Penulis : FK Dg Narang / Editor : Mitha MK
Makassar (Phinisinews.com) – Kalangan tokoh masyarakat, Budayawan, Tokoh Agama, Seniman, Wartawan, Pelaku Budaya, Pegiat Budaya, dan lainnya, sepakat menginisiasi dilaksanakannya tiga gerakan budaya tahun 2025 di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan itu adalah “membangun monumen ingatan” hari bersejarah delapan dasawarsa berdirinya Negara Republik Indonesia (NKRI) 1945 -2025, Revitalsasi “Kedaulatan Budaya” Kota Lama Jongaya di Makassar serta Revitalisasi Makam untuk Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro di Makassar.
Salah seorang inisiator, Budayawan yang juga Antropolog, Dr Halilintar Larief, di Makassar, Rabu, menguraikan, untuk kegiatan membangun monumen ingatan bertujuan menumbuhkan rasa nasionalisme, cinta tanah air dan kebersamaan dikalangan masyarakat, mengapresiasi perjuangan para pahlawan kemerdekaan, meningkatkan kesadaran generasi muda pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, menampilkan kekayaan budaya Indonesia sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman.
Kegiatannya antara lain, dialog budaya kebangsaan, pemeran sejarah dan budaya, milad 140 tahun Andi Mappanyukki, beberapa kegiatan revitalisasi, malam renungan dan doa 16 Agustus 2025 serta upacara bendera 17 Agustus 2025 di Goa Purba Leang leang Kabupaten Maros, pertunjukkan teater, Pasiliq Bendera Pusaka di seluruh wilayah Sulsel, lomba-lomba serta pagelaran Bhineka Tunggal Ika.
Selain itu, lanjutnya, melakukan Revitalisasi Kawasan “Kedaulatan Budaya” Kota Lama Jongaya di Makassar karena Kawasan Kota Lama Jongaya memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi.
Area ini mencakup berbagai situs penting seperti Istana Jongaya, Rumah Andi Pangeran Pettarani, Masjid Tua Babul Firdaus, Kompleks Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologia Indonesia Timur (STT Intim), situs Pocci Butta (Pusat Negeri), Makam Datu Sawitto, Sambung Jawa, Kawasan Melayu, pengrajin perak Balangbaru, institusi pendidikan seperti SMP/SMA Frater Jongaya, dan situs-situs lain yang kaya akan warisan budaya dan sejarah. Kawasan ini merupakan cerminan perjalanan sejarah dan identitas budaya masyarakat setempat.
Namun, seiring dengan perkembangan kota, kawasan ini menghadapi tantangan seperti penurunan kualitas infrastruktur, degradasi lingkungan, penurunan nilai historis, kurangnya perhatian terhadap situs-situs bersejarah, dan minimnya pengembangan industri kreatif berbasis lokal.
Tujuan revitalisasi kawasan itu, menghidupkan kembali kawasan Jongaya sebagai ikon “Kedaulatan Budaya”, dimana identitas toleransi, pluralisme, kebudayaan lokal berbaur dengan budaya baru, edukasi sejarah, dan industri kreatif, memberdayakan komunitas lokal dalam pelestarian serta pengelolaan kawasan, menyediakan ruang publik untuk diskusi, edukasi dan pementasan seni, meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial kawasan untuk menunjang aktivitas budaya, pendidikan dan ekonomi kreatif, mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan UMKM berbasis budaya, serta meningkatkan daya tarik edukasi sejarah dan budaya.
Di samping itu, juga akan dilakukan Revitalisasi Makam Pangeran Diponegoro di Makassar. Pangeran Diponegoro merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang dikenal melalui perjuangannya dalam Perang Jawa (1825–1830).
Tahun 2025 akan menjadi momen bersejarah, menandai 200 tahun perlawanan heroiknya melawan penjajahan Belanda. Sebagai bentuk penghormatan, revitalisasi makam Pangeran Diponegoro yang terletak di Makassar menjadi prioritas, mengingat pentingnya peran beliau dalam sejarah bangsa.
Revitalisasi ini bertujuan untuk melestarikan nilai sejarah, memperbaiki kondisi fisik makam, dan meningkatkan daya tarik situs ini sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi.
Melalui revitalisasi yang terencana, diharapkan dapat menciptakan ruang yang layak untuk mengenang jasa-jasa beliau dan mendukung aktivitas peringatan nasional 200 tahun Perang Diponegoro, ujar Halilintar yang telah menulis ratusan buku budaya, sejarah dan novel yang berkaitan dengan sejarah dan budaya.
Jurnalis senior, Fredrich Kuen Daeng Narang, M.Si, mencatat, Budayawan Halilintar Latief tahun sebelumnya, sepanjang tahun juga menginisiasi dan melaksanakan berbagai kegiatan budaya melalui Gerakan “Sipakatau” sebagai upaya membangun monumen ingatan dengan cara swadaya bersama masyarakat pelaku dan pegiat budaya di seluruh Sulsel.
Hal itu dilakukan sebagai wujud keprihatinan terhadap minimnya perhatian Pemprov Sulsel dan kabupaten kota untuk melakukan kegiatan (event) budaya serta minimnya dukungan dana terhadap berbagai kegiatan budaya yang bersifat rutin dilaksanakan setiap tahun.
Tahun 2025 ini, inisiator semakin banyak untuk membangun monumen ingatan dan kini menyentuh Revitalisasi yang bersifat fisik, yakni Rivitalisasi “Kedaulatan Budaya” Kota Lama Jongaya Makassar serta Revitalisasi Makam Pengeran Diponegoro di Makassar.
Para inisiator tetap berharap Kementerian Kebudayaan dan, Pemprov Sulsel serta kalangan DPR, DPRD mendukung, sebab seluruh perencanaan sudah dilakukan secara rinci dan tetap akan dilaksanakan pelaksanaan fisiknya secara swadaya atau dengan dukungan pemerintah. “Itu tekad kami,” ujar Halilintar. (FK/MMK).