam dan luar negeri yang mau menularkan ilmu Pimrednya kepada calon pimred dan pimred muda untuk memangkas waktu menjadi Pimred professional.
Kelangkaan tenaga pengajar yang menguasai ilmu, praktek lapangan yang mumpuni, pengalaman dalam dan luar negeri, trust di bidang kepemimpinan jurnalistik dan kompeten di jabatannya serta memiliki ketrampilan mengajar menjadi faktor utama sulitnya lembaga pelatihan melatih Pimred, ujar peserta latih.
Pihaknya, lanjut Fred, sangat berhati hati dalam melakukan pelatihan jurnaistik untuk Pimred, sebab pesertanya adalah wartawan senior yang telah memiliki ilmu jurnalistik hebat. Mereka datang hanya ingin menambah pengetahuannya dan bukan memulai dari nol.
Untuk itu, semua materi latih menggunakan kata “share knowledge” (berbagi pengetahuan) dan berbasis kompetensi sesuai kinerja (Tupoksi) jabatan Pimred (Pimred, Wapimred dan Redpel).
Berdasarkan hal itu, sehingga teman teman dan sahabat wartawan yang ingin menambah ilmu kepemimpinan jurnalistik melalui pelatihan jurnalistik untuk Pimred dari provinsi maupun kabupaten di Papua, Kalimantan dan seluruh Sulawesi datang ke Makassar atau mengundang trainer P2MTC ke tempat mereka.
Pelatihan dijadwalkan sesuai kesepakatan peserta atau kelompok peserta dan yang datang ke Makassar, langsung ke Kampus P2MTC Jalan Metro Tanjung Bunga, Ruko Mall GTC Blok.GA.9 No.7 Makassar atau melakukan komunikasi pendahuluan ke Admin WA 0888 5009 812 dan 0815 3332 2118, ujarnya. (AI/MMK).
Citizen Journalism
- Unpam Lakukan Pelatihan Pembuatan Portofolio Guru SD
- Membela Negara Tidak Selamanya Harus Dengan Berperang
- Kemenag Gowa Laksanakan Peningkatan Penguatan MB Guru PAI
- Kegiatan Ramadhan Melibatkan Remaja Masjid dan Remaja Desa
- Melalui Seni, Salurkan Bakat dan Minimalkan Kenakalan
- Mabigus-Gudep Harus Dukung 1.000 Pramuka Garuda