Pribumisasi Mode : Menuju Nusantara yang Kaya Karya

Phinisinews, Kian tergerusnya nilai dan tradisi lokal dalam gaya berbusana masyarakat agaknya menimbulkan kegelisahan para seniman, pemerhati budaya serta penggiat mode di Kabupaten Jepara.

“Kita dibanjiri luapan budaya dari manca negara, termasuk dalam gaya dan tatacara berbusana. Perlu mengupayakan untuk menggali potensi-potensi lokal, termasuk tradisi yang dihidupkan oleh masyarakat sampai ke tingkatan desa, untuk digunakan sebagai gagasan utama ragam busana kita,”Indria Mustika, salah seorang guru di SMK Negeri 2 Jepara, dalam diskusi 'Pribumisasi Fashion Carnival dan Penguatan Kearifan Lokal' di Kedai Kebun Kita, Desa Bondo, Bangsri, Jepara.

Menurut perempuan yang membidani lahirnya Jepara Carnival 2015 ini, banyak di antara kita yang abai dengan tradisi dan budaya lokal, dan seringnya meniru budaya-budaya dari luar. Pada acara Jepara Carnival 2015, Indria bersama kalangan seniman Jepara telah mempromosikan rancangan-rancangan dengan bahan dasar tenun Troso khas Jepara dan batik.

 

Diskusi yang didahului dengan kegiatan bimbingan menulis bagi remaja ini diselenggarakan tadi malam (30/7/2017) oleh Yayasan Kartini Indoesia(YKI) sebagai bagian dari rangkaian acara Festival Mata Air Jepara 2017 dengan dukungan dari Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA)

“Kami ingin menekankan pentingnya proses pribumisasi budaya. Pribumisasi kami maknai sebagai proses eksplorasi nilai-nilai kelokalan, atau pribumi, sebagai pijakan pengembangan pengetahuan dan kebudayaan masyarakat,” Hadi Priyanto, Ketua YKI Jepara menyampaikan. Untuk mewujudkan proses pribumisasi pengetahuan dan karya, YKI berkomitmen untuk turut mendampingi sekolah dan komunitas-komunitas di Jepara untuk mengembangkan motif dan rancangan yang bertumpu pada kekuatan potensi lokal Jepara.  

Diskusi dan peragaan busana ini banyak dihadiri oleh remaja, pelajar dan anak-anak di Jepara. “Keterlibatan remaja dan pelajar SMA dalam kegiatan diskusi sekaligus peragaan busana ini sangat penting.

Remaja sangat peka terhadap trend, termasuk trend busana. Kami berharap dapat menumbuhkan kecintaan mereka pada potensi lokal,” Didin Ardiansyah, seorang seniman muda Jepara, yang malam tadi juga menyajikan beberapa rancangan busananya. Busana berbahan dasar limbah karya Didin diperagakan oleh para pelajar SMK Al-Hamidiyah Batealit, Jepara.

Baginya, mempribumikan produk busana dan industri kreatif dengan bertumpu pada potensi dan kearifan lokal akan membuat Indonesia kaya karya.   “Kegiatan bimbingan menulis gratis sebelum pelaksanaan diskusi juga menjadi pendekatan yang menarik untuk merangkul kalangan remaja.

Masih sangat jarang kami temui rangkaian kegiatan semacam ini yang meyentuh sampai tingkat desa. Ini perlu dilakukan lebih sering tidak hanya di Jepara,”ujar Udik Agus, Ketua Dewan Kesenian Daerah, yang turut hadir di antara pengunjung diskusi.  

 

 

Narahubung:

Iskak Wijaya 0812-8815-2670 ;

Hadi Priyanto 0857-2616-6548

Read 2721 times
Rate this item
(0 votes)
Published in Nasional
Login to post comments

Galleries

 
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha MK Bekasi, Jawa Barat (Phinisinews.com) – Master Asesor BNSP,...
  Penulis : Mitha MK / Editor : Fyan AK     Pulau Kodingareng, Makassar (Phinisinews.com) - Rektor Universitas...
  Penulis : Fred Daeng Narang  /  Editor : Mitha K Makassar (Phinisinews.com) – Sebanyak 120 kantong darah...
  Penulis : Redaksi  /  Editor : Fred Daeng Narang Bulukumba, Sulsel (Phinisinews.com) – Masyarakat adat...

Get connected with Us