Penulis : Mitha Mayestika Kuen, S.I.P, M.I.Kom
(Dosen sekaligus Penulis Buku Kewartawanan di Era Milenial)
Editor : Ahmad Imron
Phinisinews.com – Sangat banyak dampak negatif dari Pendemi global virus Corona, namun terdapat juga sisi positif yang menonjol yang menyertai pendemi itu, antara lain loncatan teknologi Human Learning dalam mengantisipasi stagnan study dan stagnan kerja.
Tidak ada kata tidak bisa, teknologi komunikasi harus dimanfaatkan secara maksimal dengan segala variasinya agar tidak terjadi kelumpuhan total di dunia pendidikan dan dunia kerja yang menerapkan sistem belajar mengajar jarak jauh, begitupun kerja jarak jauh dampak wabah virus Corona tersebut.
Badan Kesehatan Dunia (WHO – World Health Organization) sejak 12 Maret 2020 telah menyatakan Corona Virus Disease (Covid-19) sebagai Pendemi global atau wabah yang meluas ke berbagai negara di belahan dunia dan beberapa provinsi di Indonesiapun terpapar sebagai daerah positif Corona.
Betul masa inkubasi virus Corona hanya 2-14 hari, namun dampaknya sangat luar biasa, menebar ketakutan, kecemasan dan paranoid sebab pengaruh negatifnya sangat besar, baik bagi kesehatan, kematian, sosial distancing, karantina, isolasi hingga lock down yang akan berdampak ekonomi secara meluas.
Dari dampak negatif yang begitu banyak, terdapat juga sisi positif dari Pendemi Covid-19 seperti bidang kesehatan, maka penelitian vaksin anti corona terus dilakukan untuk mengurangi atau mencegah korban jiwa jatuh, begitupun untuk mempercepat stamina bugar, berbagai tanaman rempah untuk jamu diracik untuk kebugaran agar tidak terkena virus Corona tersebut dan yang sangat dibutuhkan saat ini untuk menghindari kelumpuhan pendidikan dan ekonomi adalah penggunaan teknologi komunikasi untuk bekerja dan belajar jarak jauh.
Untuk kaum milenial dituntut untuk bisa menggunakan berbagai teknologi komunikasi canggih dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan ini.
Work from home atau study from home menjadi sesuatu yang lumrah, sehingga harus diantisipasi pemanfaatan teknologi komunkasi agar aktivitas berkumpul bisa sama kualitasnya dengan aktivitas karantina dalam hal belajar mengajar maupun kerja.
Di era milenial, seluruh kaum muda dituntut harus fasih menggunakan teknologi komunikasi kekinian yang begitu canggih dan variatif ini merupakan dampak positif penuluran virus Corona sehingga terjadi loncatan teknologi human learning tercepat dalam masa peradaban untuk kaum di bawah Era milenial.
Kenapa demikian?. Karena dengan adanya karantina di rumah maka seluruh kegiatan atau aktivitas kantor, sekolah maupun kampus mulai dikerjakan menggunakan sistem daring. Sistem yang melekat dengan era milenial yang bersifat harus dan wajib diketahui oleh kaum yang lahir sebelum era milenial tidak terkecuali yang berumur 50 tahun ke atas.
Seluruh sistem teknologi komunikasi baik pengiriman email, Video call, Teleconference yang biasanya hanya digunakan orang tertentu atau kalangan jabatan tinggi untuk melakukan pembicaraan/meeting penting, sekarang merambah ke seluruh rakyat yang diwajibkan melek teknologi hanya dalam kurun waktu singkat.
Positif membawa berkah menurut saya pribadi karena percepatan atau loncatan teknologi berubah drastis seperti di kampus yang belajar bukan hanya kaum milenial namun banyak pula yang telah berumur namun dengan virus covid-19 ini menularkan positif melek teknologi yang wajib diketahui demi kelanjutan perkuliahan.
perkembangan teknologi Komunikasi kali ini menemukan titik loncatan terbesar dapat kita lihat dari alur sejarah perkembangan teknologi sebelum 4.0
Loncatan teknologi ini terjadi karena faktor keadaan seperti adanya imbauan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim agar aktivitas pembelajaran baik di sekolah maupun perguruan tinggi di daerah terdampak Virus Corona untuk dilakukan di rumah atau tempat tinggal.
Imbauan itu sejalan dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpanrb) Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Mendikbud mendapatkan laporan sekitar 166 pemerintah daerah dan 832 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (per 19 Maret 2020) telah meniadakan aktivitas di satuan pendidikan.
"Kehadiran fisik tidak menjadi ukuran kinerja. Yang terpenting adalah pembelajaran tetap berjalan dan terus terjadi. Hanya caranya yang berubah menjadi pembelajaran daring," pesannya.
Sejarah perkembangan teknologi komunikasi
Lifelong Learning serta Continuous Improvement adalah contoh istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan bahwa pendidikan telah memasuki suatu tingkat bahwa belajar adalah merupakan suatu kebutuhan untuk seumur hidup.
Saat ini sebagian besar sistem pendidikan di dunia ini cenderung masih konservatif. Pola-pola tatap muka antara dosen dan mahasiswa dalam jumlah tertentu, ujian tertulis, serta kehadiran mahasiswa dalam kelas masih tetap dianggap sebagai pemicu keberhasilan pembelajaran. Di kelaspun mahasiswa seperti dipaksa untuk menerima ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh sang dosen dan belajar secara aktif.
Hal ini sering disebut sebagai “Teacher Centred Learning” dimana meletakkan dosen sebagai pelaku/subjek dan mahasiwa sebagai objek yang kurang berinteraksi satu sama lain (Kurniawan, 2000; Polla, 2000). Lebih lanjut Kurniawan (2000) melanjutkan bahwa perilaku semacam ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman, usang dan banyak ditentang oleh para peneliti di bidang pendidikan pembebasan seperti Bruffe (dengan Collaborative Learning), Brooks dan Brooks (Constructivist) serta Culture Perspective menurut Roads dan Black.
Pandangan-pandangan untuk mengubah teacher-centred learning menjadi student-centred learning agaknya sangat ditunjang dengan adanya perkembangan teknologi informasi (TI) yang demikian pesat, sehingga dapat menimbulkan minat belajar mandiri yang sangat besar bagi para mahasiswa dengan banyaknya informasi mutakhir yang dapat dieksplorasi melalui Internet.
Namun sebenarnya penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi serta multimedia yang lebih bervariasi akan dapat lebih meningkatkan efektivitas program pengajaran yang diselenggarakan Universitas Terbuka (UT).
Model sistem pendidikan yang diperkenalkan UT inilah merupakan cikal bakal sistem pembelajaran jarak jauh (Distance Learning) yang tampaknya diperlukan Indonesia di masa-masa saat ini untuk dapat mencukupi kebutuhan pendidikan mahasiswa yang dilanda Bencana Covid-19.
Perkembangan Internet sebagai salah satu temuan terpenting abad ini telah menyebabkan konvergensi macam-macam perkembangan teknologi di atas dalam usaha untuk menghasilkan informasi, kapanpun, dimanapun dan dengan apapun peralatan yang kita gunakan.
Teknologi yang dipakaipun mulai bervariasi, mulai dari penggunaan teknologi berkabel hingga yang menggunakan gelombang radio (wireless), maupun menggunakan broadband network (http://www.kabelvision.co.id) yang dapat menghantarkan informasi dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Internetpun mulai merevolusi hampir seluruh aktivitas serta proses bisnis yang ada di masyarakat dengan adanya paradigma “e” yang melekat pada bermacam-macam aktivitas, seperti ebusiness, e-commerce, e-procurement, e-delivery, bahkan sampai pada e-education ataupun e-learning.
Belakangan ini telah cukup banyak institusi pendidikan yang mulai meletakkan bahan ajarnya di Internet sebagai suplemen bagi mahasiswanya dan cukup banyak pula yang sudah benar-benar membangun Virtual University, yaitu universitas virtual tanpa kendala fisik semacam gedung ataupun bahan ajar berupa buku fisik.
Fasilitas e-mail dan chatting juga banyak dipakai sebagai sarana berkomunikasi dan diskusi antara dosen – mahasiswa ataupun mahasiswa – mahasiswa. Sesuatu yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada dosen melalui email.
Perbedaan mendasar antara E-mail dan chatting adalah terletak pada pola para penggunanya. Pada E-mail, penerima E-mail tak harus hadir saat suatu E-mail dikirim dan diterima, karena E-mail tersebut akan masuk dan disimpan dalam mail server penerima pesan.
Sedangkan pada chatting, percakapan hanya bisa dimulai bila kedua pihak online sehingga dapat saling berhubungan. Chatting sendiri dapat dipergunakan lebih dari dua orang, sehingga bisa merupakan wahana diskusi dari sekelompok orang (conference). Pengembangan e-mail berbasiskan webpun sangatlah marak. Layanan e-mail gratis dari banyak situs web cukup menarik bagi orang yang tidak mempunyai account e-mail.
Jadi prinsipnya, wabah virus Corona memaksa terjadinya lompatan human learning maupun e-learning, dari Universitas yang belum menerapkan kini harus menerapkan sebab terjadi kuliah jarak jauh layaknya UT karena faktor karantina dan sosial distancing akibat Corona. (MMK/AI).